Watana A

12 Maret 2024 11:05

Iklan

Iklan

Watana A

12 Maret 2024 11:05

Pertanyaan

Balok bermassa 20 kg berada di atas bidang miring licin dengan sudut kemiringan 30°. Jika Hary ingin mendorong ke atas dengan kecepatan tetap, maka berapakah gaya yang harus diberikan oleh Hary?


1

0


Empty Comment

Belum ada jawaban 🤔

Ayo, jadi yang pertama menjawab pertanyaan ini!

Mau jawaban yang cepat dan pasti benar?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

Roboguru Plus

Dapatkan pembahasan soal ga pake lama, langsung dari Tutor!

Chat Tutor

Temukan jawabannya dari Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Sebuah balok yang massanya m1 = 600 gram yang berada pada bidang miring licin, dihubungkan dengan seutas tali yang massanya dapat diabaikan melalui sebuah katrol licin ke sebuah sebuah b e b a n gantung yang massanya m2 = 1200 gram seperti pada gambar di samping. Jika percepatan gravitasi g = 10 m/s², h/l = 3/4, maka agar balok meluncur menuruni bidang miring dengan percepatan 2 m/s² dibutuhkan sebuah gaya F arah ke bawah sejajar bidang miring sebesar.... a. 12 Newton b. 9,6 Newton c. 8,4 Newton d. 5,6 Newton

1

0.0

Jawaban terverifikasi

Dilema Nara Karya: Alya Khalisah - Nana terbangun karena sinar matahari menembus jendela kamarnya yang entah sejak kapan terbuka. Sejenak, ia hanya menatap langit-langit kamar. Matanya masih terasa sembab, sisa tangisan tadi malam. Kemudian, Nana bangun dan duduk di sisi ranjang kecilnya. Gadis itu memandang sekeliling kamar, dan tiba-tiba, suara pecahan kaca terdengar dari luar. Nana menutup kedua telinganya kuat-kuat, enggan mendengar apa pun. Setetes bening air matanya bergulir di pipi. Wajahnya dibenamkan dalam kedua telapak tangan yang lemah. Rasanya ia sudah tak sanggup lagi hidup dalam situasi seperti ini. Ia tak kuat hidup dalam lingkaran kesedihan yang menggiringnya menuju kegilaan. Nana berjalan perlahan ke luar rumah, di antara jalanan sepi sambil menundukkan kepala seolah malu dunia melihatnya. Ia menatap siluet hitamnya di antara bayang-bayang pepohonan dan rumah. Nana berhenti melangkah saat seseorang menghalangi bayangannya. “Ada yang ingin kukatakan padamu.” Orang itu mulai berbicara kepadanya. Nana mendongak. Wajahnya terasa familiar. “Kenapa?” Gadis itu bertanya dengan wajah datar, tapi Nara hanya diam. “KENAPA KAMU HARUS LAHIR DI DUNIA INI?!” Ia mulai membentak. Gadis itu melayangkan telapak tangannya ke pipi Nara. “PERGI!” Nana tak sanggup menatap lawan bicaranya. Ia hanya memegang pipinya yang terasa nyeri karena tamparan barusan. Hilanglah dari dunia ini, dasar penghancur keluarga orang! hardik gadis itu. Nana terisak diiringi suara teriakan gadis itu di telinganya. Tetesan bening meleleh, merayapi sudut wajahnya. Nana adalah anak perempuan biasa yang hidup dengan kasih sayang utuh dari orang tua. Ia hidup berkecukupan, bahkan lebih. Semula, ia mengira hidup dalam zona kesempurnaan. Tetapi ternyata, semua itu hanya bualan. Ayahnya, ternyata, seorang pria yang telah berkeluarga. Saat itulah ia menyadari, ibunya adalah istri kedua ayahnya. Keluarganya tidak diinginkan oleh semua orang. Ibunya dianggap wanita yang tak punya harga diri. Tidak ada yang sudi berbagi nafas dan tempat dengan keluarga Nana. Mereka tidak pernah mau tahu separah apakah kerusakan jiwa yang mendera orang yang mereka cemooh. Istri pertama ayah Nana adalah sahabat dekat ibu Nana. Sahabat dekat yang saling mengaitkan janji satu sama lain sejak duduk di bangku sekolah untuk tidak mengkhianati. Begitu istri pertama ayahnya mengetahui apa yang telah terjadi, ia tentu syok berat. Suami yang ia cintai, berpaling darinya. Sahabat yang paling ia percaya, mengkhianatinya dalam waktu yang sama. Nira, anak istri pertama ayahnya, pun tak percaya. Ia nyaris pingsan saat ayahnya mengungkapkan hal itu sendiri. Selanjutnya, teror mulai berdatangan sebagai tanda balas dendam. Mulai dari pecahnya kaca jendela di rumah, hingga lemparan api untuk rumahnya. “Na?” Lamunan Nana terhenti. Gadis itu tetap diam, memandang kosong. “Nana? Sayang, kamu ada di dalam, kan?” Panggilan itu tak membuat Nana beranjak dari posisi yang nyaman bagi dirinya. Kemudian ketukan demi ketukan tak bernada mulai terdengar dari balik pintu. “Nana, buka pintunya, Sayang. Ibu mau bicara mengenai kepindahan kita,” Memang, keluarganya berencana untuk pindah. Pindah ke wilayah yang cukup jauh untuk mengubur kelamnya masa lalu dan melanjutkan hidup. Tapi baginya, pindah rumah hanyalah bentuk pelarian diri. Raganya takkan teraniaya lagi. Namun, jiwa dan pikirannya telah menyatu dengan frustasi berkepanjangan yang diderita Nana selama ini. Ia tetap tidak akan hidup dalam damai seperti sebelumnya. Nana bergeming. Dalam pikirannya yang kalut, ia mengingat Nira. Gadis itu ingi ia lenyap dari dunia ini. Ia ingin Nana musnah. Nara tahu apa artinya itu. * Nana memandangi tubuh kakunya yang ditumpahi tangisan dan penyesalan yang terlontar dari ayah dan ibunya. Ia tertegun dan mengingat kejadian yang terasa begitu cepat. Awalnya, ia berniat memutuskan urat nadi tangan kirinya dengan gunting hijau kesukaannya. Awalnya, ia tidak mau melihat orangtuanya menangis hebat sambil memeluknya. Awalnya, ia ingin merasakan rasa sakit yang mendera jiwanya lebih lama lagi. Namun, saat ia menutup mata dan menguatkan diri atas segala risiko perbuatannya nanti, seberkas cahaya putih menyinari dirinya. Sesaat, ia pikir cahaya itu hanya datang dari luapan fantasinya ketika ia sudah berhasil mati. Kemudian Nana tahu, kematiannya akan membawa segala keadaan berubah menjadi baik. Inilah yang diinginkan semua orang. Nana tersenyum. Sedikit pun, ia tak merasakan kesedihan. Ia hanya merasakan gema bebas dan damai berdengung dalam pikirannya. Sekarang, ia tak perlu lagi menerima berbagai bentuk kekerasan mental dari orang-orang di sekitarnya. Ia sudah bebas dan hidup dalam kedamaian yang dirindukan. Nana menutup matanya, merasakan seluruh sensasi dan kenikmatan damai yang mengalir di sekujur tubuhnya. Berkas-berkas cahaya itu kembali datang dan menyinari tubuhnya, menuntun gadis kecil itu menuju dimensi lain. Dimensi yang akan membawanya menuju keabadian. JELASKAN APA AMANAT PADA TEKS DIATAS!

10

0.0

Jawaban terverifikasi

Iklan

Iklan

Bacalah cerita berikut! Mengapa Harus Adil? Aku masih mengingat dengan baik masa kecilku di kampung halaman. Meskipun terlahir dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi, aku memiliki begitu banyak kenangan masa kecil yang menggembirakan. Dibesarkan dalam lingkungan Islam tradisional, aku menghabiskan sebagian besar masa kecilku bermain bersama-sama dengan teman-teman sebaya. Aku memiliki 2 orang saudara, seorang adik laki-laki dan seorang lagi adik perempuan. Adik laki-laki meninggal tahun 2000 dalam usia 10 tahun karena bencana banjir. Kami terlahir dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan. Namun, aku cukup bersyukur, karena meskipun bekerja sebagai pegawai biasa dan ibu berdagang, kami bertiga di sekolahkan hingga tingkat atas. Aku bersyukur karena bisa menyelesaikan kuliah sarjana, meskipun ayahku tidak sempat menyaksikan aku berhasil lulus sarjana, karena harus menghadap sang pencipta dalam usia yang masih cukup muda. Semasa hidup, ayahku selalu berpesan untuk selalu berlaku adil, sebagaimana dia memperlakukan dengan adil kami bertiga sejak kecil. Pesannya sederhana yaitu berbuat adil kepada orang lain, maka kamu akan diperlakukan dengan adil oleh orang lain. Ayahku selalu mengajarkan berbuat adil kepada siapa saja, tanpa melihat siapa orang itu. Karena berbuat adil itu kewajiban kita, seperti yang agama kita ajarkan. Berbuat adil, adalah salah satu bentuk kebajikan. Apa sebenarnya adil itu? Lantas, mengapa orang harus berbuat adil? Baik adil kepada diri sendiri, maupun adil kepada orang lain. Ada yang mengatakan bahwa adil berarti sama atau seimbang. Adil berarti memberikan 2 orang jumlah yang sama. Jika misalnya ada 2 orang bersaudara, yang satunya berusia 10 tahun masih duduk di bangku sekolah dasar, sementara yang satunya berusia 20 tahun dan duduk di bangku kuliah, apakah adil jika orang tuanya memberikan uang saku dalam jumlah yang sama? Tentu tidak adil. Mengapa? Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda, keperluan yang berbeda, sehingga tidak mungkin menyamakan pemberian kepada setiap orang dikarenakan perbedaan kebutuhan tersebut. Jika ingin berbuat adil, maka sepatutnya kita memberikan sesuatu kepada orang lain sesuai dengan kadar kebutuhannya. Mengapa kita harus adil? Karena adil itu lebih dekat dengan kebajikan, dan ketidakadilan dekat dengan kebatilan. Kita pernah menyaksikan beberapa kasus hukum di negeri ini, di mana hukum bekerja dengan tidak adil. Keadilan menjadi semacam paradoks. Banyak kasus hukum di negeri ini yang justru menjatuhkan hukum kepada orang yang tidak sepatutnya menerima hukuman tersebut. Hukum kemudian menjadi kebatilan bagi orang lain. Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan teks diatas!! 1. Apa pesan yang disampaikan oleh ayah pada cerita di atas? 2. Bagaimana sikap tokoh pada cerita di atas? 3. Bagaimana berlaku adil pada cerita di atas? 4. Mengapa kita harus selalu bersikap adil di mana saja berada dan pada siapa saja? 5. Apa pesan yang terkandung dalam cerita di atas? 6. Apakah hasil dari bersikap adil?

6

5.0

Jawaban terverifikasi