Iklan

Pertanyaan

Tentukan reaksi-reaksi berikut termasuk reaksi autoredoks atau bukan berdasarkan konsep reaksi reduksi-oksidasi!

Tentukan reaksi-reaksi berikut termasuk reaksi autoredoks atau bukan berdasarkan konsep reaksi reduksi-oksidasi!

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

19

:

06

:

17

Klaim

Iklan

S. Hidayati

Master Teacher

Mahasiswa/Alumni Universitas Indonesia

Jawaban terverifikasi

Pembahasan

Reaksi autoredoks atau reaksi disproporsionasi adalah reaksi redoks yang melibatkan reduktor (spesi teroksidasi) dan oksidator (spesi tereduksi) yang sama. Oleh karena itu, untuk menentukan mana yang reaksi autoredoks,, harus diketahui atom yang mengalami perubahan bilangan oksidasi. Reaksi 1: Atom O: tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi karena tidak ada senyawa peroksida/superoksida dan unsur bebas. Atom S: pada CS 2 ​ , bilangan oksidasi S adalah -2, sedangkan pada SO 2 ​ : ( 1 × bo S ) + ( 2 × bo O ) bo S + ( 2 × − 2 ) bo S − 4 bo S ​ = = = = ​ 0 0 0 + 4 ​ Berarti, atom S mengalami kenaikan bilangan oksidasi (oksidasi) dari -2 menjadi +4 sehingga CS 2 ​ merupakan reduktor dan SO 2 ​ merupakan hasil oksidasi. Atom C: pada CS 2 ​ : ( 1 × bo C ) + ( 2 × bo S ) bo C + ( 2 × − 2 ) bo C − 4 bo C ​ = = = = ​ 0 0 0 + 4 ​ pada CO 2 ​ : ( 1 × bo C ) + ( 2 × bo O ) bo C + ( 2 × − 2 ) bo C − 4 bo C ​ = = = = ​ 0 0 0 + 4 ​ Atom C tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi. Dengan demikian, reaksi 1 bukan merupakan reaksi redoks. Reaksi 2 Atom H: tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi (tetap +1) karena tidak ada senyawa hidrida dan unsur bebas. Atom O: tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi (tetap -2) karena tidak ada senyawa peroksida/superoksida dan unsur bebas. Atom Cl: tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi (tetap -1) karena tidak ada senyawa oksihalogen dan unsur bebas. Atom S: pada S 2 ​ O 3 2 − ​ , jumlah bilangan oksidasinya adalah -2, maka: ( 2 × bo S ) + ( 3 × bo O ) ( 2 × bo S ) + ( 3 × − 2 ) ( 2 × bo S ) − 6 2 × bo S bo S bo S ​ = = = = = = ​ − 2 − 2 − 2 − 2 + 6 2 + 4 ​ + 2 ​ pada S, merupakan unsur bebas sehingga bilangan oksidasi S adalah 0. pada SO 2 ​ , jumlah bilangan oksidasi adalah 0, maka: ( 1 × bo S ) + ( 2 × bo O ) bo S + ( 2 × − 2 ) bo S − 4 bo S ​ = = = = ​ 0 0 0 + 4 ​ Atom S mengalami penurunan bilangan oksidasi (reduksi) dari +2 menjadi 0 dan kenaikan bilangan oksidasi (oksidasi) dari +2 menjadi +4. Berarti, S 2 ​ O 3 2 − ​ merupakan oksidator dan reduktor dan reaksi ini merupakan reaksi autoredoks. Reaksi 3 Atom Cl: tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi (tetap -1) karena tidak ada senyawa oksihalogen dan unsur bebas. Atom Fe: pada Fe, merupakan unsur bebas sehingga bilangan oksidasinya adalah 0; sedangkan pada FeCl 3 ​ , jumlah bilangan oksidasinya 0, maka: ( 1 × bo Fe ) + ( 3 × bo Cl ) bo Fe + ( 3 × − 1 ) bo Fe − 3 bo Fe ​ = = = = ​ 0 0 0 + 3 ​ Berarti atom Fe mengalami kenaikan bilangan oksidasi (oksidasi) dari 0 menjadi +3 dan Femerupakan reduktor. Atom H: pada HCl , memiliki bilangan oksidasi +1; sedangkan pada H 2 ​ , merupakan unsur bebas sehingga bilangan oksidasinya 0. Berarti atom H mengalami penurunan bilangan oksidasi (reduksi) dari +1 menjadi 0 dan HCl merupakan oksidator. Dengan demikian, reaksi 3 merupakan reaksi redoks, tetapi bukan reaksi autoredoks. Reaksi 4 Atom K: merupakan logam golongan IA, yang tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi (tetap +1) karena tidak ada unsur bebas. Atom O: tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi (tetap -2) karena tidak ada senyawa peroksida/superoksida dan unsur bebas. Atom Al: pada Al, merupakan unsur bebas sehingga bilangan oksidasinya adalah 0; sedangkan pada KAlO 2 ​ , jumlah bilangan oksidasinya 0, maka: ( 1 × bo K ) + ( 1 × bo Al ) + ( 2 × bo O ) ( 1 × + 1 ) + bo Al + ( 2 × − 2 ) + 1 + bo Al − 4 bo Al − 3 bo Al ​ = = = = = ​ 0 0 0 0 + 3 ​ Berarti atom Al mengalami kenaikan bilangan oksidasi (oksidasi) dari 0 menjadi +3 dan Al merupakan reduktor. Atom H: pada KOH , memiliki bilangan oksidasi +1; sedangkan pada H 2 ​ , merupakan unsur bebas sehingga bilangan oksidasinya 0. Berarti atom H mengalami penurunan bilangan oksidasi (reduksi) dari +1 menjadi 0 dan KOH merupakan oksidator. Dengan demikian, reaksi 4 merupakan reaksi redoks, tetapi bukan reaksi autoredoks. Jadi, tabel yang telah dilengkapi:

Reaksi autoredoks atau reaksi disproporsionasi adalah reaksi redoks yang melibatkan reduktor (spesi teroksidasi) dan oksidator (spesi tereduksi) yang sama. Oleh karena itu, untuk menentukan mana yang reaksi autoredoks,, harus diketahui atom yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.


Reaksi 1:

Atom O: tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi karena tidak ada senyawa peroksida/superoksida dan unsur bebas.

Atom S: pada , bilangan oksidasi S adalah -2, sedangkan pada :

 

Berarti, atom S mengalami kenaikan bilangan oksidasi (oksidasi) dari -2 menjadi +4 sehingga  merupakan reduktor dan  merupakan hasil oksidasi.

Atom C:

pada :

 

pada :

 

Atom C tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi.

Dengan demikian, reaksi 1 bukan merupakan reaksi redoks.


Reaksi 2

Atom H: tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi (tetap +1) karena tidak ada senyawa hidrida dan unsur bebas.

Atom O: tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi (tetap -2) karena tidak ada senyawa peroksida/superoksida dan unsur bebas.

Atom Cl: tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi (tetap -1) karena tidak ada senyawa oksihalogen dan unsur bebas.

Atom S:

pada , jumlah bilangan oksidasinya adalah -2, maka:

 

pada S, merupakan unsur bebas sehingga bilangan oksidasi S adalah 0.

pada , jumlah bilangan oksidasi adalah 0, maka:

 

Atom S mengalami penurunan bilangan oksidasi (reduksi) dari +2 menjadi 0 dan kenaikan bilangan oksidasi (oksidasi) dari +2 menjadi +4. Berarti,  merupakan oksidator dan reduktor dan reaksi ini merupakan reaksi autoredoks.


Reaksi 3

Atom Cl: tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi (tetap -1) karena tidak ada senyawa oksihalogen dan unsur bebas.

Atom Fe: pada Fe, merupakan unsur bebas sehingga bilangan oksidasinya adalah 0; sedangkan pada , jumlah bilangan oksidasinya 0, maka:

Berarti atom Fe mengalami kenaikan bilangan oksidasi (oksidasi) dari 0 menjadi +3 dan Fe merupakan reduktor.

Atom H: pada , memiliki bilangan oksidasi +1; sedangkan pada , merupakan unsur bebas sehingga bilangan oksidasinya 0. Berarti atom H mengalami penurunan bilangan oksidasi (reduksi) dari +1 menjadi 0 dan  merupakan oksidator.

Dengan demikian, reaksi 3 merupakan reaksi redoks, tetapi bukan reaksi autoredoks.


Reaksi 4

Atom K: merupakan logam golongan IA, yang tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi (tetap +1) karena tidak ada unsur bebas.

Atom O: tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi (tetap -2) karena tidak ada senyawa peroksida/superoksida dan unsur bebas.

Atom Al: pada Al, merupakan unsur bebas sehingga bilangan oksidasinya adalah 0; sedangkan pada , jumlah bilangan oksidasinya 0, maka:

 

Berarti atom Al mengalami kenaikan bilangan oksidasi (oksidasi) dari 0 menjadi +3 dan Al merupakan reduktor.

Atom H: pada , memiliki bilangan oksidasi +1; sedangkan pada , merupakan unsur bebas sehingga bilangan oksidasinya 0. Berarti atom H mengalami penurunan bilangan oksidasi (reduksi) dari +1 menjadi 0 dan  merupakan oksidator.

Dengan demikian, reaksi 4 merupakan reaksi redoks, tetapi bukan reaksi autoredoks.


Jadi, tabel yang telah dilengkapi:

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

1

Iklan

Pertanyaan serupa

Di antara reaksi berikut yang tidak tergolong reaksi disproporsionasi adalah ...

21

4.6

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia