Iklan

Iklan

Pertanyaan

Perhatikan kutipan drama berikut! 


Gunarto: (Memandang lbu lalu bicara dengan suara sesal) lbu masih berfikir lagi...

lbu: (Bicara tanpa melihat Gunarto) Malam hari raya, Narto. Dengarlah suara bedug itu bersahut-sahutan. Pada malam hari raya seperti inilah ayahmu pergi dengan tidak meninggalkan sepatah kata pun.

Gunarto: (Agak kesal) Ayah . . . 

lbu: Keesokan harinya hari raya, selesai sholat kuampuni dosanya.

Gunarto: Kenapa masih Ibu ingat lagi masa yang lampau itu? Mengingat orang yang sudah tidak ingat lagi kepada kita?

lbu: (Memandang Gunarto) Aku merasa bahwa ia masih ingat kepada kita.

Gunarto: (Bergerak ke meja makan) Mintarsih ke mana, Bu?

lbu: Mintarsih keluar tadi mengantarkan jahitan, Narto.

Gunarto: (Heran) Mintarsih masih juga mengambil upah jahitan, Bu? Bukankah seharusnya ia tidak usah lagi membanting tulang sekarang?

lbu: Biarlah Narto. Karena kalau ia sudah kawin nanti, kepandaiannya itu tidak sia-sia nanti. ·

Gunarto: (Bergerak mendekati lbu,lalu bicara dengan lembut) Sebenarnya Ibu mau mengatakan kalau penghasilanku tidak cukup untuk membiayai makan kita sekeluarga kan, Bu? (Diam
sejenak
) Bagaimana dengan lamaran itu, Bu?

lbu: Mintarsih nampaknya belum mau bersuami, Narto.Tapi dari pihak orang tua anak lelaki itu terus mendesak lbu saja.

Gunarto: Apa salahnya, Bu? Mereka uangnya banyak. ·

lbu: Ah...uang, Narto?

Gunarto: (Sadar Karena Tadi Berbicara Salah) Maaf Bu . . . bukan maksudku mau menjual adik sendiri. (Lalu Bicara Dengan Dirinya Sendin) Ah ...aku jadi mata duitan. Ya mungkin karena hidup  yang penuh penderitaan ini.

lbu: (Menerawang) Ayahmu seorang hartawan yang mempunyai tanah dan kekayaan yang sangat banyak dan mewah di waktu kami kawin dulu.Tetapi kemudian .... seperti pokok yang ditiup angin kencang... buahnya gugur karena ... (Suasana sejenak hening penuh tekanan batin, suara Ibu lemah tertekan) Uang Narto! Tidak Narto, tidak! Aku tidak mau terkena dua kali. Aku tidak mau adikmu bersuamikan seorang hartawan, tidak ... cukuplah aku saja sendiri. Biarlah ia hidup sederhana, Mintarsih mestilah bersuamikan orang yang berbudi tinggi, mesti, mesti ...

Gunarto: (Coba menghibur Ibu) Tapi kalau bisa kedua-duanya sekaligus, Bu? Ada harta ada budi

lbu: Di manalah dicari, Narto? Adik kau Mintarsih hanyalah seorang gadis biasa. Apalagi sekarang ini keadaan kita susah? Kita tidak punya uang di rumah? Sebentar hari lagi uang simpananku yang terakhir pun akan habis pula.

Gunarto: (Diam berpikir, kemudian kesal) Semua ini adalah karena ulah Ayah! Hingga Mintarsih harus menderita pula! Sejak kecil Mintarsih sudah merasakan pahit getirnya kehidupan. Tapi kita harus mengatasi kesulitan ini, Bu! Harus! Ini kewajibanku sebagai abangnya, aku harus lebih keras lagi berusaha! (Hening sejenak, lalu bicara kepada dirinya sendiri) Kalau saja aku punya uang sejuta.

lbu: Buat perkawinan Mintarsih, lima ratus ribu rupiah saja sudah cukup, Narto. (Ibu mencoba tersenyum). Sesudah Mintarsih nanti, datanglah giliranmu Narto.

Gunarto: (Kaget). Aku kawin, Bu? Belum bisa aku memikirkan kesenanganku untuk diriku sendiri sekarang ini, Bu. Sebelum saudara-saudaraku senang dan lbu ikut mengecap kebahagiaan atas jerih payahku nanti, Bu.

Ibu: Aku sudah merasa bahagia kalau kau bahagia, Narto. Karena nasibku bersuami tidak baik benar. (Kembali pikirannya menerawang) Dan kata orang bahagia itu akan turun kepada anaknya. Malam hari raya sewaktu ia pergi itu tak tahu aku apa yang mesti aku kerjakan? Tetapi . . . (Kembali sedih dan haru).

Gunarto: (Tampak kesal lalu mengalihkan pembicaraan) Maimun lambat benar pulang hari ini, Bu?·

Ibu: Barangkali banyak yang harus dikerjakannya? Karena katanya mungkin bulan depan dia naik·gaji.

Gunarto: Betul, Bu itu? Maimun memang pintar, otaknya encer. Karena kita tak punya uang kita tak bisa membiayai sekolahnya lebih lanjut lagi. Tapi kalau ia mau bekerja keras, tentu ia akan  menjadi orang yang berharga di masyarakat.

Dikutlp dari: https://teaterkitablog.wordpress.com/2015/06/kumpulan-naskah-teater/, diunduh 20 Juli 2017undefined 

Tentukan tema, latar, dan amanat yang terdapat pada kutipan drama tersebut!

Tentukan tema, latar, dan amanat yang terdapat pada kutipan drama tersebut! 

Iklan

K. Khoirunnisa

Master Teacher

Mahasiswa/Alumni Universitas Sriwijaya

Jawaban terverifikasi

Jawaban

tema kutipan drama di atas adalah ketegaran seorang ibu, latar tempat di rumah, latar waktu malam hari raya, dan latar suasana kesal dan sedih. Amanat kutipan drama di atas adalahHarta tidak menjamin kebahagiaan seseorang.

tema kutipan drama di atas adalah ketegaran seorang ibu, latar tempat di rumah, latar waktu malam hari raya, dan latar suasana kesal dan sedih. Amanat kutipan drama di atas adalah Harta tidak menjamin kebahagiaan seseorang.undefined 

Iklan

Pembahasan

Tema adalah setiap ide pokok, gagasan ataupun persoalan yang dipakai sebagai landasan atau dasar pembuatan cerita. Latar adalah keterangan mengenai ruang, waktu serta suasana terjadinya peristiwa-peristiwa didalam suatu karya sastra. Sementara itu, amanat merupakan pesan-pesan atau nilai-nilai moral yang mendidik dan dapat di terapkan dalam kehidupan yang di sampaikan oleh pengarang Tema, latar, dan amanat yang terdapat pada kutipan drama tersebut adalah sebagai berikut: Tema: Ketegaran seorang ibu. Hal tersebut ditunjkan pada sikap tokoh Ibu yang digambarkan membesarkan anak-anaknya dengan payah akibat suaminya yang tidak benar hidupnya. Ia juga enggan menikahkan anak perempuannya dengan orang yang berharta saja namun ia bersikeras untuk menikahkan anaknya dengan orang yang memiliki budi. Latar: Tempat: di dalam rumah. Hal tersebut diperkuat dengan dialog " Maimun lambat benar pulang hari ini, Bu?" Dialog tersebut biasanya diucapkan oleh seseorang yang berada di dalam rumah menunggu kepulangan anggota keluarganya. Waktu: malam hari raya. Hal tersebut diperkuat oleh dialog yang diucapkan oleh Ibu "Malam hari raya, Narto. Dengarlah suara bedug itu bersahut-sahutan." Suasana: sedih, kesal. Hal tersebut nampak dari raut wajah Ibu dan Narto yang dijelaskan dalam kramagung. Contoh kramagung yang menunjukan rasa kesal, yaitu( Agak kesal ), (Diam berpikir, kemudian kesal), dan ( Tampak kesal lalu mengalihkan pembicaraan ). Sementara itu, kramagung yang menunjukan suasana sedih, yaitu( Menerawang ), ( Suasana sejenak hening penuh tekanan batin, suara Ibu lemah tertekan ),( Coba menghibur Ibu ) dan( Kembalisedih dan haru ). Amanat: Harta tidak menjamin kebahagiaan seseorang. Hal tersebut dinyatakan secara tersurat oleh dialog Ibu, yaitu " Ayahmu seorang hartawan yang mempunyai tanah dan kekayaan yang sangat banyak dan mewah di waktu kami kawin dulu.Tetapi kemudian .... seperti pokok yang ditiup angin kencang... buahnya gugur karena uang Narto! Tidak Narto, tidak! Aku tidak mau terkena dua kali. Aku tidak mau adikmu bersuamikan seorang hartawan, tidak ... cukuplah aku saja sendiri. Biarlah ia hidup sederhana, Mintarsih mestilah bersuamikan orang yang berbudi tinggi, mesti, mesti ... ". Dengan demikian, tema kutipan drama di atas adalah ketegaran seorang ibu, latar tempat di rumah, latar waktu malam hari raya, dan latar suasana kesal dan sedih. Amanat kutipan drama di atas adalahHarta tidak menjamin kebahagiaan seseorang.

Tema adalah setiap ide pokok, gagasan ataupun persoalan yang dipakai sebagai landasan atau dasar pembuatan cerita. Latar adalah keterangan mengenai ruang, waktu serta suasana terjadinya peristiwa-peristiwa didalam suatu karya sastra. Sementara itu, amanat merupakan pesan-pesan atau nilai-nilai moral yang mendidik dan dapat di terapkan dalam kehidupan yang di sampaikan oleh pengarang

Tema, latar, dan amanat yang terdapat pada kutipan drama tersebut adalah sebagai berikut:

Tema: Ketegaran seorang ibu. Hal tersebut ditunjkan pada sikap tokoh Ibu yang digambarkan membesarkan anak-anaknya dengan payah akibat suaminya yang tidak benar hidupnya. Ia juga enggan menikahkan anak perempuannya dengan orang yang berharta saja namun ia bersikeras untuk menikahkan anaknya dengan orang yang memiliki budi.

Latar:

  • Tempat: di dalam rumah. Hal tersebut diperkuat dengan dialog "Maimun lambat benar pulang hari ini, Bu?" Dialog tersebut biasanya diucapkan oleh seseorang yang berada di dalam rumah menunggu kepulangan anggota keluarganya.
  • Waktu: malam hari raya. Hal tersebut diperkuat oleh dialog yang diucapkan oleh Ibu "Malam hari raya, Narto. Dengarlah suara bedug itu bersahut-sahutan."
  • Suasana: sedih, kesal. Hal tersebut nampak dari raut wajah Ibu dan Narto yang dijelaskan dalam kramagung. Contoh kramagung yang menunjukan rasa kesal, yaitu (Agak kesal),  (Diam berpikir, kemudian kesal), dan (Tampak kesal lalu mengalihkan pembicaraan). Sementara itu, kramagung yang menunjukan suasana sedih, yaitu (Menerawang), (Suasana sejenak hening penuh tekanan batin, suara Ibu lemah tertekan), (Coba menghibur Ibu) dan (Kembali sedih dan haru).

Amanat: Harta tidak menjamin kebahagiaan seseorang. Hal tersebut dinyatakan secara tersurat oleh dialog Ibu, yaitu "Ayahmu seorang hartawan yang mempunyai tanah dan kekayaan yang sangat banyak dan mewah di waktu kami kawin dulu.Tetapi kemudian .... seperti pokok yang ditiup angin kencang... buahnya gugur karena uang Narto! Tidak Narto, tidak! Aku tidak mau terkena dua kali. Aku tidak mau adikmu bersuamikan seorang hartawan, tidak ... cukuplah aku saja sendiri. Biarlah ia hidup sederhana, Mintarsih mestilah bersuamikan orang yang berbudi tinggi, mesti, mesti ...".

Dengan demikian, tema kutipan drama di atas adalah ketegaran seorang ibu, latar tempat di rumah, latar waktu malam hari raya, dan latar suasana kesal dan sedih. Amanat kutipan drama di atas adalah Harta tidak menjamin kebahagiaan seseorang.undefined 

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

12

Iklan

Iklan

Pertanyaan serupa

Perempuan tua : "Sabarlah, ia masih sakit" Satilawati : "Betul ia sakit? Sakit turunan?" Perempuan tua : "Tidak. Tapi dia memang sakit. Itu perbuatan Kartili" Satilawati : "Nenek!" Perempu...

7

0.0

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia