Joel H

04 November 2024 15:44

Iklan

Joel H

04 November 2024 15:44

Pertanyaan

Salah satu ciri historiografi kolonial yaitu bersifat neerlandosentris ciri tersebut ditandai dengan

Salah satu ciri historiografi kolonial yaitu bersifat neerlandosentris ciri tersebut ditandai dengan

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

20

:

15

:

04

Klaim

2

1

Jawaban terverifikasi

Iklan

Rendi R

Community

04 November 2024 23:17

Jawaban terverifikasi

<p>Salah satu ciri historiografi kolonial yang bersifat neerlandosentris ditandai dengan beberapa aspek berikut:</p><p><strong>Fokus pada Perspektif Belanda:</strong> Historiografi ini cenderung melihat sejarah dari sudut pandang Belanda, mengutamakan peristiwa-peristiwa dan tokoh-tokoh yang berkaitan langsung dengan kepentingan dan pengalaman Belanda di daerah koloni. Sejarah seringkali ditulis dengan menekankan prestasi dan keberhasilan Belanda dalam mengelola koloni, sementara pengalaman dan perspektif masyarakat lokal sering diabaikan.</p><p><strong>Pemberian Penilaian Positif terhadap Kolonialisme:</strong> Ciri ini terlihat dalam bagaimana historiografi kolonial memberikan penilaian yang positif terhadap tindakan dan kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Penulis sejarah sering menggambarkan kolonialisme sebagai misi peradaban yang membawa kemajuan, pendidikan, dan modernisasi, meskipun pada kenyataannya sering mengabaikan dampak negatif yang dialami masyarakat lokal.</p><p><strong>Penekanan pada Kekuatan Militer dan Administratif:</strong> Historiografi ini sering kali menyoroti kekuatan militer Belanda dan keberhasilan administrasi kolonial, serta strategi-strategi yang digunakan untuk menguasai dan mengendalikan daerah-daerah yang dijajah. Aspek-aspek ini menjadi fokus utama, sementara aspek sosial dan budaya masyarakat lokal sering kali terabaikan.</p><p><strong>Penggunaan Sumber-sumber Eropa:</strong> Penulis sejarah kolonial biasanya lebih mengandalkan sumber-sumber dari pihak Belanda, seperti arsip pemerintah, laporan pejabat kolonial, dan dokumen resmi lainnya. Hal ini mengarah pada penggambaran sejarah yang bias, karena tidak mempertimbangkan sumber-sumber lokal yang dapat memberikan perspektif yang berbeda.</p><p><strong>Minimnya Representasi Suara Lokal:</strong> Historiografi neerlandosentris cenderung tidak memberikan ruang bagi suara dan narasi masyarakat lokal. Suara, pengalaman, dan perjuangan masyarakat yang terjajah sering kali diabaikan atau disajikan dalam konteks yang tidak proporsional, mengakibatkan kehilangan dimensi penting dalam pemahaman sejarah.</p><p><strong>Penggambaran Stereotip terhadap Masyarakat Lokal:</strong> Dalam historiografi kolonial, masyarakat lokal sering digambarkan dengan stereotip yang tidak akurat, seperti sebagai kelompok yang primitif, tidak beradab, atau tidak mampu mengelola diri sendiri. Ini memperkuat pandangan kolonial yang merendahkan dan menjustifikasi posisi dominan Belanda.</p><p>Ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa historiografi kolonial yang bersifat neerlandosentris tidak hanya membentuk narasi sejarah yang bias, tetapi juga mengabaikan kompleksitas dan keberagaman pengalaman masyarakat yang hidup di bawah kolonialisme.</p>

Salah satu ciri historiografi kolonial yang bersifat neerlandosentris ditandai dengan beberapa aspek berikut:

Fokus pada Perspektif Belanda: Historiografi ini cenderung melihat sejarah dari sudut pandang Belanda, mengutamakan peristiwa-peristiwa dan tokoh-tokoh yang berkaitan langsung dengan kepentingan dan pengalaman Belanda di daerah koloni. Sejarah seringkali ditulis dengan menekankan prestasi dan keberhasilan Belanda dalam mengelola koloni, sementara pengalaman dan perspektif masyarakat lokal sering diabaikan.

Pemberian Penilaian Positif terhadap Kolonialisme: Ciri ini terlihat dalam bagaimana historiografi kolonial memberikan penilaian yang positif terhadap tindakan dan kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Penulis sejarah sering menggambarkan kolonialisme sebagai misi peradaban yang membawa kemajuan, pendidikan, dan modernisasi, meskipun pada kenyataannya sering mengabaikan dampak negatif yang dialami masyarakat lokal.

Penekanan pada Kekuatan Militer dan Administratif: Historiografi ini sering kali menyoroti kekuatan militer Belanda dan keberhasilan administrasi kolonial, serta strategi-strategi yang digunakan untuk menguasai dan mengendalikan daerah-daerah yang dijajah. Aspek-aspek ini menjadi fokus utama, sementara aspek sosial dan budaya masyarakat lokal sering kali terabaikan.

Penggunaan Sumber-sumber Eropa: Penulis sejarah kolonial biasanya lebih mengandalkan sumber-sumber dari pihak Belanda, seperti arsip pemerintah, laporan pejabat kolonial, dan dokumen resmi lainnya. Hal ini mengarah pada penggambaran sejarah yang bias, karena tidak mempertimbangkan sumber-sumber lokal yang dapat memberikan perspektif yang berbeda.

Minimnya Representasi Suara Lokal: Historiografi neerlandosentris cenderung tidak memberikan ruang bagi suara dan narasi masyarakat lokal. Suara, pengalaman, dan perjuangan masyarakat yang terjajah sering kali diabaikan atau disajikan dalam konteks yang tidak proporsional, mengakibatkan kehilangan dimensi penting dalam pemahaman sejarah.

Penggambaran Stereotip terhadap Masyarakat Lokal: Dalam historiografi kolonial, masyarakat lokal sering digambarkan dengan stereotip yang tidak akurat, seperti sebagai kelompok yang primitif, tidak beradab, atau tidak mampu mengelola diri sendiri. Ini memperkuat pandangan kolonial yang merendahkan dan menjustifikasi posisi dominan Belanda.

Ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa historiografi kolonial yang bersifat neerlandosentris tidak hanya membentuk narasi sejarah yang bias, tetapi juga mengabaikan kompleksitas dan keberagaman pengalaman masyarakat yang hidup di bawah kolonialisme.


Iklan

Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Pada saat sidang BPUPK tanggal 31 Mei 1945, ada 2 usulan yaitu Indonesia menjadi negara monarki atau Republik. Tokoh yang mengusulkan bentuk negara Indonesia Republik adalah... A. Ir. Soekarno B. Mr. Achmad Soebardjo C. Dr. Soepomo D. Mohammad Yamin

27

0.0

Jawaban terverifikasi