Pada awal sekitar awal tahun 1900-an, corak perjuangan bangsa Indonesia mulai menampakan wajah barunya, dari yang semula bercorak kedaerahan dan masih menggunakan perang fisk, mejadi perjuangan dengan corak nasional dan menggunakan strategi modern, dalam arti menggunakan pemikiran dan organisasi pergerakan, sehingga dalam periodisasi sejarah Indonesia dari tahun 1908-1942, dikenal dengan periode Pergerakan Nasional.
Adapun hal yang menyebabkan terjadinya corak perubahan tersebut, bermula dari penerapan kebijakan Politik Etis dari pemerintah kolonial sebagai utang balas budi terhadap Hindia Belanda. Salah satu program Politik Etis adalah edukasi, hal yang mana dalam perkembangan kemudian membuat bangsa Indonesia (Hindia Belanda) tercerahkan bahwa ada cara yang lebih efektif dalam melawan penjajahan Belanda, yakni dengan organisasi dan pemikiran.
Dengan begitu, dapat diklasifikaskan bahwa corak perjuangan bangsa sebelum dan sesudah mengenal pendidikan: (1) sebelum tahun 1908 perjuangan masih mengandalkan perang fisik, sementara setelah tahun 1908 perjuangan sudah menggunakan organisasi pergerakan, (2) sebelum tahun 1908, corak perjuangan masih bersifat lokalitas (kedaerahan), sementara setelah tahun 1908, perjuangan sudah dalam lingkup nasional, dalam arti luas dan cita-cita pergerakannya, (3) sebelum tahun 1908, karena masih kedaerahan maka tentu perjuangan akan mengandalkan pada satu sosok yang kharismatik, sehingga jika sosok tersebut telah tiada maka hilang sudah garis perjuangan, sementara sesudah tahun 1908, karena sudah menggunakan organisasi, maka ada regenerasi organisasi yang akan mewujudkan cita-cita perjuangan meskipun sosok pendiri organisasi tersebut telah tiada.
Dengan begitu, ciri perjuangan mencolok sebelum dan sesudah ada pendidikan adalah corak perjuangannya yang sudah meluas hingga ke skala nasional.