Lop L

18 September 2024 09:06

Iklan

Lop L

18 September 2024 09:06

Pertanyaan

Proses respirasi aerob menghasilkan energi rata-rata sebesar 36 ATP, namun pada respirasi anaerob hanya menghasilkan energi 2 ATP. Mengapa energi yang dihasilkan respirasi anaerob sangat kecil?

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

17

:

41

:

31

Klaim

2

1

Jawaban terverifikasi

Iklan

Laptop A

19 September 2024 12:27

Jawaban terverifikasi

mengapa respirasi anaerob menghasilkan energi yang jauh lebih sedikit dibandingkan respirasi aerob: Respirasi Aerob vs. Anaerob: * Respirasi Aerob: Proses ini membutuhkan oksigen sebagai akseptor elektron terakhir. Melalui serangkaian reaksi kompleks, glukosa dipecah secara lengkap menjadi karbon dioksida dan air. Proses ini menghasilkan energi yang sangat banyak karena elektron yang dilepaskan dari glukosa dapat melewati rantai transpor elektron yang panjang dan efisien, menghasilkan banyak ATP. * Respirasi Anaerob: Proses ini tidak memerlukan oksigen. Ketika oksigen terbatas, sel akan beralih ke respirasi anaerob. Proses ini umumnya melibatkan fermentasi, di mana piruvat (hasil glikolisis) diubah menjadi produk akhir seperti laktat atau etanol. Proses ini hanya menghasilkan sedikit ATP karena rantai transpor elektron tidak dapat berfungsi secara optimal tanpa adanya oksigen sebagai akseptor elektron akhir. Mengapa Energi Respirasi Anaerob Sangat Kecil? * Rantai Transpor Elektron Tidak Lengkap: Pada respirasi aerob, rantai transpor elektron adalah sumber utama produksi ATP. Rantai ini terdiri dari serangkaian protein yang menerima dan mendonorkan elektron. Energi yang dilepaskan selama transfer elektron digunakan untuk memompa proton melintasi membran mitokondria, menciptakan gradien proton yang kemudian digunakan untuk menghasilkan ATP. Pada respirasi anaerob, rantai transpor elektron tidak dapat berfungsi secara lengkap karena tidak ada akseptor elektron akhir yang efisien seperti oksigen. Akibatnya, sebagian besar energi yang terkandung dalam molekul glukosa tidak dapat diubah menjadi ATP. * Hanya Glikolisis: Respirasi anaerob sebagian besar bergantung pada glikolisis, yaitu pemecahan glukosa menjadi piruvat. Glikolisis hanya menghasilkan sedikit ATP secara langsung. Proses selanjutnya, seperti siklus Krebs dan rantai transpor elektron, yang menghasilkan sebagian besar ATP pada respirasi aerob, tidak terjadi secara efisien atau bahkan tidak terjadi sama sekali pada respirasi anaerob. * Produk Sampingan: Produk sampingan dari fermentasi, seperti laktat atau etanol, masih mengandung energi kimia yang cukup besar. Namun, energi ini tidak dapat diekstraksi secara efisien oleh sel. Kesimpulan: Perbedaan utama antara respirasi aerob dan anaerob terletak pada penggunaan oksigen sebagai akseptor elektron akhir. Ketiadaan oksigen pada respirasi anaerob membatasi efisiensi produksi ATP, sehingga hanya sedikit energi yang dapat dihasilkan.


Iklan

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

mengapa pada oogenesis hanya menghasilkan satu sel ovum saja yang memiliki jumlah sitoplasma yang paling banyak?

13

0.0

Jawaban terverifikasi

Sahabat yang Tergadai Rina dan Maya telah bersahabat sejak kecil. Mereka tinggal di kompleks perumahan yang sama, duduk di bangku sekolah yang sama, bahkan berbagi mimpi untuk bisa terus bersama hingga dewasa. Setiap sore, Rina selalu datang ke rumah Maya untuk bermain atau sekadar mengerjakan PR bersama. Rumah Maya terasa hangat dan nyaman, penuh dengan canda tawa dan rasa kekeluargaan. Maya adalah teman yang selalu mendukung Rina dalam segala hal, tak peduli apa yang terjadi. Namun, suatu hari segalanya berubah. Ayah Maya, yang sebelumnya memiliki usaha sukses, mengalami kebangkrutan. Usahanya gulung tikar setelah dihadapkan pada masalah keuangan yang tak terduga. Keluarga Maya terpaksa menjual rumah mereka dan pindah ke sebuah rumah kontrakan kecil di pinggiran kota. Maya tak lagi bisa mengenakan seragam baru yang biasa mereka beli bersama di awal tahun ajaran. Kini, pakaian Maya tampak kusam, dan sepatu yang dia kenakan mulai berlubang di ujungnya. Pada awalnya, Rina tetap berteman dengan Maya seperti biasa. Mereka masih bertemu di sekolah, dan Rina sesekali mengundang Maya ke rumahnya. Namun, Rina mulai mendengar bisik-bisik dari teman-teman lainnya. "Kenapa masih berteman dengan Maya? Keluarganya sudah jatuh miskin. Nanti kamu jadi terlihat seperti dia." Salah seorang teman di kelas berkata dengan nada mengejek. Bisikan-bisikan itu semakin keras, bahkan beberapa di antaranya terang-terangan menertawakan Maya di depan Rina. Rina merasa tersudut. Di satu sisi, dia merasa bersalah kepada Maya, sahabatnya sejak kecil, yang tidak pernah memintanya apa-apa kecuali persahabatan tulus. Namun di sisi lain, dia merasa takut dijauhi oleh teman-teman lain yang mulai memandang rendah Maya. Rina mulai menjaga jarak. Suatu sore, Maya mendatangi Rina. "Kenapa kamu menjauh? Aku merindukanmu, Rina," Maya bertanya dengan mata yang penuh harap, mencoba mencari jawaban atas perubahan sikap sahabatnya. Rina menghindari tatapan Maya, menunduk dan berpura-pura sibuk dengan bukunya. "Aku sibuk sekarang, banyak tugas. Maaf, Maya." Maya terdiam. Hatinya hancur. Dia tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia berharap itu tidak benar. Namun, kenyataannya terlalu menyakitkan untuk diabaikan. Sejak itu Maya tak pernah lagi mengajak Rina berbicara. Mereka masih bertemu di sekolah, tetapi Maya belajar untuk menahan diri dari rasa sakit ditinggalkan. Waktu berlalu, dan pertemanan mereka tergerus oleh jarak yang diciptakan Rina. Suatu hari, sekolah mengadakan reuni kecil bagi siswa-siswa angkatan mereka. Maya, yang sekarang telah menemukan jalan hidupnya sendiri, datang dengan percaya diri. Dia tak lagi terjebak dalam bayang-bayang masa lalu. Rina melihat Maya dari jauh, merasa tertampar oleh keberadaan sahabatnya yang dulu. Maya telah tumbuh menjadi sosok yang mandiri dan sukses, meski tanpa dirinya. Rina mendekat dengan perasaan bersalah. "Maya... maafkan aku." Maya menatapnya, senyumnya tenang. "Rina, aku sudah memaafkanmu sejak lama. Aku hanya belajar bahwa tidak semua hal bisa kita pertahankan, bahkan persahabatan. Kadang, orang berubah, dan itu tidak apa-apa. Yang penting, kita tetap berdiri dan melanjutkan hidup." Rina menahan air matanya. Pada saat itu, dia menyadari bahwa dia telah kehilangan lebih dari sekadar seorang sahabat. Dia telah kehilangan kesempatan untuk setia pada seseorang yang benar-benar berarti dalam hidupnya. Tapi, waktu tak bisa diputar kembali. Rina hanya bisa menerima kenyataan bahwa persahabatan mereka telah tergadai oleh ketakutan dan gengsi. Maya pun berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Rina dalam kesunyian yang menyesakkan. Ubahlah cerpen tersebut menjadi sebuah adegan 1, adegan 2, adegan 3, dan adegan 4

54

0.0

Jawaban terverifikasi

Iklan