Iklan
Iklan
Pertanyaan
Kecerdikan Burung Puyuh
Pada suatu masa, manusia, hewan, dan pohon dapat saling berkomunikasi satu dengan yang lain. Saat itu juga hiduplah seorang yang sangat kejam bernama Pak Sugaek. Ia hidup sendiri di sebuah rumah besar di pinggir hutan. Meski kaya-raya, ia sangat serakah sehingga semua mahluk enggan berkawan dengannya.
Tidak jauh dari rumah Pak Sugaek, hiduplah seekor burung puyuh. Suatu hari, burung puyuh, yang sedang mencari makan dengan mengais-ngais tanah mencari cacing, dikejutkan suara Pak Sugaek.
"Pergi kau burung kecil kotor! Jangan ganggu cacing-cacing itu. Mereka sedang menggemburkan kebunku. Kalau mereka kau makan, kau akan aku suruh untuk menggantikan pekerjaan cacing-caing itu."
Sang Burung Puyuh rupanya sakit hati dengan kata-kata Pak Sugaek. Tanpa berpikir lama, ia mendatangi Kancil sahabatnya yang terkenal cerdik untuk meminta nasihat.
"Cil tingkah laku Pak Sugaek sudah keterlaluan. Dia merasa semua yang ada di dunia ini miliknya. Dia sudah sangat serakah. Kita harus berbuat apa untuk menghentikannya? Biasanya kau punya ide yang hebat, sahabatku," kata burung puyuh.
"Aku rasa Pak Sugaek terlalu kuat untuk dilawan," kata Kancil menyerah.
"Cil, tidak ada mahkluk yang lebih kuat daripada Tuhan. Jadi, aku yakin pasti ada sesuatu yang bisa mengalahkan Pak Sugaek Itulah yang harus kita cari," kata Burung Puyuh memberi keyakinan.
Sebatang pohon kopi yang berada di sana ikut bersuara. "Benar yang dikatakan Burung Puyuh itu. Aku juga sudah tak tahan dijadikan tempat untuk mengikat kambing kambingnya. Lihatlah badanku, bengkak dan lecet semua."
"Ternyata, bukan aku saja yang sakit hati pada Pak Sugeak. Aku pikir, kita semua bisa bekerja sama untuk melawannya," kata Puyuh lagi.
"Itulah yang sejak dulu aku pikirkan. Pak Sugaek terlalu kuat dan pintar. Walaupun kau dan aku bersatu, kita tidak akan bisa menang," ucap si Pohon Kopi yang sudah ragu.
"Kawan-kawan, bukan hanya kalian yang ingin memberi pelajaran pada Pak Sugaek. Aku juga ingin. Apalagi, banyak temanku yang dijadikan tungku dan dijual oleh Pak Sugeak," kali ini Tanah Liat ikut berbicara.
Si Burung Puyuh pun berpikir sejenak. Setelah itu, dia berseru, "Kalau begitu, kita semua harus bersatu!"
Selanjutnya, Burung Puyuh mengajak ketiga temannya itu untuk lebih mendekat. Dia ingin membisikkan sesuatu. Setelah mendengar ide dari burung puyuh, ketiganya mengangguk setuju.
Saat hari menjelang tengah malam, mereka sudah berada di rumah Pak Sugaek. Ketika orang itu sudah tidur, si Pohon Kopi mengetuk pintu rumah sangat keras. Dengan mata setengah terpejam, Pak Sugaek menuruni tangga terakhir. Tiba-tiba tubuh lelaki kejam itu tergelincir karena menginjak si Tanah Liat yang licin yang dengan sengaja berada di sana.
Dengan menahan rasa sakit, Pak Sugeak mencoba untuk bangun. Namun, belum sempat berdiri, wajah Pak Sugeak terkena hantaman kuku tangan si Kancil. Akibatnya. mata kanan orang itu tidak bisa melihat. Sambil terhuyung-huyung, ia masih berusaha mencari-cari sesuatu di dapur. Saat itulah Burung Puyuh mengepakkan sayapnya dengar keras sehingga abu dapur beterbangan dan masuk ke mata kiri Pak Sugaek. Lelaki itu pun berteriak menahan sakit. Tak lama kemudian, Pohon Kopi datang dan memukul tubuh Pak Sugaek dari belakang hingga terjatuh.
"Apakah kamu masih bisa berlaku kejam, Pak Sugaek?"" seru Burung Puyuh.
"Siapa kalian?" tanya Pak Sugaek.
"Kami semua korban kejahatanmu," tambah si Kancil.
"Baiklah, aku minta maaf. Akan tetapi, tolong jangan sakiti aku lagi," iba Pak Sugaek.
"Kami akan memaafkanmu, tetapi dengan satu syarat!" kata si Kancil.
"Apa itu?" Pak Sugaek bertanya.
"Mulai saat ini, kau harus meninggalkan tempat ini. Pindahlah ke tempat lain dan janganlah berbuat kejam lagi di tempat barumu itu."
"Kalau itu memang keinginan kalian, baiklah. Aku akan pergi jauh dan tidak akan mengulangi kesalahanku di tempat yang baru," janji Pak Sugaek.
Pagi harinya, mereka pun melihat Pak Sugaek meninggalkan rumahnya yang besar tanpa membawa harta bendanya.
Tentukan orientasi, komplikasi, resolusi, dan koda dari teks Kecerdikan Burung Puyuh!
Iklan
N. Hayati
Master Teacher
Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Jakarta
2
0.0 (0 rating)
Iklan
Iklan
RUANGGURU HQ
Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860
Produk Ruangguru
Bantuan & Panduan
Hubungi Kami
©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia