Febrin D

22 September 2024 00:47

Iklan

Febrin D

22 September 2024 00:47

Pertanyaan

Sebutkan dan jelaskan 3 kasus ekstremisme di Indonesia

Sebutkan dan jelaskan 3 kasus ekstremisme di Indonesia

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

17

:

50

:

55

Klaim

5

1


Iklan

Rendi R

Community

22 September 2024 22:44

<p>&nbsp;</p><p>Berdasarkan gambar yang Anda unggah, tampaknya Anda diminta untuk membuat infografik yang membandingkan pelaksanaan demokrasi di Indonesia sebelum dan sesudah era reformasi dengan menggunakan lima indikator negara demokrasi. Berikut penjelasan tentang masing-masing indikator dalam konteks perbandingan demokrasi di Indonesia sebelum dan sesudah reformasi:</p><p><strong>Akunabilitas</strong></p><ul><li><strong>Pra-Reformasi (Orde Baru)</strong>: Akuntabilitas pemerintahan sangat rendah. Presiden Suharto memiliki kekuasaan yang sangat besar dan hampir tidak ada transparansi dalam pemerintahan. Kritik terhadap pemerintah sangat dibatasi.</li><li><strong>Pasca-Reformasi</strong>: Setelah reformasi, terjadi peningkatan akuntabilitas dengan adanya lembaga-lembaga pengawas, pers yang lebih bebas, dan keterbukaan informasi publik. Pemerintah lebih bertanggung jawab kepada rakyat melalui parlemen dan media.</li></ul><p><strong>Rotasi Kekuasaan</strong></p><ul><li><strong>Pra-Reformasi</strong>: Tidak ada rotasi kekuasaan yang efektif. Suharto menjabat sebagai presiden selama lebih dari 30 tahun dengan mekanisme pemilu yang penuh manipulasi.</li><li><strong>Pasca-Reformasi</strong>: Rotasi kekuasaan berlangsung secara reguler setiap lima tahun dengan pemilu yang lebih bebas dan adil. Pemilu presiden diadakan langsung oleh rakyat, sehingga tidak ada satu orang atau partai yang memonopoli kekuasaan.</li></ul><p><strong>Pola Rekrutmen Politik</strong></p><ul><li><strong>Pra-Reformasi</strong>: Rekrutmen politik sangat terpusat, dengan Golkar sebagai partai dominan yang selalu menang dalam pemilu. Partai-partai politik lainnya ditekan, dan oposisi hampir tidak ada.</li><li><strong>Pasca-Reformasi</strong>: Pola rekrutmen politik lebih terbuka. Banyak partai politik baru bermunculan, dan masyarakat dapat berpartisipasi secara lebih luas dalam proses politik. Oposisi politik juga lebih diakui.</li></ul><p><strong>Pelaksanaan Pemilu</strong></p><ul><li><strong>Pra-Reformasi</strong>: Pemilu dianggap sebagai formalitas, dengan hasil yang sudah bisa diprediksi dan penuh manipulasi. Partai Golkar selalu memenangkan pemilu.</li><li><strong>Pasca-Reformasi</strong>: Pemilu dilaksanakan secara lebih demokratis dengan sistem pemilu langsung untuk memilih presiden, DPR, dan kepala daerah. Pengawasan pemilu juga lebih ketat untuk memastikan hasil yang transparan dan jujur.</li></ul><p><strong>Pemenuhan Hak-hak Dasar Warga Negara</strong></p><ul><li><strong>Pra-Reformasi</strong>: Hak-hak dasar warga negara, seperti kebebasan berpendapat, pers, dan berkumpul, sangat dibatasi. Pembatasan dan represi terhadap hak-hak politik dan sipil sangat ketat.</li><li><strong>Pasca-Reformasi</strong>: Hak-hak dasar warga negara lebih dihargai. Kebebasan berpendapat, berkumpul, dan berekspresi meningkat secara signifikan, serta masyarakat memiliki lebih banyak ruang untuk mengawasi pemerintah.</li></ul><p>Untuk membuat infografik, Anda bisa menggunakan aplikasi seperti Canva, PowerPoint, atau aplikasi desain grafis lainnya. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat Anda ikuti untuk membuat infografik:</p><ol><li><strong>Tentukan Tema dan Desain</strong>: Pilih tema yang sesuai dan tata letak yang menarik, dengan membedakan dua periode: Pra-Reformasi dan Pasca-Reformasi.</li><li><strong>Susun Data</strong>: Tempatkan lima indikator (Akunabilitas, Rotasi Kekuasaan, Pola Rekrutmen Politik, Pelaksanaan Pemilu, Pemenuhan Hak-hak Dasar) dalam kolom atau diagram untuk setiap periode.</li><li><strong>Tambahkan Visualisasi</strong>: Gunakan ikon atau grafik sederhana yang mewakili setiap indikator, misalnya ikon pemilu untuk Pelaksanaan Pemilu atau ikon hak untuk Hak-hak Warga Negara.</li><li><strong>Simpulkan dalam Bentuk Poin-Poin</strong>: Jelaskan secara singkat tetapi jelas perbedaan pada setiap indikator antara era pra-reformasi dan pasca-reformasi.</li></ol><p>Semoga ini membantu! Jika Anda memerlukan bantuan lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya.</p><p>4o</p><p>You said:</p><p>kata-2 "Jika Anda memerlukan bantuan lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya." gak usah ada di text</p><p>&nbsp;</p><p>ChatGPT said:</p><p>ChatGPT</p><p>Berikut adalah penjelasan tanpa kalimat yang Anda sebutkan:</p><p>Berdasarkan gambar yang Anda unggah, tampaknya Anda diminta untuk membuat infografik yang membandingkan pelaksanaan demokrasi di Indonesia sebelum dan sesudah era reformasi dengan menggunakan lima indikator negara demokrasi. Berikut penjelasan tentang masing-masing indikator dalam konteks perbandingan demokrasi di Indonesia sebelum dan sesudah reformasi:</p><ol><li><strong>Akunabilitas</strong><ul><li><strong>Pra-Reformasi (Orde Baru)</strong>: Akuntabilitas pemerintahan sangat rendah. Presiden Suharto memiliki kekuasaan yang sangat besar dan hampir tidak ada transparansi dalam pemerintahan. Kritik terhadap pemerintah sangat dibatasi.</li><li><strong>Pasca-Reformasi</strong>: Setelah reformasi, terjadi peningkatan akuntabilitas dengan adanya lembaga-lembaga pengawas, pers yang lebih bebas, dan keterbukaan informasi publik. Pemerintah lebih</li></ul></li></ol><p>4o</p><p>You said:</p><p>Sebutkan dan jelaskan 3 kasus ekstremisme di Indonesia</p><p>&nbsp;</p><p>ChatGPT said:</p><p>ChatGPT</p><p>Berikut adalah tiga kasus ekstremisme yang pernah terjadi di Indonesia beserta penjelasannya:</p><p>1. <strong>Bom Bali I (2002)</strong></p><ul><li><strong>Penjelasan</strong>: Serangan bom ini terjadi pada 12 Oktober 2002 di dua tempat di Kuta, Bali, yaitu Paddy's Pub dan Sari Club. Serangan ini merupakan salah satu tindakan terorisme terbesar di Indonesia, dengan total korban jiwa mencapai 202 orang, sebagian besar di antaranya adalah wisatawan asing. Kelompok ekstremis yang bertanggung jawab atas serangan ini adalah Jemaah Islamiyah (JI), sebuah organisasi teroris yang berafiliasi dengan Al-Qaeda.</li><li><strong>Motif Ekstremisme</strong>: Tujuan kelompok JI adalah untuk mendirikan kekhalifahan Islam di Asia Tenggara, dan serangan ini dimaksudkan untuk mengintimidasi pemerintah Indonesia serta menghantam kepentingan Barat.</li></ul><p>2. <strong>Kasus Bom JW Marriott dan Ritz-Carlton (2009)</strong></p><ul><li><strong>Penjelasan</strong>: Pada 17 Juli 2009, dua bom meledak di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di kawasan Mega Kuningan, Jakarta. Serangan ini menewaskan 9 orang dan melukai lebih dari 50 orang. Pelaku adalah kelompok yang berafiliasi dengan Jemaah Islamiyah dan dipimpin oleh Noordin M. Top, seorang tokoh penting dalam jaringan ekstremis di Asia Tenggara.</li><li><strong>Motif Ekstremisme</strong>: Serangan ini didorong oleh kebencian terhadap Barat dan tujuan kelompok ekstremis untuk menciptakan kekacauan di Indonesia guna memperlemah pengaruh Barat dan mempromosikan ideologi mereka.</li></ul><p>3. <strong>Serangan Sarinah (2016)</strong></p><ul><li><strong>Penjelasan</strong>: Serangan ini terjadi pada 14 Januari 2016 di sekitar kawasan Sarinah, Jakarta Pusat. Kelompok teroris ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini, yang melibatkan bom dan baku tembak antara teroris dan aparat keamanan. Serangan tersebut menewaskan 8 orang, termasuk pelaku, dan melukai puluhan lainnya.</li><li><strong>Motif Ekstremisme</strong>: Serangan ini merupakan bagian dari kampanye global ISIS untuk menebar teror dan mendirikan kekhalifahan Islam melalui tindakan kekerasan dan radikalisasi.</li></ul><p>Ketiga kasus di atas merupakan contoh nyata dari tindakan ekstremisme yang bertujuan untuk menciptakan ketakutan, mengguncang stabilitas politik, dan memaksakan ideologi radikal. Pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah untuk memerangi terorisme, termasuk pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) serta kerjasama internasional untuk menangkal aksi terorisme.</p>

 

Berdasarkan gambar yang Anda unggah, tampaknya Anda diminta untuk membuat infografik yang membandingkan pelaksanaan demokrasi di Indonesia sebelum dan sesudah era reformasi dengan menggunakan lima indikator negara demokrasi. Berikut penjelasan tentang masing-masing indikator dalam konteks perbandingan demokrasi di Indonesia sebelum dan sesudah reformasi:

Akunabilitas

  • Pra-Reformasi (Orde Baru): Akuntabilitas pemerintahan sangat rendah. Presiden Suharto memiliki kekuasaan yang sangat besar dan hampir tidak ada transparansi dalam pemerintahan. Kritik terhadap pemerintah sangat dibatasi.
  • Pasca-Reformasi: Setelah reformasi, terjadi peningkatan akuntabilitas dengan adanya lembaga-lembaga pengawas, pers yang lebih bebas, dan keterbukaan informasi publik. Pemerintah lebih bertanggung jawab kepada rakyat melalui parlemen dan media.

Rotasi Kekuasaan

  • Pra-Reformasi: Tidak ada rotasi kekuasaan yang efektif. Suharto menjabat sebagai presiden selama lebih dari 30 tahun dengan mekanisme pemilu yang penuh manipulasi.
  • Pasca-Reformasi: Rotasi kekuasaan berlangsung secara reguler setiap lima tahun dengan pemilu yang lebih bebas dan adil. Pemilu presiden diadakan langsung oleh rakyat, sehingga tidak ada satu orang atau partai yang memonopoli kekuasaan.

Pola Rekrutmen Politik

  • Pra-Reformasi: Rekrutmen politik sangat terpusat, dengan Golkar sebagai partai dominan yang selalu menang dalam pemilu. Partai-partai politik lainnya ditekan, dan oposisi hampir tidak ada.
  • Pasca-Reformasi: Pola rekrutmen politik lebih terbuka. Banyak partai politik baru bermunculan, dan masyarakat dapat berpartisipasi secara lebih luas dalam proses politik. Oposisi politik juga lebih diakui.

Pelaksanaan Pemilu

  • Pra-Reformasi: Pemilu dianggap sebagai formalitas, dengan hasil yang sudah bisa diprediksi dan penuh manipulasi. Partai Golkar selalu memenangkan pemilu.
  • Pasca-Reformasi: Pemilu dilaksanakan secara lebih demokratis dengan sistem pemilu langsung untuk memilih presiden, DPR, dan kepala daerah. Pengawasan pemilu juga lebih ketat untuk memastikan hasil yang transparan dan jujur.

Pemenuhan Hak-hak Dasar Warga Negara

  • Pra-Reformasi: Hak-hak dasar warga negara, seperti kebebasan berpendapat, pers, dan berkumpul, sangat dibatasi. Pembatasan dan represi terhadap hak-hak politik dan sipil sangat ketat.
  • Pasca-Reformasi: Hak-hak dasar warga negara lebih dihargai. Kebebasan berpendapat, berkumpul, dan berekspresi meningkat secara signifikan, serta masyarakat memiliki lebih banyak ruang untuk mengawasi pemerintah.

Untuk membuat infografik, Anda bisa menggunakan aplikasi seperti Canva, PowerPoint, atau aplikasi desain grafis lainnya. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat Anda ikuti untuk membuat infografik:

  1. Tentukan Tema dan Desain: Pilih tema yang sesuai dan tata letak yang menarik, dengan membedakan dua periode: Pra-Reformasi dan Pasca-Reformasi.
  2. Susun Data: Tempatkan lima indikator (Akunabilitas, Rotasi Kekuasaan, Pola Rekrutmen Politik, Pelaksanaan Pemilu, Pemenuhan Hak-hak Dasar) dalam kolom atau diagram untuk setiap periode.
  3. Tambahkan Visualisasi: Gunakan ikon atau grafik sederhana yang mewakili setiap indikator, misalnya ikon pemilu untuk Pelaksanaan Pemilu atau ikon hak untuk Hak-hak Warga Negara.
  4. Simpulkan dalam Bentuk Poin-Poin: Jelaskan secara singkat tetapi jelas perbedaan pada setiap indikator antara era pra-reformasi dan pasca-reformasi.

Semoga ini membantu! Jika Anda memerlukan bantuan lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya.

4o

You said:

kata-2 "Jika Anda memerlukan bantuan lebih lanjut, jangan ragu untuk bertanya." gak usah ada di text

 

ChatGPT said:

ChatGPT

Berikut adalah penjelasan tanpa kalimat yang Anda sebutkan:

Berdasarkan gambar yang Anda unggah, tampaknya Anda diminta untuk membuat infografik yang membandingkan pelaksanaan demokrasi di Indonesia sebelum dan sesudah era reformasi dengan menggunakan lima indikator negara demokrasi. Berikut penjelasan tentang masing-masing indikator dalam konteks perbandingan demokrasi di Indonesia sebelum dan sesudah reformasi:

  1. Akunabilitas
    • Pra-Reformasi (Orde Baru): Akuntabilitas pemerintahan sangat rendah. Presiden Suharto memiliki kekuasaan yang sangat besar dan hampir tidak ada transparansi dalam pemerintahan. Kritik terhadap pemerintah sangat dibatasi.
    • Pasca-Reformasi: Setelah reformasi, terjadi peningkatan akuntabilitas dengan adanya lembaga-lembaga pengawas, pers yang lebih bebas, dan keterbukaan informasi publik. Pemerintah lebih

4o

You said:

Sebutkan dan jelaskan 3 kasus ekstremisme di Indonesia

 

ChatGPT said:

ChatGPT

Berikut adalah tiga kasus ekstremisme yang pernah terjadi di Indonesia beserta penjelasannya:

1. Bom Bali I (2002)

  • Penjelasan: Serangan bom ini terjadi pada 12 Oktober 2002 di dua tempat di Kuta, Bali, yaitu Paddy's Pub dan Sari Club. Serangan ini merupakan salah satu tindakan terorisme terbesar di Indonesia, dengan total korban jiwa mencapai 202 orang, sebagian besar di antaranya adalah wisatawan asing. Kelompok ekstremis yang bertanggung jawab atas serangan ini adalah Jemaah Islamiyah (JI), sebuah organisasi teroris yang berafiliasi dengan Al-Qaeda.
  • Motif Ekstremisme: Tujuan kelompok JI adalah untuk mendirikan kekhalifahan Islam di Asia Tenggara, dan serangan ini dimaksudkan untuk mengintimidasi pemerintah Indonesia serta menghantam kepentingan Barat.

2. Kasus Bom JW Marriott dan Ritz-Carlton (2009)

  • Penjelasan: Pada 17 Juli 2009, dua bom meledak di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di kawasan Mega Kuningan, Jakarta. Serangan ini menewaskan 9 orang dan melukai lebih dari 50 orang. Pelaku adalah kelompok yang berafiliasi dengan Jemaah Islamiyah dan dipimpin oleh Noordin M. Top, seorang tokoh penting dalam jaringan ekstremis di Asia Tenggara.
  • Motif Ekstremisme: Serangan ini didorong oleh kebencian terhadap Barat dan tujuan kelompok ekstremis untuk menciptakan kekacauan di Indonesia guna memperlemah pengaruh Barat dan mempromosikan ideologi mereka.

3. Serangan Sarinah (2016)

  • Penjelasan: Serangan ini terjadi pada 14 Januari 2016 di sekitar kawasan Sarinah, Jakarta Pusat. Kelompok teroris ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini, yang melibatkan bom dan baku tembak antara teroris dan aparat keamanan. Serangan tersebut menewaskan 8 orang, termasuk pelaku, dan melukai puluhan lainnya.
  • Motif Ekstremisme: Serangan ini merupakan bagian dari kampanye global ISIS untuk menebar teror dan mendirikan kekhalifahan Islam melalui tindakan kekerasan dan radikalisasi.

Ketiga kasus di atas merupakan contoh nyata dari tindakan ekstremisme yang bertujuan untuk menciptakan ketakutan, mengguncang stabilitas politik, dan memaksakan ideologi radikal. Pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah untuk memerangi terorisme, termasuk pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) serta kerjasama internasional untuk menangkal aksi terorisme.


Iklan

Mau jawaban yang terverifikasi?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Mengapa masalah domestic Keraton Jawa membuat VOC (Belanda) dengan mudah menguasai keraton ? Jelaskan!!

11

0.0

Jawaban terverifikasi