Berdasarkan konsep kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi, reduksi merupakan reaksi penurunan biloks sedangkan oksidasi adalah reaksi kenaikan biloks.
Untuk menentukan bilangan oksidasi reaksi tersebut, terdapat beberapa aturan penentuan bilangan oksidasi :
- biloks unsur logam dalam senyawanya selalu bertanda (+) tergantung elektron valensinya. Contoh biloks Na (+1), Mg (+2), Al (+3).
- biloks unsur Cl, Br, I = −1, kecuali bila bergabung dengan unsur yang lebih elektronegatif. Contoh biloks I pada KIO3 yaitu +5.
- jumlah total biloks atom-atom dalam senyawa netral = 0.
- biloks atom O = −2, kecuali pada senyawa peroksida (−1), senyawa superoksida (−21), senyawa OF2 (+2)
- unsur bebas (seperti Na, Mg, S, O2, I2, Br2) memiliki biloks 0.
- biloks H = +1 kecuali pada senyawa hidrida biloksnya menjadi −1 .
Apabila melihat pada aturan tersebut, didapat hasil bahwa unsur H pada dan memiliki bilangan oksidasi +1; unsur O pada dan memiliki bilangan oksidasi -2; unsur Cl pada dan memiliki bilangan oksidasi -1 sehingga ketiga unsur tersebut tidak mengalami perubahan.
Pada reaksi terlihat ada unsur bebas Cu sehingga dipastikan bahwa tembaga mengalami perubahan bilangan oksidasi. Unsur tembaga memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi.
- Cu pada unsur bebas memiliki bo = 0
-
Jadi perubahan biloks untuk reaksi:
Cu2O → Cu (biloks turun = reduksi = oksidator)Cu2O → CuCl2 (biloks naik = oksidasi = reduktor)
Cu2O bertindak sebagai oksidator dan reduktor sehingga reaksi tersebut merupakan reaksi disproporsionasi (autoredoks), yaitu reaksi yang oksidator dan reduktornya merupakan zat yang sama.
Jadi, bilangan oksidasi H = +1, O = -2, Cl = -1, dan Cu = +1, 0, +2; oksidator dan reduktor adalah ; hasil oksidasi adalah ; serta hasil reduksi adalah Cu.