Iklan

Pertanyaan

Perhatikan kutipan hikayat berikut ini! Beberapa hari sudah itu, tiba-tiba pada suatu malam raja tiada dapat tidur. Bagaimanapun Baginda memjamkan matanya tiada juga mau terlena, hingga larut tengah malam. Akhirnya duduklah Baginda menghadapkan ke muka langit, memikirkan keadaannya dan rahasianya, dengan peredaran bintang yang tiada tepermanai banyaknya itu. Setelah dalam-dalam baginda pikirkan, timbullah beberapa pertanyaan dalam hati baginda yang tiada baginda ketahui jawabnya. Maka teringatlah baginda akan Baidaba, lalu teringat pula akan perkataannya yang menyebabkan Baginda murka. Baginda pun menyesallah telah menghukum orang itu. "Sesungguhnya telah teraniaya pendeta itu karenaku," kata Baginda dalam hatinya, "dan telah kurampas haknya, karena murkaku semata-mata. Padahal kata orang pandai-pandai, empat perkara tak boleh ada pada raja: pemarah, sifat itu lekas menimbulkan bencana, kikir, karena yang bersifat demikian tiada akan dimaafkan orang, pendusta, orang pendusta, orang pendusta seorang pun tiada yang akan dekat kepadanya; dan kasar dalam bersoal jawab, sifat itu menunjukkan kebodohan jua. Itu belum nasihatnya dapat disebut berlebih-lebihan. Mengapa ia kuperlakukan tiada dengan sepatutnya dan kubalas dengan tiada semestinya? Tak patut hukuman jadi balasan kepadanya. Melainkan wajib bagiku mendengarkan katanya dan menimbang-nimbang nasihatnya?" (Dikutip dari: Baidaba, Hikayat Kalilah dan Dimnah, Jakarta, Balai Pustaka, 2011 ) Watak tokoh Baginda dalam kutipan hikayat tersebut digambarkan melalui....

Perhatikan kutipan hikayat berikut ini!


    Beberapa hari sudah itu, tiba-tiba pada suatu malam raja tiada dapat tidur. Bagaimanapun Baginda mem jamkan matanya tiada juga mau terlena, hingga larut tengah malam. Akhirnya duduklah Baginda menghadapkan ke muka langit, memikirkan keadaannya dan rahasianya, dengan peredaran bintang yang tiada tepermanai banyaknya itu. Setelah dalam-dalam baginda pikirkan, timbullah beberapa pertanyaan dalam hati baginda yang tiada baginda ketahui jawabnya. Maka teringatlah baginda akan Baidaba, lalu teringat pula akan perkataannya yang menyebabkan Baginda murka. Baginda pun menyesallah telah menghukum orang itu.

    "Sesungguhnya telah teraniaya pendeta itu karenaku," kata Baginda dalam hatinya, "dan telah kurampas haknya, karena murkaku semata-mata. Padahal kata orang pandai-pandai, empat perkara tak boleh ada pada raja: pemarah, sifat itu lekas menimbulkan bencana, kikir, karena yang bersifat demikian tiada akan dimaafkan orang, pendusta, orang pendusta, orang pendusta seorang pun tiada yang akan dekat kepadanya; dan kasar dalam bersoal jawab, sifat itu menunjukkan kebodohan jua. Itu belum nasihatnya dapat disebut berlebih-lebihan. Mengapa ia kuperlakukan tiada dengan sepatutnya dan kubalas dengan tiada semestinya? Tak patut hukuman jadi balasan kepadanya. Melainkan wajib bagiku mendengarkan katanya dan menimbang-nimbang nasihatnya?"

(Dikutip dari: Baidaba, Hikayat Kalilah dan Dimnah, Jakarta, Balai Pustaka, 2011)


Watak tokoh Baginda dalam kutipan hikayat tersebut digambarkan melalui ....space 

  1. dialog antartokohspace 

  2. pikiran-pikiran tokohspace 

  3. penggambaran fisik tokohspace 

  4. perbuatan tokohspace 

  5. lingkungan sekitar tokohspace 

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

00

:

10

:

28

Iklan

N. Faizah

Master Teacher

Mahasiswa/Alumni Universitas Suryakancana

Jawaban terverifikasi

Jawaban

jawaban yang benar adalah B.

jawaban yang benar adalah B.

Pembahasan

Dapat kita lihat pada penggalan hikayat berikut ini. "Sesungguhnya telah teraniaya pendeta itu karenaku," kata Baginda dalam hatinya, "dan telah kurampas haknya, karena murkaku semata-mata. Padahal kata orang pandai-pandai, empat perkara tak boleh ada pada raja: pemarah, sifat itu lekas menimbulkan bencana, kikir, karena yang bersifat demikian tiada akan dimaafkan orang, pendusta, orang pendusta, orang pendusta seorang pun tiada yang akan dekat kepadanya; dan kasar dalam bersoal jawab, sifat itu menunjukkan kebodohan jua. Itu belum nasihatnya dapat disebut berlebih-lebihan. Mengapa ia kuperlakukan tiada dengan sepatutnya dan kubalas dengan tiada semestinya? Tak patut hukuman jadi balasan kepadanya. Melainkan wajib bagiku mendengarkan katanya dan menimbang-nimbang nasihatnya?" Terlihat seorang Raja merasa gelisah di dalam hatinya karena mengingat perilakunya terhadap pendeta. Jadi, jawaban yang benar adalah B.

Dapat kita lihat pada penggalan hikayat berikut ini.

    "Sesungguhnya telah teraniaya pendeta itu karenaku," kata Baginda dalam hatinya, "dan telah kurampas haknya, karena murkaku semata-mata. Padahal kata orang pandai-pandai, empat perkara tak boleh ada pada raja: pemarah, sifat itu lekas menimbulkan bencana, kikir, karena yang bersifat demikian tiada akan dimaafkan orang, pendusta, orang pendusta, orang pendusta seorang pun tiada yang akan dekat kepadanya; dan kasar dalam bersoal jawab, sifat itu menunjukkan kebodohan jua. Itu belum nasihatnya dapat disebut berlebih-lebihan. Mengapa ia kuperlakukan tiada dengan sepatutnya dan kubalas dengan tiada semestinya? Tak patut hukuman jadi balasan kepadanya. Melainkan wajib bagiku mendengarkan katanya dan menimbang-nimbang nasihatnya?"

Terlihat seorang Raja merasa gelisah di dalam hatinya karena mengingat perilakunya terhadap pendeta.

Jadi, jawaban yang benar adalah B.

Buka akses jawaban yang telah terverifikasi

lock

Yah, akses pembahasan gratismu habis


atau

Dapatkan jawaban pertanyaanmu di AiRIS. Langsung dijawab oleh bestie pintar

Tanya Sekarang

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

1

Iklan

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!