Angga R

27 Juni 2024 23:27

Iklan

Angga R

27 Juni 2024 23:27

Pertanyaan

Pada liburan semester kemarin, Andri pergi ke pondok pesantren selama dua minggu. Di sana dia belajar mengaji, menulis arab dan pencak silat Pada liburan semester ini, Ia pergi ke desa. Ia berhapar dapat mempelajari cara beternak dan berkebun. Berdasarkan inforrnasi di atas pemyataan di bawah ini yang paling tepat adalah A) Andri tidak menyukai belajar agama B) Andri menyukai beternak dan berkebun C) Andri pergi ke ternpat berbeda setiap liburan semester D) Semester depan Andri akan pergi ke tempat yang berbeda dengan sebelumnya E) Orang tua Andri menginginkan ia belajar berkebun dibandingkan agama.

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

01

:

09

:

32

Klaim

0

0


Empty Comment

Belum ada jawaban 🤔

Ayo, jadi yang pertama menjawab pertanyaan ini!

Mau jawaban yang cepat dan pasti benar?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

Roboguru Plus

Dapatkan pembahasan soal ga pake lama, langsung dari Tutor!

Chat Tutor

Temukan jawabannya dari Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Teks 1 Salah Kelas Pagi itu, Joni nampak bahagia sekali. Di meja makan, ibunya bertanya kepada Joni. "Jon, Ibu perhatikan dari tadi kamu senyum-senyum sendiri?" "Anu, Bu, semalam ibu wali kelas membagikan jadwal tatap muka terbatas. Senang rasanya karena besok aku bisa bertemu teman-teman. Belajar daring di rumah membosankan, Bu. Apalagi kalau zoom meeting Matematika." "Memangnya kenapa kalau Matematika, Jon?" Ibu bertanya kembali. "Gurunya galak, Bu, materinya juga susah, wong diajarkan di kelas saja masih susah pahamnya, apalagi daring," jawab Joni. "Oh, begitu," Ibu menimpali. "Ya sudah, Bu. Joni pamit, ya." Joni langsung pergi sambil mencium tangan ibunya. Sekolah sudah nampak ramai. Joni berjalan sambil sesekali melihat jadwal mapel yang dibagikan wali kelasnya. Lalu, dia segera masuk kelas dan ternyata sudah ada guru di dalam kelas. "Selamat pagi, Pak. Maaf, saya terlambat." "Selamat pagi juga, Nak, silakan duduk," sahut Pak Guru. Joni langsung mencari kursi dan duduk tanpa melihat kanan kiri. Saat mengeluarkan buku catatan, Joni mengedarkan pandangannya dan langsung kaget. Semua seperti asing. Dia seperti tidak mengenali teman sekelasnya, apalagi semuanya memakai masker. Dia berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa mereka adalah teman kelasnya. Tidak berapa lama, Joni kaget ketika melihat ke papan tulis Pak Guru sedang menjelaskan soal Matematika, padahal seingatnya jadwal pagi itu adalah Bahasa Indonesia. "Astaga, ini kan kelasku satu tahun yang lalu, ini kan kelas satu. Sekarang kan aku sudah naik kelas dua." Keringat dingin keluar di wajah Joni, lalu dia memberanikan diri menemui Pak Guru. "Maaf, Pak, karena sudah satu tahun daring, saya lupa kalau sekarang saya sudah kelas dua. Saya salah masuk kelas, Pak." Semua peserta didik pun tertawa. Dengan wajah malu, Joni keluar kelas. Teks 2 PKH Pada suatu hari, dua orang ibu rumah tangga sedang berbincang-bincang di depan rumah. Mereka sedang asyik membahas tentang bantuan pemerintah yang dinamakan PKH. Bu Tuti : Mar, aku semakin heran dengan pemerintah sekarang. Bu Marni Loh, kenapa, Bu? Ada masalah? (penasaran) Bu Tuti : Ya jelas ada. Kalau enggak ada, buat apa saya repot-repot membahas masalah ini? Bu Marni: Oalah, Bu, sempat-sempatnya memikirkan pemerintah, memangnya pemerintah memikirkan nasib kita? Bu Tuti : Jangan salah. Tuh, lihat tetangga sebelah kita. Dia dapat bantuan dari pemerintah. Setiap bulan, dia rutin mengambil sembako di warung dekat balai desa sana. Bu Marni Masa? Enggak salah, sampeyan, Bu? Dia, kan, lumayan mampu. Lihat saja, kulkas ada, mesin cuci punya, motor dua, kalau pergi perhiasannya selalu menempel di tangannya. Benar enggak salah, Bu? (sedikit tidak percaya) Bu Tuti : Nah, itu yang membuat saya bingung. Kenapa dia dapat bantuan? Padahal, kalau dipikir, dia tergolong keluarga mampu. Coba kita bandingkan dengan tetangga kita yang lain. Ada yang jauh lebih berhak mendapatkan bantuan itu sebenarnya. Bu Marni : Iya betul Bu. Ngomong-ngomong, bantuan apa yang bisa dia dapat, Bu? Bu Tuti Bu Marni: Masa kamu enggak tahu? Itu, loh, bantuan PKH. Oh, yang rumahnya ditempeli stiker "Keluarga Miskin" itu, to? Bu Tuti Nah, itu kamu tahu, Mar. (mengacungkan jempol kepada Bu Marni) Bu Marni Bu Tuti Ya tahu lah, Bu. Apa, sih, yang tidak saya ketahui? Mar, PKH itu apa, to? (penasaran) Bu Marni Program Keluarga Harapan. Bu Tuti : Harapan apa? Bu Marni Harapan biar dikasih sembako tiap bulan, ha...ha...ha... Bu Tuti : Ngawur kamu, Mar. Tulislah persamaan dan perbedaan kedua teks tersebut

9

3.7

Jawaban terverifikasi

temukan konjungsi dalam teks hikayat ibnu hasan kemudian jeniskan! Ibnu Hasan Syahdan, zaman dahulu kala, ada seorang kaya hartawan, bernama Syekh Hasan. Banyak harta, banyak uang, terkenal ke setiap negeri, merupakan orang terkaya. Bertempat tinggal di negeri Bagdad yang terkenal ke mana-mana sebagai kota yang paling ramai saat itu. Syekh Hasan sangat bijaksana, mengasihi fakir miskin, menyayangi yang kekurangan, menasihati yang berpikiran sempit, mengajarkan ilmu yang baik, walaupun harus mengeluarkan biaya berupa pakaian atau uang. Oleh karena itu, banyak pengikutnya. Syekh Hasan memiliki seorang anak laki-laki yang sangat tampan, pendiam, dan baik budi, berusia sekitar tujuh tahun. Ibnu Hasan namanya. Ibnu Hasan sedang lucu-lucunya. Semua orang senang melihatnya, apalagi orang tuanya. Namun demikian, anak itu tidak sombong, perilakunya kalem, walaupun hidupnya dimanjakan, tidak kekurangan. Ayahnya berpikir, "Alangkah salannya aku, menyayangi di luar batas, tanpa pertimbangan. Bagaimana kalau akhirnya dimurkai Allah Yang Agung? Aku pasti durhaka, tak dapat mendidik anak, mengkaji ilmu yang bermanfaat." Dipanggilnya putranya. Anak itu segera mendatanginya, diusap-usapnya putranya sambil dinasihati, bahwa ia harus mengaji, katanya, "Sekarang saatnya, Anakku. Sebenarnya aku khawatir, tapi pergilah ke Mesir. Carilah jalan menuju keutamaan." Ibnu Hasan menjawab, "Ayah jangan ragu-ragu, semua kehendak orang tua akan hamba turuti, tidak akan kutolak, siang malam hanya perintah Ayah Ibu yang hamba nantikan." Kemudian, Ibnu Hasan berangkat ke pesantren, berpisah dengan kedua orang tuanya, hatinya sangat sedih. Ibunya tidak tahan menangis terisak-isak harus berpisah dengan putranya yang masih sangat kecil, belum cukup usia. "Kelak, apabila Ananda sudah sampai ke tempat merantau, pandai-pandailah menjaga diri karena jauh dari orang tua. Harus tahu ilmunya hidup, jangan keras kepala, angkuh, dan menyombongkan diri, merasa lebih dari yang lain, merasa diri orang kaya lalu menghina sesama. Kalau begitu perbuatanmu, hidupmu tidak akan senang karena dimusuhi semua orang, tidak akan ada yang mau menolong. Kalau celaka tidak akan diperhatikan. Berada di rantau orang kalau judes akan mendapatkan kesusahan. Hati-hatilah menjaga diri. Jangan menganggap enteng segala hal." Ibnu Hasan menjawab dengan takzim, "Apa yang Ibu katakan akan selalu kuingat dan kucatat dalam hati. Doakanlah aku agar selamat. Semoga jangan sampai menempuh jalan yang salah. Pesan Ibu akan kuperhatikan, siang dan malam." Singkat cerita Ibnu Hasan sudah berangkat dikawal dua pengasuhnya sejak kecil, Mairin dan Mairun. Mereka berangkat berjalan kaki. Mairun memikul semua perbekalan dan pakaian, sementara Mairin mengikuti dari belakang, sesekali menggantikan tugas Mairun. Perasaan sedih, prihatin, kehujanan, kepanasan selama perjalanan yang memakan waktu berhari-hari namun akhirnya sampai juga di pusat kota negara Mesir, dengan selamat berkat doa ayah dan ibunda. Selanjutnya, segeralah menemui seorang alim ulama, terus berguru padanya. Pada suatu hari, saat bakda zuhur, Ibnu Hasan sedang di jalan, bertemu seseorang bernama Saleh yang baru pulang dari sekolah. Ibnu Hasan menyapa, "Anda pulang dari mana?" Saleh menjawab dengan sopan, "Saya pulang sekolah." Ibnu Hasan bertanya lagi, "Sekolah itu apa? Coba jelaskan padaku!" Yang ditanya menjawab, "Apakah Anda belum tahu?Sekolah itu tempat ilmu, tepatnya tempat belajar, berhitung, menulis, mengeja, belajar tata krama, sopan santun terhadap yang lebih tua dan yang lebih muda, dan terhadap sesama, harus sesuai dengan aturan." Begitu Ibnu Hasan mendengar penjelasan tersebut, betapa girang hatinya. Dia segera pulang menghadap kyai dan meminta izinnya untuk belajar di sekolah guna mencari ilmu. "Sekarang katakan padaku apa yang sebenarnya kamu harapkan," Kyai berkata demikian. Tujuan untuk menguji muridnya, apakah betul-betul ingin mencari ilmu atau hanya alasan supaya mendapat pujian. Ibnu Hasan menunduk, menjawab agak malu, "Hamba ingin menjelaskan mengapa hamba bersusah payah tanpa mengenal lelah mencari ilmu. Memang sangkaan orang begitu karena ayahku kaya raya, tidak kekurangan uang, ternaknya pun banyak. Hamba tidak usah bekerja karena tidak akan kekurangan. Namun, pendapat hamba tidak demikian, akan sangat memalukan seandainya ayah sudah tiada, sudah meninggal dunia, semua hartanya jatuh ke tangan hamba. Tapi, ternyata tidak terurus karena hamba tidak teliti akhimya harta itu habis, bukan bertambah. Di situlah terlihat temyata kalau hamba ini bodoh. Bukan bertambah masyhur, asalnya anak orang kaya, harus menjadi buruh. Begitulah pendapat hamba karena modal sudah ada, hamba hanya tinggal melanjutkan. Pangkat anakpun begitu pula, walaupun tidak melebihi orang tua, paling tidak harus sama dengan orang tua, dan tidak akan memalukan, apalagi kalau lebih miskin, ibaratnya anak seorang palih" Maka, yakinlah kyai itu akan baik muridnya.

10

4.0

Jawaban terverifikasi

Iklan

Burung Pipit dan Anaknya Pada suatu hari, tampak sepasang burung pipit membuat sarang di sebuah ladang gandum muda. Berhari-hari berlalu, batang-batang gandum tumbuh tinggi dan anak-anak burung juga tumbuh. Suatu hari, ketika gandum matang berwarna emas melambai ditiup angin, petani dan putranya datang ke ladang. "Gandum ini sekarang siap untuk dipanen," kata petani. "Kita harus memanggil tetangga dan teman-teman untuk membantu kita panen." 

 Pipit muda yang bersembunyi di sarang mereka sangat ketakutan, mereka tahu jika mereka tidak segera meninggalkan sarang sebelum mesin pemanen datang akan berbahaya. Ketika induknya kembali dengan membawa makanan, mereka mengatakan apa yang telah mereka dengar. "Jangan takut, anak-anak," kata induknya. "Jika Petani berkata bahwa ia akan memanggil tetangga dan teman-temannya untuk membantunya melakukan pekerjaan, untuk sementara waktu belum dipanen." Beberapa hari kemudian, gandum begitu matang, ketika angin mengguncang batang, hujan datang gemerisik butir gandum jatuh di atas kepala pipit muda. "Jika gandum ini tidak dipanen kali ini," kata petani, "kita akan kehilangan separuh hasil panen. Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi bantuan dari teman-teman. Besok kita harus mulai bekerja sendiri." Ketika pipit muda menceritakan kepada ibu mereka apa yang mereka telah dengarkan hari ini, ia berkata: "Kita harus pergi secepatnya. Ketika seorang pria memutuskan untuk melakukan pekerjaan sendiri dan tidak bergantung pada orang lain, maka kita bisa yakin tidak akan ada penundaan lagi." Mereka segera belajar terbang sore itu juga, dan tepat waktu matahari terbit keesokan harinya, ketika Petani dan putranya memanen gandum, mereka menemukan sebuah sarang kosong. 
 Teknik penggambaran watak tokoh apakah yang digunakan pengarang dalam fabel tersebut. Jelaskan alasanmu dengan menunjukkan bukti tekstualnya.

1

0.0

Jawaban terverifikasi

Paragraf berikut yang menggunakan konjungsi penyebab adalah.... A. Negeri 5 Menara adalah novel karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 2009. Novel ini mengisahkan tentang kehidupan 6 santri dari daerah yang berbeda. Mereka menuntut ilmu di Pondok Madani. Mereka adalah: Alif Fikri Chaniago dari Maninjau, Raja Lubis dari Medan, Said Jufri dari Surabaya, Dulmajidmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, Baso Salahuddin dari Gowa. B. Cerita ini dimulai saat mereka bersekolah dan belajar bersama dari kelas 1 sampai kelas 6. Hal itu, membuat 6 santri tersebut semakin dekat dan akrab. Mereka juga memiliki kegemaran yang sama, yaitu duduk di bawah Menara pohon madani. Dari kegemaran itu, mereka menyebut diri mereka sebagai Sahibul Menara. C. Kelebihan novel ini, antara lain berisi motivasi bagi para pembacanya. Isinya begitu menarik dan mengesankan, banyak amanat yang dapat diambil dari kisah tersebut. Novel Negeri 5 Menara yang ditulis oleh Ahmad Fuadi juga pernah menjadi best seller karena bercerita tentang dunia pendidikan pesantren. Akan tetapi, novel ini juga memiliki kekurangan. Antara lain, bahasanya sulit dipahami dan ada beberapa bacaan menggunakan bahasa Arab yang tidak diterjemahkan. D. Buku berjudul Teori dan Apresiasi Puisi ditulis Herma J. Waluyo ini mengungkapkan teori tentang memahami puisi. Buku ini menyajikan puisi-puisi pada zamannya. Buku ini ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami. Selain itu, buku ini juga disertai dengan contoh-contoh konkret puisi.

1

0.0

Jawaban terverifikasi

Bacalah teks anekdot berikut untuk menjawab pertanyaan nomor 7-10. *Rokok Pada pagi bari, Andi berjalan menuju halte tempat orang-orang ingin menunggu bus untuk pergi ke tempat kerjanya. Setelah sampai di halte, dia bertanya kepada seorang burub pabrik yang sedarig menunggu bus kopaja sambil *merokok. Lalu Andi memulai percakapan, "Haduh, tebal dan jorok sekali asap bus Mayasari Bakti". Lalu buruh pabrik itu merespons pemyataan Andi, "Iya nih, asap Kopaja juga tebal." Lalu Andi membalas, "Bagaimana tanggapan Anda jika melihat orang yang menyebabkap polusi lebih dari asap bus itu?" tanya Andi. Buruh pabrik itu menjawab, "Nasihati saja tuh orang". Andi terdiam, lalu.memberikan brosur kepada buruh itu. Buruh tersebut menerimanya dan melibat-libat tulisan di brosur tersebut. Ketika matanya tertuju pada satu kalimat yang ada di brosur, ia terbengong-bengong dan mukanya memerah. Sedikit demi sedikit, matanya dilirikkan ke arah Andi, tetapi Andi sudah beranjak meninggalkannya. Andi berjalan lagi menuju tempat yang tidak jauh dari halte sebelumnya dan menemukan seorang karyawan swasta yang sedang *merokok dan sedang menunggu bus juga. Andi pun memulai percakapan dengan orang tersebut, "Haduh, tebal sekali asap kendaraan di Jakatta ini, padahal kendaraan di Jakarta sudah diwajibkan melakukan uji ernisi". Lalu karyawan swasta; tersebut merespons, "Iya nih... Pantas saja terjadi Global Warming". Andi pun bertanya kembali kepada orang tersebut ''Bagaimana respons Anda terbadap orang yang menyebabkan polusii lebih dari asap kendaraan?" Sang karyawan swasta pun menjawab, "Kalo penyebabnya itu pabrik, demo aja. Kalau penyebabnya manusia, nasihati aja agar dia sadar." Mendengar perkataan karyawan tersebut, Andi tersenyum sinis, lalu memberikan brosur kepada orang tersebut. Saat menerima brosur tersebut dan membacanya, karyawan tersebut kaget bercampur malu. Ternyata pada brosur tersebut tercantum tulisan: "ASAP *ROKOK MENGANDUNG POLUTAN 10 KALI DARI MESIN DIESEL''. 10. Karakter buruh dan karyawan pada teks anekdot tersebut adalah . . . A. mudah marah B. suka berbohong C. kurang menyadari kesalahan sendiri D. tidak mau dikatakan sebagai pengecut E. membela diri sendiri

3

0.0

Jawaban terverifikasi