Sebagai sebuah karya sastra, drama dibentuk oleh unsur intrinsik, seperti tema, alur, latar, penokohan, amanat, gaya bahasa, dan konflik, sedangkan unsur ekstrinsik, seperti latar sosial budaya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Dalam sebuah lakon, sutradara menghadirkan tokoh-tokoh dengan peran yang berpasangan untuk membangun persoalan dan menciptakan konflik. Tokoh protagonis yang berperan memihak kepada kebaikan akan berpasangan dengan tokoh antagonis yang menentang kebaikan sehingga terjadilah konflik. Tokoh protagonis memiliki peran yang selalu memperjuangkan nilai kejujuran, kebaikan, dan keadilan. la seorang pahlawan yang berjuang untuk tegaknnya kebenaran di masyarakat. Dalam drama tradisional, dikenal tokoh-tokoh protagonis yang melegenda, seperti, Jaka Tingkir, Jaka Tarub, dan Jaka Sembung. Sebaliknya, tokoh antagonis memiliki peran yang berseberangan dengan protagonis. la digambarkan sebagai tokoh yang berwatak jahat, menentang kebaikan, dan selalu membuat masalah.
Peran tokoh protagonis dan antagonis sangat mudah diidentifikasi melalui perilaku dan dialognya. Selain itu, karena keduanya merupakan tokoh utama dan memiliki karakter yang kuat, frekuensi munculnya di atas pentas akan lebih sering dibanding dengan tokoh pembantu atau tokoh tambahan.
Dalam drama, selain protagonis dan antagonis, biasanya dihadirkan tokoh ketiga (tritagonis) yang tugasnya sebagai penengah atau mendamaikan konflik. Tokoh ini bisa berasal dari salah satu pihak atau dari pihak luar yang menghendaki konflik tersebut berakhir. Kemunculannya bisa saja dari awal,
pertengahan, atau menjelang akhir pertunjukan.
Bagian dialog yang mendukung watak tokoh Yanti yang tertekan banyak masalah adalah: Sangat ruwet!.
Dengan demikian jawaban yang tepat adalah pilihan A.