Istri J

07 September 2024 13:53

Iklan

Istri J

07 September 2024 13:53

Pertanyaan

Tolong bgtt jawabb cepatt dan kasih contoh kalimatnya ( jawaban yang udah aku kasih itu cuma pendapat aku aja jadi tolong jelasin supaya aku ngerti )

Tolong bgtt jawabb cepatt dan kasih contoh kalimatnya ( jawaban yang udah aku kasih itu cuma pendapat aku aja jadi tolong jelasin supaya aku ngerti )

alt

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

11

:

07

:

49

Klaim

4

1

Jawaban terverifikasi

Iklan

Rendi R

Community

17 September 2024 13:22

Jawaban terverifikasi

<p>Tentu! Mari kita bahas dengan lebih jelas mengenai pola penyajian yang ada di iklan dan kutipan di gambar agar kamu bisa memahami dengan baik.</p><p><strong>1. Iklan pertama: Produk yang "Ampuh Membakar Lemak Bandel"</strong></p><p><strong>Pola Penyajian Berdasarkan Fakta:</strong> Fakta adalah informasi yang bisa dibuktikan kebenarannya. Di iklan ini, contohnya:</p><ul><li><strong>"Size M-L-XL-XXL-XXXL"</strong> → Ini adalah fakta karena ukuran-ukuran tersebut benar-benar ada dan bisa dibuktikan.</li><li><strong>"Bahan tebal, kualitas super bagus"</strong> → Ini bisa dianggap fakta jika memang bahan produk tersebut tebal dan berkualitas bagus, walaupun "super bagus" bisa sedikit subjektif, tetapi klaim "bahan tebal" adalah sesuatu yang bisa diuji.</li></ul><p><strong>Contoh kalimat:</strong><br><strong>"Size M-L-XL-XXL-XXXL tersedia untuk produk ini."</strong></p><p><strong>Pola Penyajian Berdasarkan Emosi:</strong> Pola penyajian ini berusaha menyentuh perasaan konsumen, seperti membuat mereka merasa lebih percaya diri atau lebih baik dengan membeli produk tersebut.</p><ul><li><strong>"Ampuh membakar lemak bandel"</strong> → Ini mencoba menimbulkan perasaan bahwa produk ini sangat efektif dan bisa membuat orang merasa lebih percaya diri jika mereka merasa gemuk.</li></ul><p><strong>Contoh kalimat:</strong><br><strong>"Dengan produk ini, kamu bisa menghilangkan lemak bandel dan tampil lebih percaya diri!"</strong></p><p><strong>Pola Penyajian Berdasarkan Humor:</strong> Humor adalah unsur yang membuat orang tertawa atau tersenyum. Pada iklan ini, sebenarnya tidak ada unsur humor yang menonjol. Penjual lebih fokus pada janji produk daripada menggunakan humor untuk menarik perhatian.</p><p><strong>Contoh kalimat:</strong><br><strong>"Tidak ada humor pada iklan ini."</strong></p><p><strong>2. Kutipan kedua: "Menuntut Ilmu Adalah Taqwa" (Imam Al-Ghazali)</strong></p><p><strong>Pola Penyajian Berdasarkan Fakta:</strong> Kutipan ini berisi pernyataan dari tokoh terkenal, <strong>Imam Al-Ghazali</strong>. Nama Imam Al-Ghazali adalah fakta, karena dia adalah seorang tokoh nyata yang terkenal dalam dunia keilmuan Islam.</p><p><strong>Contoh kalimat:</strong><br><strong>"Kutipan ini berasal dari Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar."</strong></p><p><strong>Pola Penyajian Berdasarkan Emosi:</strong> Kalimat-kalimat dalam kutipan ini menyentuh sisi emosional dan spiritual pembaca. Misalnya:</p><ul><li><strong>"Menuntut ilmu adalah taqwa."</strong></li><li><strong>"Mengulang-ulang ilmu adalah zikir."</strong></li><li><strong>"Mencari ilmu adalah jihad."</strong></li></ul><p>Kata-kata ini menyentuh hati, memberi kesan bahwa menuntut ilmu adalah sesuatu yang sangat mulia, penting, dan berhubungan dengan agama.</p><p><strong>Contoh kalimat:</strong><br><strong>"Kutipan ini mendorong perasaan semangat untuk menuntut ilmu karena menekankan betapa pentingnya ilmu dalam agama."</strong></p><p><strong>Pola Penyajian Berdasarkan Humor:</strong> Tidak ada unsur humor dalam kutipan ini. Kalimat-kalimatnya lebih bersifat serius dan menginspirasi.</p><p><strong>Contoh kalimat:</strong><br><strong>"Tidak ada humor dalam kutipan ini, karena ini lebih berfokus pada motivasi spiritual."</strong></p><p><strong>Penjelasan singkat:</strong></p><ul><li><strong>Pola Penyajian Berdasarkan Fakta</strong> mengacu pada informasi yang bisa dibuktikan atau nyata.</li><li><strong>Pola Penyajian Berdasarkan Emosi</strong> bertujuan menyentuh perasaan audiens agar lebih tertarik atau termotivasi.</li><li><strong>Pola Penyajian Berdasarkan Humor</strong> bertujuan untuk membuat audiens tertawa atau tersenyum, namun tidak semua iklan atau kutipan menggunakan humor.</li></ul>

Tentu! Mari kita bahas dengan lebih jelas mengenai pola penyajian yang ada di iklan dan kutipan di gambar agar kamu bisa memahami dengan baik.

1. Iklan pertama: Produk yang "Ampuh Membakar Lemak Bandel"

Pola Penyajian Berdasarkan Fakta: Fakta adalah informasi yang bisa dibuktikan kebenarannya. Di iklan ini, contohnya:

  • "Size M-L-XL-XXL-XXXL" → Ini adalah fakta karena ukuran-ukuran tersebut benar-benar ada dan bisa dibuktikan.
  • "Bahan tebal, kualitas super bagus" → Ini bisa dianggap fakta jika memang bahan produk tersebut tebal dan berkualitas bagus, walaupun "super bagus" bisa sedikit subjektif, tetapi klaim "bahan tebal" adalah sesuatu yang bisa diuji.

Contoh kalimat:
"Size M-L-XL-XXL-XXXL tersedia untuk produk ini."

Pola Penyajian Berdasarkan Emosi: Pola penyajian ini berusaha menyentuh perasaan konsumen, seperti membuat mereka merasa lebih percaya diri atau lebih baik dengan membeli produk tersebut.

  • "Ampuh membakar lemak bandel" → Ini mencoba menimbulkan perasaan bahwa produk ini sangat efektif dan bisa membuat orang merasa lebih percaya diri jika mereka merasa gemuk.

Contoh kalimat:
"Dengan produk ini, kamu bisa menghilangkan lemak bandel dan tampil lebih percaya diri!"

Pola Penyajian Berdasarkan Humor: Humor adalah unsur yang membuat orang tertawa atau tersenyum. Pada iklan ini, sebenarnya tidak ada unsur humor yang menonjol. Penjual lebih fokus pada janji produk daripada menggunakan humor untuk menarik perhatian.

Contoh kalimat:
"Tidak ada humor pada iklan ini."

2. Kutipan kedua: "Menuntut Ilmu Adalah Taqwa" (Imam Al-Ghazali)

Pola Penyajian Berdasarkan Fakta: Kutipan ini berisi pernyataan dari tokoh terkenal, Imam Al-Ghazali. Nama Imam Al-Ghazali adalah fakta, karena dia adalah seorang tokoh nyata yang terkenal dalam dunia keilmuan Islam.

Contoh kalimat:
"Kutipan ini berasal dari Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar."

Pola Penyajian Berdasarkan Emosi: Kalimat-kalimat dalam kutipan ini menyentuh sisi emosional dan spiritual pembaca. Misalnya:

  • "Menuntut ilmu adalah taqwa."
  • "Mengulang-ulang ilmu adalah zikir."
  • "Mencari ilmu adalah jihad."

Kata-kata ini menyentuh hati, memberi kesan bahwa menuntut ilmu adalah sesuatu yang sangat mulia, penting, dan berhubungan dengan agama.

Contoh kalimat:
"Kutipan ini mendorong perasaan semangat untuk menuntut ilmu karena menekankan betapa pentingnya ilmu dalam agama."

Pola Penyajian Berdasarkan Humor: Tidak ada unsur humor dalam kutipan ini. Kalimat-kalimatnya lebih bersifat serius dan menginspirasi.

Contoh kalimat:
"Tidak ada humor dalam kutipan ini, karena ini lebih berfokus pada motivasi spiritual."

Penjelasan singkat:

  • Pola Penyajian Berdasarkan Fakta mengacu pada informasi yang bisa dibuktikan atau nyata.
  • Pola Penyajian Berdasarkan Emosi bertujuan menyentuh perasaan audiens agar lebih tertarik atau termotivasi.
  • Pola Penyajian Berdasarkan Humor bertujuan untuk membuat audiens tertawa atau tersenyum, namun tidak semua iklan atau kutipan menggunakan humor.

Iklan

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

1. Bagaimana pendapat kalian mengenai pentingnya mempelajari sejarah? 2. Jelaskan dampak perubahan iklim terutama yang telah kalian rasakan saat ini! 3. Setiap tempat di permukaan bumi memiliki lokasi absolut. Jelaskan yang dimaksud lokasi absolut! 4. Sebutkan 2 contoh dari Norma Agama ? 5. Jelaskan perbedaan dari nilai dan norma ? bantu dong besok ulangan ini tentang Ilmu Pengetahuan Sosial

8

0.0

Jawaban terverifikasi

Sahabat yang Tergadai Rina dan Maya telah bersahabat sejak kecil. Mereka tinggal di kompleks perumahan yang sama, duduk di bangku sekolah yang sama, bahkan berbagi mimpi untuk bisa terus bersama hingga dewasa. Setiap sore, Rina selalu datang ke rumah Maya untuk bermain atau sekadar mengerjakan PR bersama. Rumah Maya terasa hangat dan nyaman, penuh dengan canda tawa dan rasa kekeluargaan. Maya adalah teman yang selalu mendukung Rina dalam segala hal, tak peduli apa yang terjadi. Namun, suatu hari segalanya berubah. Ayah Maya, yang sebelumnya memiliki usaha sukses, mengalami kebangkrutan. Usahanya gulung tikar setelah dihadapkan pada masalah keuangan yang tak terduga. Keluarga Maya terpaksa menjual rumah mereka dan pindah ke sebuah rumah kontrakan kecil di pinggiran kota. Maya tak lagi bisa mengenakan seragam baru yang biasa mereka beli bersama di awal tahun ajaran. Kini, pakaian Maya tampak kusam, dan sepatu yang dia kenakan mulai berlubang di ujungnya. Pada awalnya, Rina tetap berteman dengan Maya seperti biasa. Mereka masih bertemu di sekolah, dan Rina sesekali mengundang Maya ke rumahnya. Namun, Rina mulai mendengar bisik-bisik dari teman-teman lainnya. "Kenapa masih berteman dengan Maya? Keluarganya sudah jatuh miskin. Nanti kamu jadi terlihat seperti dia." Salah seorang teman di kelas berkata dengan nada mengejek. Bisikan-bisikan itu semakin keras, bahkan beberapa di antaranya terang-terangan menertawakan Maya di depan Rina. Rina merasa tersudut. Di satu sisi, dia merasa bersalah kepada Maya, sahabatnya sejak kecil, yang tidak pernah memintanya apa-apa kecuali persahabatan tulus. Namun di sisi lain, dia merasa takut dijauhi oleh teman-teman lain yang mulai memandang rendah Maya. Rina mulai menjaga jarak. Suatu sore, Maya mendatangi Rina. "Kenapa kamu menjauh? Aku merindukanmu, Rina," Maya bertanya dengan mata yang penuh harap, mencoba mencari jawaban atas perubahan sikap sahabatnya. Rina menghindari tatapan Maya, menunduk dan berpura-pura sibuk dengan bukunya. "Aku sibuk sekarang, banyak tugas. Maaf, Maya." Maya terdiam. Hatinya hancur. Dia tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia berharap itu tidak benar. Namun, kenyataannya terlalu menyakitkan untuk diabaikan. Sejak itu Maya tak pernah lagi mengajak Rina berbicara. Mereka masih bertemu di sekolah, tetapi Maya belajar untuk menahan diri dari rasa sakit ditinggalkan. Waktu berlalu, dan pertemanan mereka tergerus oleh jarak yang diciptakan Rina. Suatu hari, sekolah mengadakan reuni kecil bagi siswa-siswa angkatan mereka. Maya, yang sekarang telah menemukan jalan hidupnya sendiri, datang dengan percaya diri. Dia tak lagi terjebak dalam bayang-bayang masa lalu. Rina melihat Maya dari jauh, merasa tertampar oleh keberadaan sahabatnya yang dulu. Maya telah tumbuh menjadi sosok yang mandiri dan sukses, meski tanpa dirinya. Rina mendekat dengan perasaan bersalah. "Maya... maafkan aku." Maya menatapnya, senyumnya tenang. "Rina, aku sudah memaafkanmu sejak lama. Aku hanya belajar bahwa tidak semua hal bisa kita pertahankan, bahkan persahabatan. Kadang, orang berubah, dan itu tidak apa-apa. Yang penting, kita tetap berdiri dan melanjutkan hidup." Rina menahan air matanya. Pada saat itu, dia menyadari bahwa dia telah kehilangan lebih dari sekadar seorang sahabat. Dia telah kehilangan kesempatan untuk setia pada seseorang yang benar-benar berarti dalam hidupnya. Tapi, waktu tak bisa diputar kembali. Rina hanya bisa menerima kenyataan bahwa persahabatan mereka telah tergadai oleh ketakutan dan gengsi. Maya pun berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Rina dalam kesunyian yang menyesakkan. Ubahlah cerpen tersebut menjadi sebuah adegan 1, adegan 2, adegan 3, dan adegan 4

54

0.0

Jawaban terverifikasi

Tentukan mana yang merupakan struktur abstraksi,orientasi,krisis,reaksi,dan koda Teks 1 Racun Serangga Alkisah hiduplah sepasang suami istri dengan dua orang anaknya. Setiap pagi kedua anak tersebut pergi berkebun untuk membantu orang tuanya. Namun, tiba-tiba mereka berdua pulang ke rumah dengan tergesa-gesa. Kakak: "Bu, Ibu tolong bu, gawat ini adik menelan kecoa!" Ibu: "Astaga, kok bisa sih kak? Gimana ceritanya? Ayo cepat panggil Bapak suruh bawa dokter ke sini!" Kakak: "Jangan bu, malah tambah gawat nanti. Sebentar lagi kecoanya juga mati." Ibu: "Lho, kok bisa gitu kak?" Kakak: "Iya bu, soalnya adik sudah aku kasih racun serangga bu. Di botolnya kan ada tulisan "dapat membunuh serangga ekstra cepat." Ibu: "Astagfirullah, sembrono kamu!" Kakak: (bingung) Ibu: "Pak, Bapak anak kita makan kecoa." (sambil berlari mencari suaminya). Kakak: (masih tetap bingung) ------------------------------- Teks 2 Tukang roti Pada Pagi hari Azril duduk di teras rumahnya sembari menunggu tukang roti yang biasa lewat. Begitu tukang roti lewat Azril lantas memanggil sang penjual. Azril: "Beli rotinya, Pak." Tukang Roti: "Boleh silahkan mau roti yang mana." Azril: "Ini apa, Pak?" Tukang Roti: "Ini semangka." Azril: "Kalau yang ini apa?" Tukang Roti: "Srikaya." Azril: "Terus ini apa, Bang?" Tukang Roti: "Oh...kalau ini blueberry, dek." Azril: "Gimana sih, terus rotinya mana? Saya mau beli roti bukan buah, kok daritadi yang disebut buah-buahan aja. Gak jadi beli deh saya kalau gini." Tukang Roti: "Yang saya sebut tuh rasa rotinya!" Azril: "Gak jadi, deh!"

11

5.0

Jawaban terverifikasi