Siti D

02 Juni 2024 09:12

Iklan

Iklan

Siti D

02 Juni 2024 09:12

Pertanyaan

"Aku tidak percaya! Aku tidak percaya, jika hanya oleh melompat-lompat dan berkejaran semalaman penuh. Aku tidak percaya itu. Aku mulai percaya desas-desus itu bahwa kau orang yang tamak. Orang yang kikir. Penghisap. lintah darat. Inilah ganjarannya! Aku mulai percaya desas-desus itu, tentang dukun-dukun yang mengilui luka sunatan anak-anak kita. Aku mulai yakin bahwa itu karena kesombonganmu, kekikiranmu, angkuhmu, dan tak mau tahu dengan mereka. Aku yakin mereka menaruh racun di pisau dukun-dukun itu." Sumber: dikutip dari Panggilan Rasul karya Hamsad Rangkuti. Bagaimana pengarang menggambarkan rasa marah pada penggalan cerpen tersebut.... A. Merasa tidak percaya dengan dukun yang menaruh racun di pisau. B. Memikirkan desas-desus terhadap tokoh kau. C. Mengenang rasa dendam.

"Aku tidak percaya! Aku tidak percaya, jika hanya oleh melompat-lompat dan berkejaran semalaman penuh. Aku tidak percaya itu. Aku mulai percaya desas-desus itu bahwa kau orang yang tamak. Orang yang kikir. Penghisap. lintah darat. Inilah ganjarannya! Aku mulai percaya desas-desus itu, tentang dukun-dukun yang mengilui luka sunatan anak-anak kita. Aku mulai yakin bahwa itu karena kesombonganmu, kekikiranmu, angkuhmu, dan tak mau tahu dengan mereka. Aku yakin mereka menaruh racun di pisau dukun-dukun itu."

Sumber: dikutip dari Panggilan Rasul karya Hamsad Rangkuti.

Bagaimana pengarang menggambarkan rasa marah pada penggalan cerpen tersebut....

A. Merasa tidak percaya dengan dukun yang menaruh racun di pisau.

B. Memikirkan desas-desus terhadap tokoh kau.

C. Mengenang rasa dendam.


10

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan

Tokisaki K

02 Juni 2024 14:50

Jawaban terverifikasi

【Jawaban】: A 【Penjelasan】: Dalam penggalan cerpen tersebut, pengarang menggambarkan rasa marah melalui kata-kata tokoh yang merasa tidak percaya dengan dukun yang menaruh racun di pisau. Hal ini ditunjukkan dengan kalimat “Aku mulai yakin bahwa itu karena kesombonganmu kekikiranmu, angkuhmu, dan tak mau tahu dengan mereka. Aku yakin mereka menaruh racun di pisau dukun-dukun itu.” Oleh karena itu, jawaban yang paling tepat adalah A. Merasa tidak percaya dengan dukun yang menaruh racun di pisau.


Iklan

Iklan

Navniaaa N

02 Juni 2024 12:18

<p>c. memegang rasa dendam</p><p>dari bacaan atau kutipan teks di atas banyak sekali kata-kata yang mengulang-ulang kejadian waktu itu tentang para dukung-dukun dan menyinggung masalah sifat kekiran kesombongan serta keangkuhan dan membahas tentang sifat tamak serta mengejek-ngejek seseorang dan didukung oleh kata-kata (inilah ganjarannya) otomatis apa yang terjadi saat ini adalah bekas perbuatannya di masa lalu dan ia berkata seperti itu karena memiliki rasa kecewa dan dendam</p>

c. memegang rasa dendam

dari bacaan atau kutipan teks di atas banyak sekali kata-kata yang mengulang-ulang kejadian waktu itu tentang para dukung-dukun dan menyinggung masalah sifat kekiran kesombongan serta keangkuhan dan membahas tentang sifat tamak serta mengejek-ngejek seseorang dan didukung oleh kata-kata (inilah ganjarannya) otomatis apa yang terjadi saat ini adalah bekas perbuatannya di masa lalu dan ia berkata seperti itu karena memiliki rasa kecewa dan dendam


lock

Yah, akses pembahasan gratismu habis


atau

Dapatkan jawaban pertanyaanmu di AiRIS. Langsung dijawab oleh bestie pintar

Tanya Sekarang

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

HOS Cokroaminoto, Yang Guru Bangsa Haji Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah barname RM Tjokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakaknya, RM. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai Bupati Ponorogo Tjokro lahir di Tegalsari, Ponorogo, Jawa Timur, pada tanggal 16 Agustus 1882. Awalnya kehidupan Tjokro terbilang biasa-basa saja. Semasa kecil ia dikenal sebagai anak yang nakal dan suka berkelahi. Setelah beberapa kali berpindah sekolah, akhirnya ia berhasil menyelesaikan sekolahnya di osvia (sekolah calon pegawai pervarintah atau pamong praja di Magelang pada tahun 1902. Setelah menamatkan osvia, Tjokro bekerja sebagai seorang juru tulis di Ngawi, Jawa Timur Tiga tahun kemudian ia bekerja di perusahaan dagang di Surajaya. Keindahannya ke Surajaya membawanya terjun ke dunia politik. Di kota pahlawan itu Tjokro kemudian bergabung dalam Sarekat Dagang Islam (sdi pimpinan H. Samanhudi, la menyarankan agar SDI diubah menjadi partai politik. SDI kemudian resmi diubah menjadi Sarekat Islam (50) dan Tjokro menjadi Ketua SI pada tanggal 10 Sepetember 1912. Tjokroaminoto dipercaya untuk memangiku jabatan ketua setelah sebelumnya menjabat sebagai komisaris Sl. Di bawah kepemimpinannya, Sl mengalami kemajuan pesat dan berkembang menjadi partai massa sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Pemerintah Hindia Belanda berupaya menghalangi St yang termasuk organisasi Islam terbesar pa anak tu. Pemerintah kolonial sangat membatasi kekuasaan pengurus pusat Si agar mudah di dipengaruhi pangreh praja setempat. Situasi itu menjadikan Sl menghadapi kesenjangan antara p dan daerah yang menyebabkan kesulitan dalam mobilisasi para anggotanya. G 57 tahap Thidangka ke by Iharaar magedi inspire smu generasi muda Pada periode tahun 1912-1916, Tjokroaminoto dan para pemimpin Si lainnya sedikit bersikap moderat terhadap pamarntah Belancia. Mereka memperjuangkan penegakan hak-hak manusia sewa meningkatkan taraf hidup masyarakat. Tapi sejak tahun 1916, menghadapi pembentukan Dewan Rakyat 8. sana m jadi hangat. Dalam kongres kongres 51, Tjokroaminoto mulai melancarkan ide pembentukan kation (bangsa) dan pemerintahan sendiri. Sebagai reaksi terhadap seni Novembar (November beloftemt, Gubernur Jenderal dan Limburgh Stanum, Tjokroaminoto selaku wakil SI delam Volksraad bersama sastrawan, aktivis, jurnalis Adul Kuis, Cipto Mangunkusumo mengajukan mosi yang kemudian dikenal dengan Mosi Tjokroaminoto pada tanggal 25 November 1918. Mereka menuntut Pertama, pembentukan Dewan Negara di mana penduduk semua wakil dari kerajaan. Kedua, pertanggungjawaban departemen/pemerintah Hindia Belanda terhadap perwakilan rakyat. Tiga, pertanggungjawaban terhadap perwakilan rakyat. Keempat, reformasi pemerintahan dan desentralisasi. Intinya, mereka menuntut pemerintah Belanda membentuk parlemen yang anggotama dipilih dari rakyat dan oleh rakyat Pemerintah sendiri dituntut bertanggung jawab pada parlemen Namun, oleh Ketua Parlemen Belanda, tuntutan tersebut dianggap hanya fantasi belaka. Selanjutnya, pada kongres gas ona SI di Yogyakata tanggal 2-6 Maret 1921, SI pimpinan Tjokro . memberikan reaksi atas sikap pemerintah Belanda tersebut dengan merumuskan tujuan perjuangan politik Sl sebagai, Untuk merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan Belanda. Selama hidupnya, Tjokroaminoto merupakan sosok yang berpengaruh besar terhadap tokoh-tokoh muda pergerakan nasional saat itu. Keahliannya berpidato ia gunakan untuk mengecam kesewenang wenangan pemerintah Belanda. Semasa perjuangannya, dia misalnya mengecam perampasan tanah oleh Belanda untuk dijadikan perkebunan milik Belanda. la juga mendesak Sumatera Landsyndicaat supaya mengembalikan tanah rakyat di Gunung Seminung (tepi Danau Danau, Sumatera Selatan). Nasib para dokter pribumi juga turut diperjuangkannya dengan menuntut kesetaraan kedudukan antara dokter Indonesia dengan dokter Belanda. Pada tahun 1920, Tjokro dijebloskan ke penjara dengan tuduhan marghasut dan mempersiapkan pemberontakan untuk menggulingkan pemerintah Belanda. Pada Apris 1922, setelah tujuh bulan meringkuk di penjara, ia kemudian dibebaskan. cokroaminoto kemudian diminta kembali untuk duduk am Volksraad, namun permintaan itu ditolaknya kerena ia sudah tak mau lagi bekerja sama dengan pemerintah Belanda Sebagai tokoh masyarakat, pemerintah koloria menjulukinya sebagai de Ongekroonde Kuning dan Jasa (Raja Jawa yang tidak bermahkota atau tidak dinobatkan). Pengaruh Tjokro yang Luas menjadikannya sebagai tokoh panutan masyarakat. Karena alasan itu pula maka R.M. Soekemi Sesrodihardjo mengirimkan anaknya Soekamo untuk pendidikan dengan in de kost di rumahnya. Selain menjadi politikus, Tjokroaminoto aktif menulis karangan di majalah dan surat kabar. Salah satu karyanya ialah buku yang berjudul Islam dan Nasionalisme. Tjokroaminoto menghembuskan napasnya yang terakhir pada tanggal 17 Desember 1934 di Yogyakata pada usia 51 tahun. Atas jasa-jasanya kepada negara, Haji Gemar Siad Cokroaminoto dianugerahkan gelar pahlawan Kemerdekaan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No.590 Tahun 1961, tanggal 9 Nopember 1961. 1. carilah gagasan penjelas dari teks diatas 2. carilah keteladanan atau hikmah dari teks diatas

9

0.0

Jawaban terverifikasi

Buatlah menjadi sebuah dialog Kamis pagi usai pelajaran olah raga, Bu Mia, guru Kimia masuk kelas X MIPA tepat waktu. Tak seperti biasanya, hari itu anak-anak belum selesai berganti pakaian. Penyebabnya, mereka baru saja mengikuti ujian lari mengelilingi stadion. Sebenarnya hari itu Bu Mia akan memberikan ulangan. Beberapa siswa yang napasnya masih memburu dan keringatnya bercucuran, mengajukan usul pada Dani. “Dan … minta Bu Mia menunda ulangan dong. Capek nih,” kata Ali. “Waduuuh aku gak berani,” jawab Dani. “Lia saja suruh bilang. Dia kan ketua kelas, ” sambung Dani. “Baiklah, aku akan mencoba merayu Bu Mia. Doakan berhasil,” kata Lia. “Beres. Kamu kan ketua kelas.” Dengan santun, Lia menghadap Bu Lia yang wajahnya tampak kaku melihat murid-muridnya belum juga siap mengikuti pelajaran. “Maaf, Bu. Boleh Lia berbicara sebentar?” tanya Lia sambil duduk. “Iya. Ada apa?” “Begini, Bu, saya mewakili teman-teman, Lia minta maaf karena temanteman belum selesai ganti baju.“ “Biasanya kan tidak terlambat seperti ini?” tanya Bu Mia. “Iya, Bu. Sekali lagi maakan, kami. Kami kelelahan, Bu. Tadi baru saja ujian lari mengelilingi stadion 2 kali.” “Oh … kenapa tidak bilang tadi? Kalian sudah minum?” suara Bu Mia berubah ramah setelah tahu penyebab Lia dan kawan-kawannya terlambat ganti baju. “Belum sempat, Bu. Kami takut ketinggalan ulangan,” jawab Lia tetap dengan sopan. “Kalau boleh, kami minta waktu sepuluh menit untuk minum dan ganti baju, Bu. Biar badan kami segar.” “Ya sudah, kalian istirahat 15 menit. Ulangannya minggu depan saja. Nanti kita latihan soal saja,” jawab Bu Lia mengagetkan Mia dan teman-teman. “Makasih, Bu,” kata Lia. “Eit … tapi ingat. Kalian harus tertib. Tidak boleh gaduh dan mengganggu kelas lain. Dan masuk kelas lagi tepat pukul 09.00 WIB.” “Iya, Bu. Makasih.” Teman-teman Lia yang sejak tadi ikut menyimak pembicaraan Lia dan Bu Mia bertepuk tangan gembira mendengar keputusan Bu Mia.

1

0.0

Jawaban terverifikasi