Masa Praaksara merupakan suatu masa di mana manusia dalam hal ini ialah manusia purba sebagai masyarakat yang menetap di suatu wilayah yang ada di Indonesia, masih belum mengenal tulisan . Berdasarkan hasil kebudayaannya, secara garis besar, Zaman Praaksara dibagi menjadi Zaman Batu dan Zaman Logam.
1. Zaman Batu
Berdasarkan cara memproses perkakas batu dan fungsi perakaks batu yang mereka gunakan , zaman Batu diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, yaitu sebagai berikut.
a. Zaman Batu Tua ( Paleolithikum)
Zaman Palaeolithikum berarti Zaman batu tua. Zaman ini ditandai dengan adanya perkakas yang terbuat dari batu yang masih kasar, sederhana, dan sangat primitif. Hasil kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemukan di daerah Pacitan (Jawa Timur) dan Ngandong (Jawa Timur). Untuk itu para arkeolog sepakat untuk membedakan temuan benda-benda prasejarah di kedua tempat tersebut yaitu sebagai kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
b. Zaman Batu Madya ( Mesolithikum )
Zaman Mesolitikum diperkirakan berlangsung pada masa Holosen Awal setelah zaman Es berakhir. Pendukung kebudayaannya ialah Homo Sapiens yang merupakan manusia cerdas. Untuk penemuannya berupa fosil manusia purba, banyak ditemukan di Sumatra Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Flores. Ciri kebudayaan Mesolithikum tidak jauh berbeda dengan kebudayaan Palaeolithikum, tetapi pada masa Mesolithikum manusia yang hidup pada zaman tersebut sudah ada yang menetap sehingga kebudayaan Mesolithikum yang sangat menonjol dan sekaligus menjadi ciri dari jaman ini yaitu kebudayaan Kjokkenmoddinger dan Abris sous Roche.
c. Zaman Batu Muda (Neolithikum)
Zaman Neolitikum merupakan perkembangan zaman dari kebudayaan batu madya. Alat-alat yang terbuat dari batu yang telah mereka hasilkan lebih sempurna dan lebih halus disesuaikan dengan fungsinya. Hasil kebudayaan yang terkenal di zaman Neolitikum adalah jenis kapak persegi dan kapak lonjong. Fase atau tingkat kebudayaan pada jaman prasejarah yang memiliki ciri-ciri berupa unsur-unsur kebudayaan, seperti peralatan yang berasal dari batu yang sudah diasah, pertanian menetap, peternakan, serta pembuatan tembikar.
d. Zaman Megalithikum (Batu Besar)
Berdasarkann bahasa Yunani, kata Megalitikum dapat dibagi menjadi kata "Mega" yang berarti besar dan "Lithos" yang berarti batu. Perkembangan zaman Megalitikum diperkirakan sudah ada sejak zaman Batu Muda hingga Zaman Logam. Kebudayaan Megalitikum merupakan zaman dimana alat yang dihasilkan berupa bangunan batu besar, pada umumnya diperuntukan bagi tempat beribadah pada arwah nenek moyang dalam sistem kepercayaan Animisme dan Dinamisme .Kebudayaan ini merupakan kelanjutan dari zaman Neolitikum karena dibawa oleh bangsa Deutero Melayu yang dating di Nusantara. Kebudayaan ini berkembang bersama dengan kebudayaan logam di Indonesia, yakni kebudayaan Dongson. Bentuk peninggalan peninggalan jaman Megalitikum tersebut terbuat dari batu besar yang pembentukannya sesuai dengan kepentingan upacara tertentu.
2. Zaman Logam ( Zaman Perundagian )
Secara harafiah, perundagian berasal dari kata undagi yang berarti seseorang yang ahli dalam melakukan pekerjaan tertentu. Pada masa ini, kehidupan masyarakat boleh dibilang telah berada di tahap yang lebih maju, lantaran sudah memiliki keterampilan untuk membuat alat-alat dari bahan perunggu. Adapun alat-alat tersebut nantinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Baik untuk bertani, berburu ataupun melakukan upacara tertentu. Hasil budaya pada jaman logam diperoleh dari pengaruh kebudayaan Dongson Vietnam sehingga mereka dapat memperoleh kepandaian dalam mengolah logam tersebut. Meskipun pada masa ini telah terdapat hasil kebudayaan jaman logam seperti alat alat dari logam, namun untuk keperluan sehari hari mereka tetap menggunakan gerabah maupun alat alat batu lainnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pembabakan masa Praaksara Indonesia berdasarkan hasil kebudayaannya dibagi menjadi zaman Batu dan zaman Logam.