Iklan

Iklan

Pertanyaan

Akibat penindasan Belanda di Indonesia maka timbul perlawanan dari kaum Bangsawan dan ulama di berbagai wilayah di Indonesia seperti?

Akibat penindasan Belanda di Indonesia maka timbul perlawanan dari kaum Bangsawan dan ulama di berbagai wilayah di Indonesia seperti?

Iklan

C. Sianturi

Master Teacher

Jawaban terverifikasi

Jawaban

akibat penindasan Belanda di Indonesia maka timbul perlawanan dari kaum Bangsawan dan ulama di berbagai wilayah di Indonesia diantaranya, Perang Padri yang dipimpin oleh ulamaTuanku Imam Bonjol,Perang Diponegoro yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro,Perang Banjar yang dipelopori olehPangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari, serta perlawanan rakyat Batak yang dipimpin oleh RajaSisingamangaraja XII.

akibat penindasan Belanda di Indonesia maka timbul perlawanan dari kaum Bangsawan dan ulama di berbagai wilayah di Indonesia diantaranya, Perang Padri yang dipimpin oleh ulama Tuanku Imam Bonjol, Perang Diponegoro yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro, Perang Banjar yang dipelopori oleh Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari, serta perlawanan rakyat Batak yang dipimpin oleh Raja Sisingamangaraja XII.

Iklan

Pembahasan

Pembahasan
lock

Perlawanan Indonesai terhadap Belanda pada abad ke-19 banyak dilakukan secara kedaerahan.Perlawanan ini banyak dipimpin oleh tokoh suatu daerah, terutama dari golongan bangsawan dan ulama. Beberapa contoh perlwanan tersebut diantaranya: Perang Padri diawali dengan konflik antara Kaum Padri dengan Kaum Adat terkait pemurnian agama Islam di Sumatera Barat. Kaum Adat masih sering melakukan kebiasaan yang bertentangan dengan Islam, seperti berjudi dan mabuk-mabukan. Kaum Padri yang terdiri dari para ulama menasihati Kaum Adat untuk menghentikan kebiasaan tersebut, Kaum Adat menolaknya, sehingga terjadi perang yang berlangsung tahun 1803 – 1821. Perang diakhiri dengan kekalahan Kaum Adat.Kondisi tersebut lalu dimanfaatkan Belanda untuk bekerja sama dengan Kaum Adat guna melawan Kaum Padri. Belanda memang bertujuan untuk menguasai wilayah Sumatera Barat. Tuanku Imam Bonjol yang berasal dari kamu Padri menjadi sosok utama yang melakukan perlwanan ke pada Belanda. Tuanku Imam Bonjol lalu mengajak Kaum Adat agar menyadari tipuan Belanda dan akhirnya bersatu melawan Belanda. Perang diakhiri dengan kekalahan di pihak Padri dan Adat karena militer Belanda yang cukup kuat. Perang Diponegoro adalah perang terbesar yang dialami Belanda. Perlawanan ini dipimpin Pangeran Diponegoro yang didukung pihak istana, kaum ulama, dan rakyat Yogyakarta. Perang ini terjadi karena Belanda memasang patok-patok jalan yang melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro. Perang ini terjadi tahun 1825 – 1830. Pada tahun 1827, Belanda memakai siasat perang bernama Benteng Stelsel , yaitu setiap daerah yang dikuasai didirikan benteng untuk mengawasi daerah sekitarnya. Antara satu benteng dan benteng lainnya dihubungkan pasukan gerak cepat, sehingga ruang gerak pasukan Diponegoro dipersempit. Perang Banjar, perang ini dilatarbelakangi oleh Belanda yang ingin menguasai kekayaan alam Banjar, serta keikut-campuran Belanda dalam urusan kesultanan. Akibatnya, rakyat yang dipimpin Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari melakukan perlawanan terhadap Belanda sekitar tahun 1859. Serangkaian pertempuran terus terjadi hingga Belanda menambahkan kekuatan militernya. Pasukan Pangeran Hidayatullah kalah, karena pasukan Belanda lebih unggul dari segi jumlah pasukan, keterampilan perang pasukannya, dan peralatan perangnya. Perlawanan rakyat Banjar mulai melemah ketika Pangeran Hidayatullah tertangkap dan dibuang ke Pulau Jawa, sementara itu Pangeran Antasari masih melakukan perlawanan secara gerilya hingga ia wafat. Perlawanan rakyat Batak,perang ini dipimpin Sisingamangaraja XII raja negeri Toba, Sumatera Utara. Latar belakang perlawanan ini adalah bangsa Belanda berusaha menguasai seluruh tanah Batak dan disertai dengan penyebaran agama Kristen. Sisingamangaraja XII masih melawan Belanda sampai akhir abad ke-19. Namun, gerak pasukan Sisingamangaraja XII semakin menyempit. Pada akhirnya, Sisingamangaraja XII wafat ditembak serdadu Marsose, dan Belanda menguasai tanah Batak. Dengan demikian, akibat penindasan Belanda di Indonesia maka timbul perlawanan dari kaum Bangsawan dan ulama di berbagai wilayah di Indonesia diantaranya, Perang Padri yang dipimpin oleh ulamaTuanku Imam Bonjol,Perang Diponegoro yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro,Perang Banjar yang dipelopori olehPangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari, serta perlawanan rakyat Batak yang dipimpin oleh RajaSisingamangaraja XII.

Perlawanan Indonesai terhadap Belanda pada abad ke-19 banyak dilakukan secara kedaerahan. Perlawanan ini banyak dipimpin oleh tokoh suatu daerah, terutama dari golongan bangsawan dan ulama. Beberapa contoh perlwanan tersebut diantaranya:

  1. Perang Padri diawali dengan konflik antara Kaum Padri dengan Kaum Adat terkait pemurnian agama Islam di Sumatera Barat. Kaum Adat masih sering melakukan kebiasaan yang bertentangan dengan Islam, seperti berjudi dan mabuk-mabukan. Kaum Padri yang terdiri dari para ulama menasihati Kaum Adat untuk menghentikan kebiasaan tersebut, Kaum Adat menolaknya, sehingga terjadi perang yang berlangsung tahun 1803 – 1821. Perang diakhiri dengan kekalahan Kaum Adat. Kondisi tersebut lalu dimanfaatkan Belanda untuk bekerja sama dengan Kaum Adat guna melawan Kaum Padri. Belanda memang bertujuan untuk menguasai wilayah Sumatera Barat. Tuanku Imam Bonjol yang berasal dari kamu Padri menjadi sosok utama yang melakukan perlwanan ke pada Belanda. Tuanku Imam Bonjol lalu mengajak Kaum Adat agar menyadari tipuan Belanda dan akhirnya bersatu melawan Belanda. Perang diakhiri dengan kekalahan di pihak Padri dan Adat karena militer Belanda yang cukup kuat.
  2. Perang Diponegoro adalah perang terbesar yang dialami Belanda. Perlawanan ini dipimpin Pangeran Diponegoro yang didukung pihak istana, kaum ulama, dan rakyat Yogyakarta. Perang ini terjadi karena Belanda memasang patok-patok jalan yang melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro. Perang ini terjadi tahun 1825 – 1830. Pada tahun 1827, Belanda memakai siasat perang bernama Benteng Stelsel, yaitu setiap daerah yang dikuasai didirikan benteng untuk mengawasi daerah sekitarnya. Antara satu benteng dan benteng lainnya dihubungkan pasukan gerak cepat, sehingga ruang gerak pasukan Diponegoro dipersempit.
  3. Perang Banjar, perang ini dilatarbelakangi oleh Belanda yang ingin menguasai kekayaan alam Banjar, serta keikut-campuran Belanda dalam urusan kesultanan. Akibatnya, rakyat yang dipimpin Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari melakukan perlawanan terhadap Belanda sekitar tahun 1859. Serangkaian pertempuran terus terjadi hingga Belanda menambahkan kekuatan militernya. Pasukan Pangeran Hidayatullah kalah, karena pasukan Belanda lebih unggul dari segi jumlah pasukan, keterampilan perang pasukannya, dan peralatan perangnya. Perlawanan rakyat Banjar mulai melemah ketika Pangeran Hidayatullah tertangkap dan dibuang ke Pulau Jawa, sementara itu Pangeran Antasari masih melakukan perlawanan secara gerilya hingga ia wafat.
  4. Perlawanan rakyat Batak, perang ini dipimpin Sisingamangaraja XII raja negeri Toba, Sumatera Utara. Latar belakang perlawanan ini adalah bangsa Belanda berusaha menguasai seluruh tanah Batak dan disertai dengan penyebaran agama Kristen. Sisingamangaraja XII masih melawan Belanda sampai akhir abad ke-19. Namun, gerak pasukan Sisingamangaraja XII semakin menyempit. Pada akhirnya, Sisingamangaraja XII wafat ditembak serdadu Marsose, dan Belanda menguasai tanah Batak.

Dengan demikian, akibat penindasan Belanda di Indonesia maka timbul perlawanan dari kaum Bangsawan dan ulama di berbagai wilayah di Indonesia diantaranya, Perang Padri yang dipimpin oleh ulama Tuanku Imam Bonjol, Perang Diponegoro yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro, Perang Banjar yang dipelopori oleh Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari, serta perlawanan rakyat Batak yang dipimpin oleh Raja Sisingamangaraja XII.

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

9

Iklan

Iklan

Pertanyaan serupa

Untuk memadamkan pemberontakan yang terjadi di Minangkabau, maka pemerintah Belanda menerapkan….

42

0.0

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia