Sayuti Melik dikenal sebagai pengetik naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ia dikenal aktif dalam bidang jurnalistik dan politik. Mohamad Ibnu Sayuti atau Sayuti Melik dilahirkan di Kadisobo, Rejodani, Sleman, Yogyakarta pada 25 November 1908. Ia meninggal di Jakarta pada 2 Maret 1989. Sayuti Melik adalah putra dari Abdul Muin alias Partoprawito dan Sumilah. Istrinya bernama S.K. Trimurti, seorang aktivis perempuan dan wartawati. Mohamad Ibnu Sayuti memulai pendidikannya di Sekolah Ongko Loro (setara dengan SD) di Desa Srowolan hingga kelas IV. Ia meneruskan pendidikannya ini hingga mendapatkan ijazah di Yogyakarta.
Mengutip dari situs Encyclopedia Jakarta, Sayuti Melik melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Guru di Solo. Namun, ia ditangkap Belanda karena dicurigai bergabung dalam kegiatan politik. Semenjak saat itu, ia lebih sering belajar mandiri atau belajar sendiri. Setelah Indonesia merdeka, ia memutuskan untuk kuliah di Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Indonesia. Namun, hanya dalam waktu yang singkat dan Sayuti Melik tidak mendapat gelar. Nasionalisme dalam diri Sayuti Melik didapat dari didikan bapaknya yang saat itu menentang kebijakan Belanda terkait penanaman tembakau di sawah miliknya. Ia juga mempelajari nasionalisme saat mengenyam pendidikan di Sekolah Guru di Solo.
Pada persiapan kemerdekaan Indonesia, Sayuti Melik turut menjadi saksi penyusunan teks proklamasi kemerdekaan, di ruang makan rumah Laksamana Maeda. Dalam hal ini, ia mewakili golongan pemuda bersama Sukarni. Saat proses penyusunan naskah proklamasi, Sayuti Melik membantu Ir. Sukarno. Sedangkan Mohammad Hatta dibantu oleh Sukarni.
Jadi, Sayuti Melik lahir pada tanggal 25 November 1908. Ia adalah salah satu tokoh yang berjasa dalam perumusan proklamasi kemerdekaan Indonesia sebagai pengetik naskah proklamasi.