Kepulauan Maluku menduduki posisi penting dalam perdagangan dunia di kawasan timur Nusantara. Mengingat keberadaan daerah Maluku ini, maka tidak mengherankan jika sejak abad ke-15 hingga abad ke-19 kawasan ini menjadi wilayah perebutan antara bangsa Spanyol, Portugis, dan Belanda.
Sejak awal diketahui bahwa di daerah ini terdapat dua kerajaan besar bercorak Islam, yakni Ternate dan Tidore. Kedua kerajaan ini terletak di sebelah barat Pulau Halmahera, Maluku Utara. Dalam perkembangannya, dua kerajaan ini menjadi kuat dan makmur yang kemudian menimbulkan persaingan dagang antar mereka. Persaingan tersebut menjurus pada perebutan pengaruh dan kekuatan, sehingga muncul dua persekutuan. Dua persekutuan tersebut adalah Uli Siwa dan Uli Lima.
Uli Lima berarti persekutuan lima bersaudara yang dipimpin oleh Ternate dengan anggota Ambon, Bacan, Obi, dan Seram. Sementara Uli Siwa yang merupapkan persekutuan sembilan bersaudara dipimpin oleh Tidore dengan anggota Makean, Halmahera, Kai dan pulau-pulau lain hingga ke Papua bagian Barat. Kedua persekutuan tersebut saling berselisih untuk menguasai perdagangan rempah-rempah.
Dengan demikian, Uli Lima atau persekutuan lima bersaudara dipimpin oleh Ternate dan Uli Siwa atau persekutuan sembilan bersaudara dipimpin oleh Tidore.