Iklan

Pertanyaan

VOC menerapkan strategi devide et impera untuk mengalahkan Kerajaan Banten. Politik tersebut diterapkan VOC dengan mengadu domba Sultan Ageng Tirtayasa dengan ....

VOC menerapkan strategi devide et impera untuk mengalahkan Kerajaan Banten. Politik tersebut diterapkan VOC dengan mengadu domba Sultan Ageng Tirtayasa dengan ....

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

23

:

01

:

39

Iklan

A. Sekar

Master Teacher

Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Jakarta

Jawaban terverifikasi

Pembahasan

VOC menerapkan strategi devide et impera dengan mengadu domba Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya yang bernama Sultan Haji. Untuk lebih jelasnya, yuk pahami penjelasan berikut: Strategi devide et impera (adu domba) sering dilakukan VOC guna mengintervensi urusan internal Kesultanan di Nusantara, salah satunya adalah kesultanan Banten.Kehidupan masyarakat di wilayah kekuasaan Kesultanan Banten bertumpu pada penjualan lada, pala dan rempah-rempah melaluiperdagangan maritim. Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa memerintah (1651-1682) Kesultanan Banten memasuki masa keemasannya. Dibawah kekuasannya kesultanan Banten mampu menjadi penguasa perdagangan maritimdi wilayah selat Sunda. Pada mulanya VOCmembatasi perniagaannyadi wilayah Batavia,namun kemudian ingin memonopoli perdagangan terutama di selat Sunda, secara otomatis VOC harus mengalahkan Kesultanan Banten yang telah lebih dulu menguasai perniagaan selat Sunda. Strategi penyerangan pada kapal Banten seringkali tidak membuahkan kemenangan, hal itu dikarenakan kapal-kapal milik Kesultanan Banten memiliki model mutakhir pada masanyasehingga sulit ditembus VOC.VOC lalumulai merambah ke dalam perpolitikan Kesultanan Banten guna melumpuhkan Sultan Ageng Tirtayasadari dalam. Saat terjadi perebutan kekuasaan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji yang merupakan ayah dan anak, VOC menjadi penyokong Sultan Haji. VOC memberikanbantuansenjata dan personil militer dengan imbalan Kesultanan Banten berada dibawah kekuasaan VOC dan Sultan Raja harusmenjadi Raja Boneka milik VOC. Kekuatan didalam kesultanan pun terbelah menjadi dua faksi, faksi yang membela Sultan Ageng Tirtayasamelawan faksiyang membela Sultan Haji. Peperangan diantara para bangsawan Kesultanan Banten pun pecah pada 1680 hingga 1682. Sultan Ageng Tirtayasa serta orang-orang kepercayaannya kalah dalam pertempuran tersebut, akibatnya Kesultanan Banten jatuh ketangan VOC.

VOC menerapkan strategi devide et impera dengan mengadu domba Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya yang bernama Sultan Haji.

Untuk lebih jelasnya, yuk pahami penjelasan berikut:

Strategi devide et impera (adu domba) sering dilakukan VOC guna mengintervensi urusan internal Kesultanan di Nusantara, salah satunya adalah kesultanan Banten. Kehidupan masyarakat di wilayah kekuasaan Kesultanan Banten bertumpu pada penjualan lada, pala dan rempah-rempah melalui perdagangan maritim. Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa memerintah (1651-1682) Kesultanan Banten memasuki masa keemasannya. Dibawah kekuasannya kesultanan Banten mampu menjadi penguasa perdagangan maritim di wilayah selat Sunda. 
Pada mulanya VOC membatasi perniagaannya di wilayah Batavia, namun kemudian ingin memonopoli perdagangan terutama di selat Sunda, secara otomatis VOC harus mengalahkan Kesultanan Banten yang telah lebih dulu menguasai perniagaan selat Sunda. Strategi penyerangan pada kapal Banten seringkali tidak membuahkan kemenangan, hal itu dikarenakan kapal-kapal milik Kesultanan Banten memiliki model mutakhir pada masanya sehingga sulit ditembus VOC. VOC lalu mulai merambah ke dalam perpolitikan Kesultanan Banten guna melumpuhkan Sultan Ageng Tirtayasa dari dalam. Saat terjadi perebutan kekuasaan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji yang merupakan ayah dan anak, VOC menjadi penyokong Sultan Haji. VOC memberikan bantuan senjata dan personil militer dengan imbalan Kesultanan Banten berada dibawah kekuasaan VOC dan Sultan Raja harus menjadi Raja Boneka milik VOC. Kekuatan didalam kesultanan pun terbelah menjadi dua faksi, faksi yang membela Sultan Ageng Tirtayasa melawan faksi yang membela Sultan Haji. Peperangan diantara para bangsawan Kesultanan Banten pun pecah pada 1680 hingga 1682. Sultan Ageng Tirtayasa serta orang-orang kepercayaannya kalah dalam pertempuran tersebut, akibatnya Kesultanan Banten jatuh ketangan VOC.

Buka akses jawaban yang telah terverifikasi

lock

Yah, akses pembahasan gratismu habis


atau

Dapatkan jawaban pertanyaanmu di AiRIS. Langsung dijawab oleh bestie pintar

Tanya Sekarang

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

11

Iklan

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!