Risma M
15 Oktober 2024 12:50
Iklan
Risma M
15 Oktober 2024 12:50
Pertanyaan
8 dari 10 siswa nilainya naik
dengan paket belajar pilihan
Habis dalam
00
:
15
:
12
:
44
5
2
Iklan
Rendi R
Community
15 Oktober 2024 23:00
Berikut adalah pelengkap lain untuk cerpen "Mawar Merah untuk Mamah":
Aku menatap wajah mamahku yang semakin layu setiap harinya. Wajah yang dulu penuh semangat kini mulai pudar, namun senyumnya tak pernah hilang, seolah ia menutupi semua rasa lelah dan sakitnya. Setiap kali aku ingin bertanya tentang keadaannya, tentang betapa sulitnya hidup kami sekarang, mamah selalu menjawab dengan kalimat yang sama.
“Jangan khawatirkan Mamah, yang penting kamu tetap sekolah, Nak,” katanya lagi hari ini, seperti hari-hari sebelumnya.
Aku mengangguk, walau di dalam hati ada keraguan. Bagaimana bisa aku terus sekolah ketika melihat mamah semakin susah? Bagaimana aku bisa belajar dengan tenang jika uang yang ada hanya cukup untuk membeli makanan seadanya? Tapi, mamah selalu bersikeras. Sekolah, katanya, adalah kunci dari semua harapan. “Kamu bisa merubah nasib, Nak, asal jangan pernah menyerah.”
Malam itu, aku berbaring di ranjang tipis kami sambil memikirkan cara agar bisa membantu mamah lebih banyak. Pikiran untuk berhenti sekolah terus menghantuiku, tapi bayangan mamah yang terus berjuang demi aku lebih menghantui lagi.
Esok paginya, sebelum aku berangkat sekolah, aku melihat mamah duduk di depan rumah dengan tangan memegang sebuket mawar merah yang kemarin kuberikan. Mawar itu masih segar, seakan simbol cinta yang tak pernah layu di antara kami. “Terima kasih, Nak. Mawar ini indah sekali,” ucapnya sambil tersenyum.
Aku mengangguk sambil menahan air mata. Aku tahu, betapapun sulit hidup kami, cinta mamah akan selalu menjadi kekuatanku. Di saat sulit sekalipun, aku berjanji pada diriku sendiri untuk terus berjuang—demi mamah, dan demi masa depan yang ia impikan untukku.
Cerpen ini memperlihatkan perjuangan seorang anak yang menghadapi pilihan sulit, namun akhirnya memilih untuk tetap setia pada nasihat dan cinta ibunya yang tak tergantikan, meskipun dalam keterbatasan hidup mereka.
· 0.0 (0)
Iklan
Nanda R
Community
Dijawab 21 jam yang lalu
**Mawar Merah untuk Mamah**
Aku yakin dia tidak pernah mengeluh akan hidupnya yang sulit. Dia akan tetap tidak menjawab pertanyaanku saat aku bertanya mengapa dia tidur sepulas itu waktu malam. Kami berdua berlanjut saling menatap tanpa bersuara, dan bias wajahnya terlihat lelah.
"Mamah pasti cape, kan?"
Dia tetap diam tidak menjawab. Rumah kami yang tidak begitu terang, hanya satu lampu hias besar dan sisanya lilin-lilin yang menyala. Kami orang susah. Aku tahu kami orang susah, membeli beras dan uang saku untuk aku berangkat sekolah pun hanya sedikit. Aku tidak sedih, karena semua sudah kuusahakan juga dengan berjualan ke sekolah. Rasa malu yang kubuang, semua ejekan tak kupedulikan.
Pendapatan berjualan di sekolah juga cukup untuk makan sore kami. Jangan tanya bapakku, dia sudah meninggalkan kami dan memilih tertidur di dalam tanah.
"Mah, aku berhenti sekolah saja, kah?"
"Jangan," jawab mamah. Akhirnya kumendengar suaranya.
"Jangan. Sekolah penting. Kau tak akan bisa hidup enak jika tidak sekolah."
Aku terdiam akan jawabannya. Kami tidak punya warisan; semua habis dijual untuk pengobatan bapak. Anak tunggal seperti aku ini sungguh tidak bisa berkeluh kesah selain pada mamahku sendiri.
Suasana malam semakin hening, hanya terdengar desah napas kami berdua. Aku merasakan kehangatan tangan mamah yang menggenggam tanganku. Ada rasa aman dalam genggamannya, meski hidup kami penuh dengan keterbatasan. Aku ingin membuatnya bahagia, setidaknya di sisa hari-harinya.
Tiba-tiba, ide brilian muncul di benakku. "Mah, bagaimana kalau aku mencari cara untuk mendapatkan lebih banyak uang? Aku bisa membantu jualan makanan atau minuman di sekolah. Mungkin bisa menarik lebih banyak pembeli," kataku penuh semangat.
Mamah menatapku, matanya berbinar, meski lelah. "Kau pasti bisa, Nak. Asal kau tetap ingat untuk tidak mengorbankan sekolahmu. Pendidikan adalah kunci masa depan," katanya dengan nada tegas namun lembut.
Semangatku kembali membara. Aku mulai memikirkan berbagai resep sederhana yang bisa dijual. Beberapa hari kemudian, aku membawa beberapa penganan yang kubuat sendiri ke sekolah. Teman-teman mulai membeli, dan sedikit demi sedikit uangnya terkumpul.
Aku kembali ke rumah dengan wajah ceria. "Mah, lihat! Aku berhasil menjual semua ini!" seruku sambil mengulurkan tangan yang berisi uang. Mamah tersenyum, senyum yang seolah menghapus semua lelahnya.
Dan pada satu sore, ketika aku pulang sekolah, aku melihatnya duduk di teras dengan wajah yang lebih cerah. Di sampingnya ada seikat mawar merah yang ia ambil dari kebun kecil kami. "Untukmu, Nak. Mawar ini adalah simbol harapan. Kita harus tetap berjuang, ya?" ujarnya, menatapku penuh kasih.
Senyumnya, kini menjadi energi baru bagiku. Dengan mawar merah itu, aku tahu kami akan terus melangkah, meraih impian meskipun jalan kami terjal. Sekolahku adalah jalan untuk mewujudkan harapan, dan aku berjanji pada diriku sendiri, tidak akan pernah berhenti berjuang untuk masa depan kami.
· 0.0 (0)
Tanya ke Forum
Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu
LATIHAN SOAL GRATIS!
Drill Soal
Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian
Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!