a. Perubahan bilangan oksidasi
Mula-mula tentukan bilangan oksidasi setiap unsur dengan aturan penentuan bilangan oksidasi. Pada soal, kemungkinan adalah unsur Fe dan C karena unsur O selalu memiliki bilangan oksidasi -2, kecuali pada peroksida dan superoksida.
Unsur Fe:
Ruas kiri:
Unsur O memiliki bilangan oksidasi -2, maka:
(2×biloks Fe)+(3×biloks O)(2×biloks Fe)+(3×−2)(2×biloks Fe)−6(2×biloks Fe)biloks Febiloks Fe======biloks total000+62+6+3
Ruas kanan:
Merupakan unsur bebas sehingga bilangan oksidasi Fe = 0.
Berarti, unsur Fe mengalami penurunan bilangan oksidasi dari +3 menjadi 0 atau reduksi.
Unsur C:
Ruas kiri:
(1×biloks C)+(1×biloks O)biloks C+(1×−2)biloks C−2biloks Cbiloks C=====biloks total000+2+2
Ruas kanan:
(1×biloks C)+(2×biloks O)biloks C+(2×−2)biloks C−4biloks Cbiloks C=====biloks total000+4+4
Berarti, unsur C mengalami kenaikan bilangan oksidasi atau oksidasi.
Dengan demikiran, unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi pada reaksi tersebut adalah Fe dan C.
b. Oksidator dan hasil oksidasi
- Oksidator = zat pereaksi yang mengalammi reduksi. Pada reaksi, Fe2O3 merupakan oksidator.
- Hasil oksidasi = CO2
Jadi, a) unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi adalah Fe dan C serta b) oksidator = Fe2O3 dan hasil oksidasi = CO2.