Iklan

Iklan

Pertanyaan

Perang Padri di Sumatra Barat pada awalnya hanya merupakan pertentangan antara kaum Padri (ulama) melawan kaum Adat, tetapi kemudian berubah menjadi perlawanan rakyat Sumatra Barat melawan Belanda. Hal ini disebabkan oleh …

Perang Padri di Sumatra Barat pada awalnya hanya merupakan pertentangan antara kaum Padri (ulama) melawan kaum Adat, tetapi kemudian berubah menjadi perlawanan rakyat Sumatra Barat melawan Belanda. Hal ini disebabkan oleh …

Iklan

I. Uga

Master Teacher

Jawaban terverifikasi

Iklan

Pembahasan

Perang Padri merupakan perang yang terjadi di Minangkabau, Sumatera Barat. Perang tersebut berawal dari kemunculan kaum Padri pada awal abad ke-19. Kaum Padri terdiri atas kelompok masyarakat Minangkabau yang baru pulang dari Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Mereka berusaha memurnikan ajaran Islam di Minangkabau. Salah satu pemimpin kaum Padri adalah Tuanku Imam Bonjol. Akibat gerakan kaum Padri adalahkedudukan kaum adat yang terdiri atas para raja dan bangsawan Minangkabau menjadi genting. Kondisi tersebut mendorong konflik antara kaum Padri dan kaum adat. Dalam perjanjian yang ditandatangani pada 10 februari 1821, kaum adat secara resmi menyerahkan Minangkabau kepada Belanda. Sebagai imbalannya, Belanda memberi bantuan dalam memerangi kaum Padri. Akan tetapi, dalam waktu bersamaan di Jawa terjadi Perang Diponegoro sehingga kedudukan Belanda terdesak. Akhirnya, Belanda menggunakan taktik damai dengan kaum Padri dengan Perjanjian Masang. Isi kesepakatan tersebut adalah kedua belah pihak tidak akan saling menyerang. Setelah perundingan itu, Belanda menarik pasukannya untuk menghadapi Perang Diponegoro di Jawa. Seiring dengan berakhirnya Perang Diponegoro, pada 1830 Belanda mengirim kembali pasukannya ke Sumatera Barat untuk memerangi kaum Padri. Pada penyerangan kedua ini kaum Adat menyadari bahwa Belanda hanya ingin menguasai Minangkabau. Hal ini yang mendorong Kaum Adat dan kaum Padri untukakhirnya bersatu dalam menghadapi Belanda. Untuk menghadapi Perang Padri, Belanda menerapkan sistem pertahanan benteng stelsel seperti yang diterapkan dalam Perang Diponegoro. Benteng Fort de Kock di Bukittinggi dan benteng Fort van der Cappelen merupakan dua benteng pertahanannya. Dengan siasat tersebut, akhirnya Belanda berhasil mengalahkan kaum adat dan Padri. Kemenangan ini ditandai jatuhnya benteng pertahanan terakhir kaum Padri di Bonjol pada 16 Agustus 1837. Pada Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol ditangkap oleh Belanda dalam perundingan di Palupuh. Selanjutnya, Tuanku Imam Bonjol diasingkan ke Priangan, kemudian ke Ambon dan terakhir ke Manado hingga wafat pada 1864. Berdasarkan penjelasan di atas, maka Perang Padri yang pada awalnya hanya merupakan pertentangan antara kaum Padri (ulama) melawan kaum Adat berubah menjadi perlawanan rakyat Sumatra Barat melawan Belanda disebabkan oleh kesadaran kaum adat bahwa Belanda hanya ingin menguasai Minangkabau dengan ikut campur pada konflik antara kaum Padri dan kaum adat.

Perang Padri merupakan perang yang terjadi di Minangkabau, Sumatera Barat. Perang tersebut berawal dari kemunculan kaum Padri pada awal abad ke-19. Kaum Padri terdiri atas kelompok masyarakat Minangkabau yang baru pulang dari Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Mereka berusaha memurnikan ajaran Islam di Minangkabau. Salah satu pemimpin kaum Padri adalah Tuanku Imam Bonjol. Akibat gerakan kaum Padri adalah kedudukan kaum adat yang terdiri atas para raja dan bangsawan Minangkabau menjadi genting. Kondisi tersebut mendorong konflik antara kaum Padri dan kaum adat.

Dalam perjanjian yang ditandatangani pada 10 februari 1821, kaum adat secara resmi menyerahkan Minangkabau kepada Belanda. Sebagai imbalannya, Belanda memberi bantuan dalam memerangi kaum Padri. Akan tetapi, dalam waktu bersamaan di Jawa terjadi Perang Diponegoro sehingga kedudukan Belanda terdesak. Akhirnya, Belanda menggunakan taktik damai dengan kaum Padri dengan Perjanjian Masang. Isi kesepakatan tersebut adalah kedua belah pihak tidak akan saling menyerang. Setelah perundingan itu, Belanda menarik pasukannya untuk menghadapi Perang Diponegoro di Jawa.

Seiring dengan berakhirnya Perang Diponegoro, pada 1830 Belanda mengirim kembali pasukannya ke Sumatera Barat untuk memerangi kaum Padri. Pada penyerangan kedua ini kaum Adat menyadari bahwa Belanda hanya ingin menguasai Minangkabau. Hal ini yang mendorong Kaum Adat dan kaum Padri untuk akhirnya bersatu dalam menghadapi Belanda.

Untuk menghadapi Perang Padri, Belanda menerapkan sistem pertahanan benteng stelsel seperti yang diterapkan dalam Perang Diponegoro. Benteng Fort de Kock di Bukittinggi dan benteng Fort van der Cappelen merupakan dua benteng pertahanannya. Dengan siasat tersebut, akhirnya Belanda berhasil mengalahkan kaum adat dan Padri. Kemenangan ini ditandai jatuhnya benteng pertahanan terakhir kaum Padri di Bonjol pada 16 Agustus 1837. Pada Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol ditangkap oleh Belanda dalam perundingan di Palupuh. Selanjutnya, Tuanku Imam Bonjol diasingkan ke Priangan, kemudian ke Ambon dan terakhir ke Manado hingga wafat pada 1864.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka Perang Padri yang pada awalnya hanya merupakan pertentangan antara kaum Padri (ulama) melawan kaum Adat berubah menjadi perlawanan rakyat Sumatra Barat melawan Belanda disebabkan oleh kesadaran kaum adat bahwa Belanda hanya ingin menguasai Minangkabau dengan ikut campur pada konflik antara kaum Padri dan kaum adat.

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

178

Muhammad Sobri

Bantu banget

Cahaya Putri

Ini yang aku cari! Makasih ❤️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️

widia Ningsih

Makasih ❤️

Iklan

Iklan

Pertanyaan serupa

Jelaskan awal terjadinya perang Paderi!

5

5.0

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia