Iklan
Iklan
Pertanyaan
Baca cerita fantasi berikut ini dengan saksama!
Loker 17
Si pecundang, Leo, pemuda empat belas tahun kelas dua SMP, duduk melamun di pojok ruangan Loker tak terpakai. Sendirian saja tanpa seorang pun tahu. Betapa ambisi nya untuk menjadi juara kelas hanyalah omong kosong. Nilai matematikanya saja tak pernah lebih dari enam. Tiba-tiba seorang gadis mendatangi dari kegelapan. Seumuran dan memakai seragam yang sama.
"Siapa? Kenapa ke mari?" tanya Leo, kaget ada yang datang.
"Aku Riel." Leo mengingat-ingat.
"Aku tak pernah lihat."
"Aku jarang ke luar kelas."
"Oh ... Untuk apa ke mari?"
"Menawarimu hal menarik."
"Apa?"
"Kau ingin menang tes beasiswa, kan? Biar tak jadi pecundang bermulut besar lagi? Biar banyak cewek yang mengagumimu, iya kan?'' Leo terkesiap.
"Tak usah malu. Buka loker tujuh belas dan sainganmu akan kalah."
"Memangnya ada apa di sana?"
"Ada sihir di dalamnya ." Gadis itu pergi begitu saja. Dan Leo kebingungan.
Setelah mempertimbangkan, akhirnya dia bangkit dan mencari nomor tujuh belas di antara debu dan karat. Ketemu. Letaknya di tengah. "Aku ingin menang tes beasiswa," harapnya dalam hati. Dan perlahan membuka loker tak terkunci itu. Seketika bau busuk merebak ke luar. Leo tak mengerti bau apa itu. Sambil menahan napas dan gemuruh jantung nya, dia sempat melihat setangkai kuncup mawar di atas kertas di ujung loker. Tapi karena ketakutan, dia segera membanting pintu lokernya lalu keluar dari ruangan itu. Esok harinya tes dimulai. Bu Guru pengawas menatapnya remeh.
"Kau mau ikut tes?''
"Iya dong, Bu. Sudah belajar mati-matian nih ... " ujarnya sesumbar.
"Halah ... kau saja mau belajar."
"Ah, lbu. Aku masuk dulu ya."
Semenjak mencium bau busuk itu, Leo jadi sangat yakin jika sihir itu benar-benar ada. Apalagi di dalamnya ada mawar kuncup. Mana mungkin mawar bisa beraroma busuk. Kita lihat nanti, untuk apa mawar itu. Ketika masuk di kelas, Leo kembali mencium bau busuk itu. Ternyata asalnya dari masing-masing peserta. Dia mencium kepitan lengan diam-diam dan bersyukur, mendapati aroma kolonnya masih segar. Benar kata Riel, dia bisa mengerjakan dengan baik. Bahkan tanpa belajar sungguh-sungguh. Jawaban-jawaban bertaburan dibawa oleh bau busuk yang terus menyergap hidungnya. Dan anehnya, tidak membuat dia mual. Seusai tes bau busuk mereda, pertanda tugas telah selesai. Leo berjalan ke luar lalu melihat seorang gadis yang sedang dihibur temannya.
"Aku belajar tiap hari, sampai kurang tidur. Tapi apa? Aku blank. Habislah tesku," keluh gadis itu, Laila Desi.
"Yang sabar, Lail. .. pasti ada jalan keluarnya."
"Jalan keluar apa? Kalau aku tak bisa lanjut sekolah bagaimana?"
Leo mendengar dengan baik. Dari Laila juga dia mencium harum perjuangan. Dia tak mengerti bagaimana bau itu diciumnya. Yang dipikirkannya saat ini adalah dia telah jadi lebih rendah dari pecundang. lba dan bersalah. Leo membuka loker yang kini tanpa bau dan menemukan setangkai mawar kuncup. Mengabaikan kertas di bawahnya, dia keluarkan bunga itu begitu saja dan langsung terbakar lenyap.
"Apa?!"
Kaget. Dia mengambil kertas itu dan membacanya. 'Mawar ini adalah harapan. Baru bisa dipetik dalam tujuh belas hari setelah loker dibuka. Jangan lalai. Sisanya kau urus sendiri.' Tertanda, Riel. "Sial! Apa yang harus ku lakukan?" Pengumuman tiba. Semua peserta tes dikumpulkan dalam ruangan kemarin. Juara tiga lewat, juara dua, juara satu Leo Afrizal. Dengan ragu dia maju ke depan. Tatapan heran sekaligus kagum serta-merta menghujam dadanya. "Selamat, kamu yang terbaik tahun ini," ujar Bu Guru malu-malu, telah meremehkan Leo. Sambil gemetar dia menerima piagam. Dan belum berjabat tangan dengan gurunya, dia sudah lari ke depan mikrofon.
"Kepada kawan-kawan saya mohon maaf." Semua berdecak kagum.
Akhirnya dia bisa membuktikan omongannya. "Kepada Laila, Desi saya minta maaf. Saya telah mencuranginya dengan sihir." Semua menatap bingung, termasuk Laila. "Semua ini harusnya untuk Laila." Leo turun. Tanpa pikir panjang Laila segera menyeret Leo keluar. "Apa yang kau katakan? Apa maksudmu? Ayo jelaskan!" Laila memang kebingungan dengan dirinya yang mendadak blank ketika tes. Pasti ada yang tidak beres, gumamnya dalam hati. Leo pun menceritakan semua dan Laila mengerti.
"Kalau begitu kita harus mencari Riel."
"Aku juga berpikiran."
"Uh ... bau apa ini?" Tiba-tiba aroma busuk menguar dari tubuh Leo. Leo panik dan menatap tak percaya pada Laila.
"Mawar ini adalah harapan. Baru bisa dipetik dalam tujuh belas hari setelah loker dibuka. Jangan lalai. Sisanya kau urus sendiri."
"Riel... tolong... Riel... bagaimana? Aku... aku...."
"Leo!" panggil Laila, tapi Leo sudah melarikan diri.
Riel ke luar dari kegelapan, melewati Laila yang berdiri mematung menatap jejak-jejak Leo.
"Andai kau tak ceroboh soal mawar itu. Kau tak perlu menggantikanku bersembunyi dalam gelap. Kita sama-sama bebas," gumam Riel sambil terus melangkah lurus, menuju luar sekolah.
"Tapi baiklah.... Semoga kau cepat menemukan korban selanjutnya."
(Sumber: cerpen karangan Nureka yang dimuat di http://cerpenmu.com/cerpen-fantasi-fiksi/loker-17.html dengan pengubahan)
Tokoh-tokoh siapa sajakah yang menurutmu berwatak kurang atau tidak baik? Sebutkan dan berikan buktinya!
Iklan
A. Acfreelance
Master Teacher
2
0.0 (0 rating)
Iklan
Iklan
RUANGGURU HQ
Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860
Produk Ruangguru
Bantuan & Panduan
Hubungi Kami
©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia