Iklan
Pertanyaan
Bacalah penggalan teks novel berikut untuk menjawab soal nomor 4—7.
"Tersesatlah engkau. Bila kausangka bahwa sekalian harta itu harta Ibu sendiri. Tidak, Hanafi. sawah-sawah dan kebun itu bukanlah kepunyaan Ibu sendiri, melainkan harta pusaka, jadi kepunyaan bersama. Untunglah engkau, karena yang sepusaka dengan kita tidak mempunyai anak laki-laki, melainkan engkaulah seorang diri yang menjadi anak laki-laki, di rumah kita di kampung. Dengan kemurahan hati mamakmu sekalian, bolehlah kupergunakan hasil harta pusaka itu buat menyekolahkan engkau. Karena amat besar harapan mereka sekalian bahwa engkau akan menjadi orang besar, tempat mereka berlindung dan bersandar di hari tuanya. Jadi sesungguhnya, besarlah utang kita kepada mereka itu."
"Jika demikian duduknya, baiklah mereka menghitung jumlah utangku itu, supaya boleh diangsur membayarnya dengan gajiku."
"Mamakmu sekalian tiadalah menunggu piutang, Hanafi, dan tidak pula engkau wajib membayarnya dengan uang. Jika utang serupa itu akan langsai dibayar dengan uang saja, amatlah ringannya. Tapi, engkau barangkali mengetahui juga arti suatu peribahasa kita orang Melayu: utang emas dibayar dengan emas, utang uang dibayar dengan uang, utang budi dibayar dengan budi. Meskipun kau angsur beratus atau beribu rupiah, sampai langsai utang itu, belumlah akan selesai utang-piutang karena utang budimu harus kaubayar dengan budi pula. Yang sangat bimbang Ibu memikirkan halmu dengan mamak kandungmu. Sutan Batuah, saudara tuaku seibu sebapak, dari gajinya yang tidak seberapa sebulan, tetaplah ia menyisihkan tiap bulan, buat penambah uang yang mesti Ibu kirimkan ke Betawi, jika Ibu kekurangan. Utang itu pun dimaksudkan tidak akan menjadi utang uang, tapi ia mengharap dan menantikan engkau buat anaknya yang seorang itu saja; buat Rapiah,"
"Amboi! Anak yang dahulu datang kemari dengan ayahnya. Lalu lari bagai kucing dibawakan lidi setelah melihat saya? ltukah perempuan yang Ibu maksud?"
(Dikutip dari novel Salah Asuhan karya Abdul Muis)
Konflik yang dialami oleh tokoh Hanafi pada adegan cerita tersebut adalah . . .
Ia tidak menyangka betapa dirinya menjadi tumpuan harapan keluarga besarnya di kampung.
Ia tidak suka dengan ibunya yang diam-diam mencarikan jodoh untuk dirinya.
Ia kecewa, ternyata di balik kemurahan hati makaknya, ada maksud tersembunyi.
Ia tidak suka ibunya mengungkit bianya yang dikeluarkan waktu ia bersekolah di Betawi.
Ia ingin membuat perhitungan piutang dengan mamaknya, tetapi tidak disetujui ibunya.
Iklan
A. Acfreelance
Master Teacher
3
0.0 (0 rating)
Iklan
RUANGGURU HQ
Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860
Produk Ruangguru
Bantuan & Panduan
Hubungi Kami
©2025 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia