Aurelle T

14 November 2023 13:30

Iklan

Aurelle T

14 November 2023 13:30

Pertanyaan

temukan konjungsi dalam teks hikayat ibnu hasan kemudian jeniskan! Ibnu Hasan Syahdan, zaman dahulu kala, ada seorang kaya hartawan, bernama Syekh Hasan. Banyak harta, banyak uang, terkenal ke setiap negeri, merupakan orang terkaya. Bertempat tinggal di negeri Bagdad yang terkenal ke mana-mana sebagai kota yang paling ramai saat itu. Syekh Hasan sangat bijaksana, mengasihi fakir miskin, menyayangi yang kekurangan, menasihati yang berpikiran sempit, mengajarkan ilmu yang baik, walaupun harus mengeluarkan biaya berupa pakaian atau uang. Oleh karena itu, banyak pengikutnya. Syekh Hasan memiliki seorang anak laki-laki yang sangat tampan, pendiam, dan baik budi, berusia sekitar tujuh tahun. Ibnu Hasan namanya. Ibnu Hasan sedang lucu-lucunya. Semua orang senang melihatnya, apalagi orang tuanya. Namun demikian, anak itu tidak sombong, perilakunya kalem, walaupun hidupnya dimanjakan, tidak kekurangan. Ayahnya berpikir, "Alangkah salannya aku, menyayangi di luar batas, tanpa pertimbangan. Bagaimana kalau akhirnya dimurkai Allah Yang Agung? Aku pasti durhaka, tak dapat mendidik anak, mengkaji ilmu yang bermanfaat." Dipanggilnya putranya. Anak itu segera mendatanginya, diusap-usapnya putranya sambil dinasihati, bahwa ia harus mengaji, katanya, "Sekarang saatnya, Anakku. Sebenarnya aku khawatir, tapi pergilah ke Mesir. Carilah jalan menuju keutamaan." Ibnu Hasan menjawab, "Ayah jangan ragu-ragu, semua kehendak orang tua akan hamba turuti, tidak akan kutolak, siang malam hanya perintah Ayah Ibu yang hamba nantikan." Kemudian, Ibnu Hasan berangkat ke pesantren, berpisah dengan kedua orang tuanya, hatinya sangat sedih. Ibunya tidak tahan menangis terisak-isak harus berpisah dengan putranya yang masih sangat kecil, belum cukup usia. "Kelak, apabila Ananda sudah sampai ke tempat merantau, pandai-pandailah menjaga diri karena jauh dari orang tua. Harus tahu ilmunya hidup, jangan keras kepala, angkuh, dan menyombongkan diri, merasa lebih dari yang lain, merasa diri orang kaya lalu menghina sesama. Kalau begitu perbuatanmu, hidupmu tidak akan senang karena dimusuhi semua orang, tidak akan ada yang mau menolong. Kalau celaka tidak akan diperhatikan. Berada di rantau orang kalau judes akan mendapatkan kesusahan. Hati-hatilah menjaga diri. Jangan menganggap enteng segala hal." Ibnu Hasan menjawab dengan takzim, "Apa yang Ibu katakan akan selalu kuingat dan kucatat dalam hati. Doakanlah aku agar selamat. Semoga jangan sampai menempuh jalan yang salah. Pesan Ibu akan kuperhatikan, siang dan malam." Singkat cerita Ibnu Hasan sudah berangkat dikawal dua pengasuhnya sejak kecil, Mairin dan Mairun. Mereka berangkat berjalan kaki. Mairun memikul semua perbekalan dan pakaian, sementara Mairin mengikuti dari belakang, sesekali menggantikan tugas Mairun. Perasaan sedih, prihatin, kehujanan, kepanasan selama perjalanan yang memakan waktu berhari-hari namun akhirnya sampai juga di pusat kota negara Mesir, dengan selamat berkat doa ayah dan ibunda. Selanjutnya, segeralah menemui seorang alim ulama, terus berguru padanya. Pada suatu hari, saat bakda zuhur, Ibnu Hasan sedang di jalan, bertemu seseorang bernama Saleh yang baru pulang dari sekolah. Ibnu Hasan menyapa, "Anda pulang dari mana?" Saleh menjawab dengan sopan, "Saya pulang sekolah." Ibnu Hasan bertanya lagi, "Sekolah itu apa? Coba jelaskan padaku!" Yang ditanya menjawab, "Apakah Anda belum tahu?Sekolah itu tempat ilmu, tepatnya tempat belajar, berhitung, menulis, mengeja, belajar tata krama, sopan santun terhadap yang lebih tua dan yang lebih muda, dan terhadap sesama, harus sesuai dengan aturan." Begitu Ibnu Hasan mendengar penjelasan tersebut, betapa girang hatinya. Dia segera pulang menghadap kyai dan meminta izinnya untuk belajar di sekolah guna mencari ilmu. "Sekarang katakan padaku apa yang sebenarnya kamu harapkan," Kyai berkata demikian. Tujuan untuk menguji muridnya, apakah betul-betul ingin mencari ilmu atau hanya alasan supaya mendapat pujian. Ibnu Hasan menunduk, menjawab agak malu, "Hamba ingin menjelaskan mengapa hamba bersusah payah tanpa mengenal lelah mencari ilmu. Memang sangkaan orang begitu karena ayahku kaya raya, tidak kekurangan uang, ternaknya pun banyak. Hamba tidak usah bekerja karena tidak akan kekurangan. Namun, pendapat hamba tidak demikian, akan sangat memalukan seandainya ayah sudah tiada, sudah meninggal dunia, semua hartanya jatuh ke tangan hamba. Tapi, ternyata tidak terurus karena hamba tidak teliti akhimya harta itu habis, bukan bertambah. Di situlah terlihat temyata kalau hamba ini bodoh. Bukan bertambah masyhur, asalnya anak orang kaya, harus menjadi buruh. Begitulah pendapat hamba karena modal sudah ada, hamba hanya tinggal melanjutkan. Pangkat anakpun begitu pula, walaupun tidak melebihi orang tua, paling tidak harus sama dengan orang tua, dan tidak akan memalukan, apalagi kalau lebih miskin, ibaratnya anak seorang palih" Maka, yakinlah kyai itu akan baik muridnya.

8 dari 10 siswa nilainya naik

dengan paket belajar pilihan

Habis dalam

01

:

00

:

52

:

39

Klaim

34

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Zahra P

19 November 2023 11:44

Jawaban terverifikasi

<p>Konjungsi yang digunakan dalam teks hikayat Ibnu Hasan meliputi:</p><p><br>1. Konjungsi koordinatif: dan, serta, atau<br>2. Konjungsi subordinatif: yang, bahwa, jika, karena, sejak, agar, sebelum, setelah, saat, hingga, sampai, meskipun, jika, betul, bahwa, atau, ataukah</p><p>- SEMOGA MEMBANTU -</p>

Konjungsi yang digunakan dalam teks hikayat Ibnu Hasan meliputi:


1. Konjungsi koordinatif: dan, serta, atau
2. Konjungsi subordinatif: yang, bahwa, jika, karena, sejak, agar, sebelum, setelah, saat, hingga, sampai, meskipun, jika, betul, bahwa, atau, ataukah

- SEMOGA MEMBANTU -


Iklan

Mercon M

Community

30 April 2024 13:52

Jawaban terverifikasi

<p>Konjungsi yang terdapat dalam teks hikayat "Ibnu Hasan" adalah:</p><p>&nbsp;</p><ol><li>"Syahdan, zaman dahulu kala, ada seorang kaya hartawan, bernama Syekh Hasan." (Konjungsi: dan)</li><li>"Banyak harta, banyak uang, terkenal ke setiap negeri, merupakan orang terkaya." (Konjungsi: dan)</li><li>"Bertempat tinggal di negeri Bagdad yang terkenal ke mana-mana sebagai kota yang paling ramai saat itu." (Konjungsi: yang)</li><li>"Oleh karena itu, banyak pengikutnya." (Konjungsi: oleh karena itu)</li><li>"Namun demikian, anak itu tidak sombong, perilakunya kalem, walaupun hidupnya dimanjakan, tidak kekurangan." (Konjungsi: namun demikian)</li><li>"Ayahnya berpikir, 'Alangkah salannya aku, menyayangi di luar batas, tanpa pertimbangan." (Konjungsi: bahwa)</li><li>"Dipanggilnya putranya." (Konjungsi: Dipanggilnya putranya.)</li><li>"Anak itu segera mendatanginya, diusap-usapnya putranya sambil dinasihati, bahwa ia harus mengaji, katanya, 'Sekarang saatnya, Anakku." (Konjungsi: bahwa)</li><li>"Ibnu Hasan menjawab, 'Ayah jangan ragu-ragu, semua kehendak orang tua akan hamba turuti, tidak akan kutolak, siang malam hanya perintah Ayah Ibu yang hamba nantikan." (Konjungsi: bahwa)</li><li>"Singkat cerita Ibnu Hasan sudah berangkat dikawal dua pengasuhnya sejak kecil, Mairin dan Mairun." (Konjungsi: bahwa)</li><li>"Mereka berangkat berjalan kaki." (Konjungsi: bahwa)</li><li>"Perasaan sedih, prihatin, kehujanan, kepanasan selama perjalanan yang memakan waktu berhari-hari namun akhirnya sampai juga di pusat kota negara Mesir, dengan selamat berkat doa ayah dan ibunda." (Konjungsi: namun akhirnya)</li></ol><p>&nbsp;</p><p>Jenis konjungsi yang terdapat dalam teks ini antara lain adalah konjungsi koordinatif (dan, namun demikian) dan konjungsi subordinatif (yang, bahwa). Konjungsi digunakan untuk menghubungkan klausa, frasa, atau kata dalam kalimat untuk menyampaikan hubungan logis antara ide-ide tersebut.</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p><p><br>&nbsp;</p>

Konjungsi yang terdapat dalam teks hikayat "Ibnu Hasan" adalah:

 

  1. "Syahdan, zaman dahulu kala, ada seorang kaya hartawan, bernama Syekh Hasan." (Konjungsi: dan)
  2. "Banyak harta, banyak uang, terkenal ke setiap negeri, merupakan orang terkaya." (Konjungsi: dan)
  3. "Bertempat tinggal di negeri Bagdad yang terkenal ke mana-mana sebagai kota yang paling ramai saat itu." (Konjungsi: yang)
  4. "Oleh karena itu, banyak pengikutnya." (Konjungsi: oleh karena itu)
  5. "Namun demikian, anak itu tidak sombong, perilakunya kalem, walaupun hidupnya dimanjakan, tidak kekurangan." (Konjungsi: namun demikian)
  6. "Ayahnya berpikir, 'Alangkah salannya aku, menyayangi di luar batas, tanpa pertimbangan." (Konjungsi: bahwa)
  7. "Dipanggilnya putranya." (Konjungsi: Dipanggilnya putranya.)
  8. "Anak itu segera mendatanginya, diusap-usapnya putranya sambil dinasihati, bahwa ia harus mengaji, katanya, 'Sekarang saatnya, Anakku." (Konjungsi: bahwa)
  9. "Ibnu Hasan menjawab, 'Ayah jangan ragu-ragu, semua kehendak orang tua akan hamba turuti, tidak akan kutolak, siang malam hanya perintah Ayah Ibu yang hamba nantikan." (Konjungsi: bahwa)
  10. "Singkat cerita Ibnu Hasan sudah berangkat dikawal dua pengasuhnya sejak kecil, Mairin dan Mairun." (Konjungsi: bahwa)
  11. "Mereka berangkat berjalan kaki." (Konjungsi: bahwa)
  12. "Perasaan sedih, prihatin, kehujanan, kepanasan selama perjalanan yang memakan waktu berhari-hari namun akhirnya sampai juga di pusat kota negara Mesir, dengan selamat berkat doa ayah dan ibunda." (Konjungsi: namun akhirnya)

 

Jenis konjungsi yang terdapat dalam teks ini antara lain adalah konjungsi koordinatif (dan, namun demikian) dan konjungsi subordinatif (yang, bahwa). Konjungsi digunakan untuk menghubungkan klausa, frasa, atau kata dalam kalimat untuk menyampaikan hubungan logis antara ide-ide tersebut.

 

 

 


 


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Assalamu’alaikum Wr. Wb Yang kami hormati bapak dan ibu serta para hadirirn sekalian yang berbahagia. Puji syukur kita sanjungkan kehadirat Allah swt, karena dengan limpahan dan karunia-Nya kita bisa berkumpul di sini. Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw, karena beliau menyiarkan agama yang haq, yakni agama islam, agama yang diridai oleh Allah swt. Semoga kita sekalian termasuk ke dalam umat-Nya yang diberkahi. Amin ya rabbal alamin. Hadirin sekalian yang berbahagia! Dirasa amat penting sekali jiwa sosial untuk diterapkan di lingkungan keluarga, sanak saudara, bahkan juga di masyarakat luas. Karena dengan jiwa sosial, maka terjalinlah di antara kita saling tolong-menolong, dan kasih sayang. Sehngga orang-orang yang butuh akan pertolongan kita, akan mendapatkan haq-Nya. Perhatikan kalimat berikut! Puji syukur kita sanjungkan kehadirat Allah swt, karena dengan limpahan karuniaNya kita bisa berkumpul di sini. Kalimat tersebut termasuk …. A. salam pembuka B. ucapan terima kasih C. pengenalan topik D. tema E. judul

363

0.0

Jawaban terverifikasi