Unsur-unsur periode ketiga dari kiri ke kanan adalah .
Unsur natrium, magnesium, dan aluminium adalah unsur logam. Semakin banyak elektron unsur-unsur dalam satu periode, jari-jari atomnya akan semakin kecil. Semakin kecil jari-jari atom, ikatan logamnya akan semakin kuat. Jadi, ikatan logam Al > Mg > Na, oleh karena itu titik didih Al > Mg > Na begitu pula dengan titik leburnya.
Silikon merupakan unsur semilogam yang mempunyai ikatan kovalen yang kuat. Oleh karena itu titik didih dan titik lebur unsur Si tinggi namun ikatan kovalen ini tidak lebih kuat dari ikatan logam.
Untuk unsur fosfor, belerang, klorin, dan argon adalah unsur nonlogam yang dalam strukturnya hanya memiliki gaya van der waals. Oleh karena itu titik didih unsur P, S, Cl, dan Ar akan lebih rendah daripada titik didih Na, Mg, Al, dan Si. Untuk kecenderungannya dipengaruhi oleh ukuran molekul. Titik didih dan titik lebur dari P ke Ar akan semakin menurun karena ukuran molekul dari P ke Ar semakin kecil, kecuali untuk S yang memiliki ukuran molekul besar akan memiliki titik didih dan titik lebur lebih tinggi dari P namun lebih rendah dari Si. Unsur Ar memiliki titik didih dan titik lebur paling rendah dibandingkan unsur periode ketiga lainnya karena unsur Ar memiliki ukuran molekul yang sangat kecil, hanya 1 atom per molekul.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa :
- Pada Na, Mg, dan Al terdapat ikatan logam, atom Si terjadi ikatan kovalen, dan atom P, S, Cl, Ar terjadi gaya Van der Waals.
- Titik didih dan titik lebur dari Na hingga Al karena adanya ikatan logam, Si memiliki titik didih dan titik lebur paling tinggi karena ikatan kovalen dengan struktur molekul raksasa, sedangkan pada fosforus dan belerang hanya terdapat ikatan Van der Waals yang lemah sehingga titik didih dan titik leburnya rendah.
Jadi, titik didih dan titik lebur unsur-unsur periode ketiga dari Na naik terus sampai Si dan turun drastis pada fosfor dan belerang dipengaruhi oleh jenis ikatan antaratomnya.