Keysha A

13 Oktober 2024 14:58

Iklan

Keysha A

13 Oktober 2024 14:58

Pertanyaan

Tugas Bahasa Indonesia kurikulum 2013 kelas 9 halaman 60 cerpennya berjudul pohon keramat. Tolong jawab cepat untuk besok plis πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»

Tugas Bahasa Indonesia kurikulum 2013 kelas 9 halaman 60 cerpennya berjudul pohon keramat. Tolong jawab cepat untuk besok plis πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»

alt

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

05

:

49

:

52

Klaim

4

1

Jawaban terverifikasi

Iklan

Rendi R

Community

13 Oktober 2024 23:08

Jawaban terverifikasi

<p>Berikut adalah jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan identifikasi dari cerpen <i>"Pohon Keramat"</i>:</p><p><strong>Apakah judul cerpen menarik orang untuk membacanya?</strong><br>Ya, judul <i>"Pohon Keramat"</i> sangat menarik karena memunculkan rasa ingin tahu mengenai kisah mistis atau kepercayaan yang mengelilingi sebuah pohon. Kata "keramat" memberi kesan bahwa ada sesuatu yang luar biasa atau misterius terkait pohon tersebut, yang dapat memikat pembaca untuk mengetahui lebih lanjut.</p><p><strong>Apakah judul cerpen mencerminkan isi cerpen?</strong><br>Ya, judul cerpen ini sangat mencerminkan isi cerita. Pohon trembesi dalam cerpen digambarkan sebagai pohon keramat yang dianggap suci oleh penduduk desa. Pohon tersebut menjadi pusat dari konflik antara kepercayaan tradisional dan pandangan agama, yang mencakup tema utama cerita.</p><p><strong>Pada akhirnya, apakah yang dimaksud dengan "keramat" yang ingin disampaikan dalam cerpen itu?</strong><br>"Keramat" dalam cerpen ini merujuk pada keyakinan penduduk desa bahwa pohon trembesi dihuni oleh roh penjaga, Sing mBau Rekso. Pohon itu dianggap membawa berkah dan melindungi desa, dan setelah ditebang, desa mulai mengalami masalah seperti kekeringan air dan bangunan yang retak, seolah mengisyaratkan bahwa pohon itu memang memiliki kekuatan mistis.</p><p><strong>Penceritaan cerpen atau sudut pandang (point of view) cerpen ini diceritakan berdasarkan teknik apa?</strong><br>Cerpen ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu (omniscient). Penulis menceritakan peristiwa dari sudut pandang luar, mengetahui semua pemikiran dan perasaan karakter, baik dari sisi Pak Parto, Kyai Fauzan, maupun penduduk desa.</p><p><strong>Ceritakan kembali siapa tokoh-tokoh dalam cerpen "Pohon Keramat".</strong><br>Tokoh-tokoh dalam cerpen ini antara lain:</p><ul><li><strong>Pak Parto</strong>: Seorang penjaga kebun dan dukun yang bertapa di bawah pohon trembesi. Ia sangat percaya bahwa pohon itu dihuni oleh roh penjaga dan bisa memberi berkah kepada desa.</li><li><strong>Kyai Fauzan</strong>: Seorang ustad yang menentang kepercayaan pada pohon keramat dan berupaya melawan takhayul dan khurafat dengan membangun masjid di tempat pohon itu setelah ditebang.</li><li><strong>Pak Thohir</strong>: Seorang pemborong yang membantu pembangunan masjid dan prasarana lain di desa dengan merobohkan pohon trembesi.</li><li><strong>Penduduk Desa Kalidoso</strong>: Sebagian besar masih memegang kepercayaan tradisional tentang roh-roh yang menghuni pohon keramat, meskipun ada yang beralih mengikuti ajaran Kyai Fauzan.</li></ul>

Berikut adalah jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan identifikasi dari cerpen "Pohon Keramat":

Apakah judul cerpen menarik orang untuk membacanya?
Ya, judul "Pohon Keramat" sangat menarik karena memunculkan rasa ingin tahu mengenai kisah mistis atau kepercayaan yang mengelilingi sebuah pohon. Kata "keramat" memberi kesan bahwa ada sesuatu yang luar biasa atau misterius terkait pohon tersebut, yang dapat memikat pembaca untuk mengetahui lebih lanjut.

Apakah judul cerpen mencerminkan isi cerpen?
Ya, judul cerpen ini sangat mencerminkan isi cerita. Pohon trembesi dalam cerpen digambarkan sebagai pohon keramat yang dianggap suci oleh penduduk desa. Pohon tersebut menjadi pusat dari konflik antara kepercayaan tradisional dan pandangan agama, yang mencakup tema utama cerita.

Pada akhirnya, apakah yang dimaksud dengan "keramat" yang ingin disampaikan dalam cerpen itu?
"Keramat" dalam cerpen ini merujuk pada keyakinan penduduk desa bahwa pohon trembesi dihuni oleh roh penjaga, Sing mBau Rekso. Pohon itu dianggap membawa berkah dan melindungi desa, dan setelah ditebang, desa mulai mengalami masalah seperti kekeringan air dan bangunan yang retak, seolah mengisyaratkan bahwa pohon itu memang memiliki kekuatan mistis.

Penceritaan cerpen atau sudut pandang (point of view) cerpen ini diceritakan berdasarkan teknik apa?
Cerpen ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu (omniscient). Penulis menceritakan peristiwa dari sudut pandang luar, mengetahui semua pemikiran dan perasaan karakter, baik dari sisi Pak Parto, Kyai Fauzan, maupun penduduk desa.

Ceritakan kembali siapa tokoh-tokoh dalam cerpen "Pohon Keramat".
Tokoh-tokoh dalam cerpen ini antara lain:

  • Pak Parto: Seorang penjaga kebun dan dukun yang bertapa di bawah pohon trembesi. Ia sangat percaya bahwa pohon itu dihuni oleh roh penjaga dan bisa memberi berkah kepada desa.
  • Kyai Fauzan: Seorang ustad yang menentang kepercayaan pada pohon keramat dan berupaya melawan takhayul dan khurafat dengan membangun masjid di tempat pohon itu setelah ditebang.
  • Pak Thohir: Seorang pemborong yang membantu pembangunan masjid dan prasarana lain di desa dengan merobohkan pohon trembesi.
  • Penduduk Desa Kalidoso: Sebagian besar masih memegang kepercayaan tradisional tentang roh-roh yang menghuni pohon keramat, meskipun ada yang beralih mengikuti ajaran Kyai Fauzan.

Amirah M

17 Oktober 2024 11:38

anak kurmer belike : πŸ™ƒ

Iklan

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

tolong bantu tugas bahasa inggris kelas 10 kurikulum merdeka, buat nanti malam

64

3.0

Jawaban terverifikasi

Teks 1 Salah Kelas Pagi itu, Joni nampak bahagia sekali. Di meja makan, ibunya bertanya kepada Joni. "Jon, Ibu perhatikan dari tadi kamu senyum-senyum sendiri?" "Anu, Bu, semalam ibu wali kelas membagikan jadwal tatap muka terbatas. Senang rasanya karena besok aku bisa bertemu teman-teman. Belajar daring di rumah membosankan, Bu. Apalagi kalau zoom meeting Matematika." "Memangnya kenapa kalau Matematika, Jon?" Ibu bertanya kembali. "Gurunya galak, Bu, materinya juga susah, wong diajarkan di kelas saja masih susah pahamnya, apalagi daring," jawab Joni. "Oh, begitu," Ibu menimpali. "Ya sudah, Bu. Joni pamit, ya." Joni langsung pergi sambil mencium tangan ibunya. Sekolah sudah nampak ramai. Joni berjalan sambil sesekali melihat jadwal mapel yang dibagikan wali kelasnya. Lalu, dia segera masuk kelas dan ternyata sudah ada guru di dalam kelas. "Selamat pagi, Pak. Maaf, saya terlambat." "Selamat pagi juga, Nak, silakan duduk," sahut Pak Guru. Joni langsung mencari kursi dan duduk tanpa melihat kanan kiri. Saat mengeluarkan buku catatan, Joni mengedarkan pandangannya dan langsung kaget. Semua seperti asing. Dia seperti tidak mengenali teman sekelasnya, apalagi semuanya memakai masker. Dia berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa mereka adalah teman kelasnya. Tidak berapa lama, Joni kaget ketika melihat ke papan tulis Pak Guru sedang menjelaskan soal Matematika, padahal seingatnya jadwal pagi itu adalah Bahasa Indonesia. "Astaga, ini kan kelasku satu tahun yang lalu, ini kan kelas satu. Sekarang kan aku sudah naik kelas dua." Keringat dingin keluar di wajah Joni, lalu dia memberanikan diri menemui Pak Guru. "Maaf, Pak, karena sudah satu tahun daring, saya lupa kalau sekarang saya sudah kelas dua. Saya salah masuk kelas, Pak." Semua peserta didik pun tertawa. Dengan wajah malu, Joni keluar kelas. Teks 2 PKH Pada suatu hari, dua orang ibu rumah tangga sedang berbincang-bincang di depan rumah. Mereka sedang asyik membahas tentang bantuan pemerintah yang dinamakan PKH. Bu Tuti : Mar, aku semakin heran dengan pemerintah sekarang. Bu Marni Loh, kenapa, Bu? Ada masalah? (penasaran) Bu Tuti : Ya jelas ada. Kalau enggak ada, buat apa saya repot-repot membahas masalah ini? Bu Marni: Oalah, Bu, sempat-sempatnya memikirkan pemerintah, memangnya pemerintah memikirkan nasib kita? Bu Tuti : Jangan salah. Tuh, lihat tetangga sebelah kita. Dia dapat bantuan dari pemerintah. Setiap bulan, dia rutin mengambil sembako di warung dekat balai desa sana. Bu Marni Masa? Enggak salah, sampeyan, Bu? Dia, kan, lumayan mampu. Lihat saja, kulkas ada, mesin cuci punya, motor dua, kalau pergi perhiasannya selalu menempel di tangannya. Benar enggak salah, Bu? (sedikit tidak percaya) Bu Tuti : Nah, itu yang membuat saya bingung. Kenapa dia dapat bantuan? Padahal, kalau dipikir, dia tergolong keluarga mampu. Coba kita bandingkan dengan tetangga kita yang lain. Ada yang jauh lebih berhak mendapatkan bantuan itu sebenarnya. Bu Marni : Iya betul Bu. Ngomong-ngomong, bantuan apa yang bisa dia dapat, Bu? Bu Tuti Bu Marni: Masa kamu enggak tahu? Itu, loh, bantuan PKH. Oh, yang rumahnya ditempeli stiker "Keluarga Miskin" itu, to? Bu Tuti Nah, itu kamu tahu, Mar. (mengacungkan jempol kepada Bu Marni) Bu Marni Bu Tuti Ya tahu lah, Bu. Apa, sih, yang tidak saya ketahui? Mar, PKH itu apa, to? (penasaran) Bu Marni Program Keluarga Harapan. Bu Tuti : Harapan apa? Bu Marni Harapan biar dikasih sembako tiap bulan, ha...ha...ha... Bu Tuti : Ngawur kamu, Mar. Tulislah persamaan dan perbedaan kedua teks tersebut

10

0.0

Jawaban terverifikasi