Pertanyaan

Antara ketentuan pokok sistem tanam paksa dengan pelaksanaanya adalah…

Antara ketentuan pokok sistem tanam paksa dengan pelaksanaanya adalah…

  1. Menyimpang

  2. Sama persis

  3. Disesuaikan

  4. Sesuai

  5. Tidak ada bedanya

Belajar bareng Champions

Brain Academy Champions

Hanya di Brain Academy

Habis dalam

00

:

02

:

17

:

23

Klaim

E. Mardiana

Master Teacher

Mahasiswa/Alumni Universitas Pendidikan Indonesia

Jawaban terverifikasi

Pembahasan

Cultuurstelsel atau Sistem Tanam Paksa merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda melalui Gubernur Jenderal Johannes van Den Bosch (1830-1833). Kebijakan Sistem Tanam Paksa ini dicetuskan pada 1830 atau ketika van Den Bosch mulai menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Tujuan sistem tanam paksa adalah untuk mendapatkan komoditas-komoditas ekspor yang berlaku di pasaran dunia. Untuk mendukung kelancaran sistem ini, lahan yang dipakai adalah lahan milik masyarakat bumiputra. Adapun tenaga kerja yang digunakan adalah masyarakat pedesaan di Pulau Jawa yang dibujuk, bahkan dipaksa oleh para penguasa (lokal) desa mereka. Adapun ketentuan-ketentuan dari sistem tanam paksa di antaranya adalah. Petani di Hindia Belanda yang memiliki tanah, wajib menyediakan ⅕ atau 20% dari tanah mereka untuk ditanami tanaman laku ekspor yang sudah ditentukan pemerintah Hindia Belanda. Beberapa tanaman laku ekspor yang sedang menjadi primadona di masa tersebut adalah teh, kopi, tebu, dan tarum (nila). Hasil panen tersebut akan dibayar dengan harga yang sudah ditentukan pemerintah Hindia Belanda dan akan diekspor ke Eropa. Tanah yang digunakan untuk menanam tanaman laku ekspor akan dibebaskan dari pajak karena sudah dianggap sebagai pengganti alat pembayaran pajak. Petani di Hindia Belanda yang tidak memiliki tanah diwajibkan mengganti bentuk pajak dengan bekerja selama 66 hari atau ⅓ dari setahun di perkebunan pemerintah Hindia Belanda. Waktu pengerjaan tanaman laku ekspor hanya berlangsung selama kurang lebih tiga bulan sejak awal pengerjaan. Bila ada kelebihan hasil dari produksi tanaman laku ekspor yang berada di luar ketentuan pemerintah Hindia Belanda, maka hasil tersebut akan diserahkan pada masyarakat Hindia Belanda. Kerusakan atau kerugian akibat gagal panen yang bukan disebabkan kesalahan petani, misalnya karena bencana alam atau tanaman terserang hama akan ditanggung pemerintah Hindia Belanda. Pengawasan dalam penggarapan tanah pertanian dan penyerahan hasil tanaman cultuurstelsel dilakukan atau disampaikan melalui para kepala desa Namun, pada praktiknya, cultuurstelsel ini mengalami banyak penyimpangan dan membuat masyarakat Hindia Belanda semakin sengsara. Seluruh wilayah pertanian pada akhirnya wajib ditanami tanaman laku ekspor dan para petani yang tidak memiliki tanah dipaksa bekerja selama setahun penuh. Sementara dalam proses panen, pemerintah Hindia Belanda sama sekali tidak mengembalikan kelebihan hasil panen dan kegagalan panen tetap menjadi tanggung jawab para petani. Ironisnya, berbagai penyimpangan ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda saja, tetapi juga oleh para bupati dan pejabat desa yang bertugas mengawasi pelaksanaan Tanam Paksa. Mereka sengaja melakukan penyimpangan demi mendapatkan bonus persentase penjualan tanaman ekspor, yang pada akhirnya menimbulkan kemiskinan terstruktur di Hindia Belanda. Berdasarkan penjelasan di atas, maka jawaban yang tepat adalah A.

Cultuurstelsel atau Sistem Tanam Paksa merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda melalui Gubernur Jenderal Johannes van Den Bosch (1830-1833). Kebijakan Sistem Tanam Paksa ini dicetuskan pada 1830 atau ketika van Den Bosch mulai menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Tujuan sistem tanam paksa adalah untuk mendapatkan komoditas-komoditas ekspor yang berlaku di pasaran dunia. Untuk mendukung kelancaran sistem ini, lahan yang dipakai adalah lahan milik masyarakat bumiputra. Adapun tenaga kerja yang digunakan adalah masyarakat pedesaan di Pulau Jawa yang dibujuk, bahkan dipaksa oleh para penguasa (lokal) desa mereka. Adapun ketentuan-ketentuan dari sistem tanam paksa di antaranya adalah.

  1. Petani di Hindia Belanda yang memiliki tanah, wajib menyediakan ⅕ atau 20% dari tanah mereka untuk ditanami tanaman laku ekspor yang sudah ditentukan pemerintah Hindia Belanda. Beberapa tanaman laku ekspor yang sedang menjadi primadona di masa tersebut adalah teh, kopi, tebu, dan tarum (nila). Hasil panen tersebut akan dibayar dengan harga yang sudah ditentukan pemerintah Hindia Belanda dan akan diekspor ke Eropa.
  2. Tanah yang digunakan untuk menanam tanaman laku ekspor akan dibebaskan dari pajak karena sudah dianggap sebagai pengganti alat pembayaran pajak.
  3. Petani di Hindia Belanda yang tidak memiliki tanah diwajibkan mengganti bentuk pajak dengan bekerja selama 66 hari atau ⅓ dari setahun di perkebunan pemerintah Hindia Belanda.
  4. Waktu pengerjaan tanaman laku ekspor hanya berlangsung selama kurang lebih tiga bulan sejak awal pengerjaan.
  5. Bila ada kelebihan hasil dari produksi tanaman laku ekspor yang berada di luar ketentuan pemerintah Hindia Belanda, maka hasil tersebut akan diserahkan pada masyarakat Hindia Belanda.
  6. Kerusakan atau kerugian akibat gagal panen yang bukan disebabkan kesalahan petani, misalnya karena bencana alam atau tanaman terserang hama akan ditanggung pemerintah Hindia Belanda.
  7. Pengawasan dalam penggarapan tanah pertanian dan penyerahan hasil tanaman cultuurstelsel dilakukan atau disampaikan melalui para kepala desa

Namun, pada praktiknya, cultuurstelsel ini mengalami banyak penyimpangan dan membuat masyarakat Hindia Belanda semakin sengsara. Seluruh wilayah pertanian pada akhirnya wajib ditanami tanaman laku ekspor dan para petani yang tidak memiliki tanah dipaksa bekerja selama setahun penuh. Sementara dalam proses panen, pemerintah Hindia Belanda sama sekali tidak mengembalikan kelebihan hasil panen dan kegagalan panen tetap menjadi tanggung jawab para petani. Ironisnya, berbagai penyimpangan ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda saja, tetapi juga oleh para bupati dan pejabat desa yang bertugas mengawasi pelaksanaan Tanam Paksa. Mereka sengaja melakukan penyimpangan demi mendapatkan bonus persentase penjualan tanaman ekspor, yang pada akhirnya menimbulkan kemiskinan terstruktur di Hindia Belanda.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka jawaban yang tepat adalah A.

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

4

Hendri e

Good

Salwa Athameivilla Cahyani

Ini yang aku cari! Pembahasan lengkap banget Bantu banget Mudah dimengerti Makasih ❤️

Pertanyaan serupa

Pada awalnya ketentuan sistem tanam paksa tidak memberatkan rakyat. Dalam pelaksanaannya, kebijakan tersebut menyebabkan rakyat makin menderita karena ....

32

4.7

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia