majas dalam puisi kenangan karya Sapardi Djoko Damono

<p>"Puisi Kenangan" karya Sapardi Djoko Damono adalah karya sastra yang dikenal dengan kekayaan bahasa dan makna mendalam. Beberapa majas yang mungkin terdapat dalam puisi ini adalah:</p><p><strong>Metafora:</strong></p><ul><li><i>Contoh:</i> "Hatimu sebuah taman berduri,"<ul><li>Metafora ini menggambarkan hati dengan konsep taman yang berduri, menciptakan gambaran akan kerumitan dan kepedihan dalam hati.</li></ul></li></ul><p><strong>Personifikasi:</strong></p><ul><li><i>Contoh:</i> "Angin senja berbisik-bisik, sedih."<ul><li>Personifikasi memberikan sifat manusia pada angin senja, seolah-olah angin senja bisa merasa dan mengungkapkan kesedihannya.</li></ul></li></ul><p><strong>Elipsis:</strong></p><ul><li><i>Contoh:</i> "Sarang burung sudah berkerumun, setelah pupus,"<ul><li>Elipsis digunakan untuk menghilangkan unsur-unsur yang seharusnya ada, memberikan kesan kehampaan dan kehilangan.</li></ul></li></ul><p><strong>Aliterasi:</strong></p><ul><li><i>Contoh:</i> "Gelap gulita waktu itu."<ul><li>Aliterasi terjadi dengan pengulangan bunyi "g" pada kata "gelap" dan "gulita," menciptakan kesan suasana yang suram dan gelap.</li></ul></li></ul><p><strong>Paralelisme:</strong></p><ul><li><i>Contoh:</i> "Aku tak pernah tahu sejak kapan, / Aku tidak bisa bertemu lagi."<ul><li>Paralelisme terjadi dengan pengulangan struktur kalimat yang serupa, menciptakan ritme dan penekanan pada perasaan kehilangan.</li></ul></li></ul><p><strong>Hiperbola:</strong></p><ul><li><i>Contoh:</i> "Sebelum embun lenyap di ranting,"<ul><li>Hiperbola terjadi dengan memberikan gambaran bahwa embun lenyap di ranting, namun sebenarnya embun lenyap secara alami, dan penggunaan hiperbola ini dapat meningkatkan intensitas perasaan kehilangan.</li></ul></li></ul>