Adanya perbedaan penafsiran tentang butir-butir Perjanjian Linggarjati memicu ketegangan baru antara Indonesia dan Belanda. Pada 15 Juli 1947, H.J. van Mook menyampaikan pidato radio bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan perjanjian Linggarjati. Selanjutnya, Belanda melancarkan serangan terhadap wilayah-wilayah yang dikuasai Indonesia. Serangan ini dikenal sebagai Agresi Militer I yang di mulai pada 21 Juli 1947. Tujuan utama agresi Belanda yang sesungguhnya adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak. Untuk mengelabui dunia internasional, Belanda menamakan agresi militer ini sebagai aksi polisional, yaitu mengatasi kekacauan akibat teror dan huru hara serta memulihkan ketertiban dan stabilitas di Indonesia. Maka dalam propaganda Belanda, rakyat Indonesia yang melakukan perlawanan ada kelompok penganggu stabilitas. Selanjutnya, tentara Belanda memfokuskan serangan pada tiga tempat, yaitu Sumatra Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada Agresi Militer pertama ini, Belanda juga mengerahkan kedua pasukan khusus yaitu Korps Speciale Tropen di bawah komando kapten Raymond Westerling.
Selanjutnya Belanda secara sepihak memproklamasikan apa yang disebut Garis Demarkasi van Mook atau Garis van Mook. Menurut garis van Mook wilayah Indonesia hanya mencakup Jawa Tengah bagian timur, dikurangi pelabuhan-pelabuhan dan wilayah laut. Hal ini jelas merugikan Indonesia. Indonesia melalui Sutan Syahrir menolak keputusan itu. Mendengar keputusannya ditolak Belanda pun langsung melancarkan serangannya di tiga titik yaitu Jakarta, Semarang dan Surabaya. Serangan yang dilakukan oleh Belanda ini berhasil, Belanda mulai menguasai beberapa pelabuhan penting. Melalui wakil perdana menteri A.K. Gani, Indonesia mendesak PBB untuk mengambil sikap. Pada saat yang sama, Indonesia melobi negara-negara sahabat untuk memperjuangkan Indonesia di PBB dan mendapat tanggapan yang positif. Wakil-wakil dari India dan Australia di PBB mengajukan usul agar masalah Indonesia ini di bahas dalam pertemuan dewan keamanan. Akhirnya dewan keamanan PBB mengadakan pertemuan, yang juga dihadiri diplomat sekaligus wakil Indonesia Sutan Syahrir dan H. Agus Salim. Dewan keamanan PBB kemudian mengakui eksistensi Republik Indonesia secara de facto.Hasil sidang Dewan Keamanan PBB juga berupa seruan agar Indonesia dan Belanda melakukan gencatan senjata. Seruan PBB dipatuhi oleh kedua pihak.
Berdasarkan penjelasan di atas Latar belakang Agresi Militer I ini karena adanya perbedaan penafsiran tentang butir-butir Perjanjian Linggarjati yang akhirnya memicu ketegangan baru antara Indonesia dan Belanda selain itu tujuan utama agresi Belanda yang sesungguhnya adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak. Selanjutnya, tentara Belanda memfokuskan serangan pada tiga tempat, yaitu Sumatra Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Indonesia pun saat itu meminta bantuan dari negara-negara sahabat untuk membawa permasalahan ini dalam sidang PBB. Hasil sidang Dewan Keamanan PBB juga berupa seruan agar Indonesia dan Belanda melakukan gencatan senjata. Seruan PBB dipatuhi oleh kedua pihak.