Anindita A

07 November 2024 06:11

Iklan

Anindita A

07 November 2024 06:11

Pertanyaan

1. kapan awal dan akhir dari peristiwa di/tii di Kalimantan Selatan 2. Bagaimana proses awal dan akhir dari peristiwa di/tii di Kalimantan Selatan,serta dampaknya

1. kapan awal dan akhir dari peristiwa di/tii di Kalimantan Selatan

2. Bagaimana proses awal dan akhir dari peristiwa di/tii di Kalimantan Selatan,serta dampaknya

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

00

:

09

:

33

:

18

Klaim

6

2

Jawaban terverifikasi

Iklan

Nanda R

Community

07 November 2024 12:41

Jawaban terverifikasi

<p>1. <strong>Awal dan Akhir Peristiwa DI/TII di Kalimantan Selatan</strong></p><p>Peristiwa Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Kalimantan Selatan terjadi antara <strong>1950 hingga 1960</strong>.</p><p><strong>Awal Peristiwa</strong>: DI/TII di Kalimantan Selatan bermula pada <strong>1950</strong>, ketika para pejuang yang sebelumnya terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia merasa kecewa dengan pemerintahan Republik Indonesia. Mereka menuntut penerapan syariat Islam secara keseluruhan di Indonesia dan mendirikan negara Islam Indonesia. Para pemimpin DI/TII di Kalimantan Selatan seperti <strong>Ibnu Hajar</strong> dan <strong>Kahar Muzakkar</strong> menjadi tokoh penting dalam pemberontakan ini.</p><p><strong>Akhir Peristiwa</strong>: Perjuangan DI/TII di Kalimantan Selatan berakhir pada <strong>1960</strong>, ketika pasukan pemerintah Indonesia berhasil mengalahkan kelompok DI/TII di wilayah tersebut, dan banyak anggota DI/TII yang menyerah. <strong>Kahar Muzakkar</strong>, pemimpin utama DI/TII di Kalimantan Selatan, akhirnya tewas dalam pertempuran pada <strong>22 Februari 1965</strong>.</p><p>2. <strong>Proses Awal dan Akhir Peristiwa, serta Dampaknya</strong></p><p><strong>Proses Awal Peristiwa</strong>:</p><ul><li>Setelah kemerdekaan Indonesia, banyak pejuang kemerdekaan merasa kecewa dengan pemerintahan yang dianggap tidak memenuhi janji-janji kemerdekaan, termasuk ketidakmampuan untuk menegakkan syariat Islam di negara ini.</li><li>Gerakan ini dimulai dengan beberapa serangan bersenjata terhadap pemerintah, serta pembentukan basis pertahanan di wilayah pedalaman Kalimantan Selatan.</li><li>DI/TII di Kalimantan Selatan mengklaim bahwa mereka berjuang untuk mendirikan negara Islam Indonesia dan menentang pemerintahan yang dianggap tidak Islamik.</li></ul><p><strong>Proses Akhir Peristiwa</strong>:</p><ul><li>Pemerintah Indonesia melalui militer mulai mengerahkan kekuatan lebih besar untuk menanggulangi pemberontakan ini.</li><li>Pada 1960-an, sebagian besar pasukan DI/TII di Kalimantan Selatan mulai menyerah atau ditangkap, namun beberapa tokoh utama seperti <strong>Kahar Muzakkar</strong> terus melakukan perlawanan hingga akhirnya terbunuh pada 1965.</li><li>Setelah Kahar Muzakkar tewas, perlawanan DI/TII di Kalimantan Selatan secara efektif berakhir.</li></ul><p><strong>Dampak Peristiwa</strong>:</p><ul><li><strong>Dampak Sosial</strong>: Pemberontakan ini menimbulkan ketegangan dan kerusuhan sosial di Kalimantan Selatan. Banyak masyarakat yang terjebak dalam konflik ini, baik sebagai pendukung maupun korban kekerasan.</li><li><strong>Dampak Politik</strong>: DI/TII di Kalimantan Selatan menjadi salah satu episode penting dalam sejarah politik Indonesia pasca kemerdekaan. Peristiwa ini menggambarkan tantangan yang dihadapi negara baru Indonesia dalam menjaga kesatuan dan keberagaman, serta tantangan dalam membangun negara yang inklusif bagi berbagai kelompok.</li><li><strong>Dampak Militer</strong>: Pemerintah Indonesia memperkuat kehadiran militer di wilayah-wilayah yang terlibat konflik, dan mengembangkan strategi untuk menanggulangi pemberontakan bersenjata di masa depan.</li><li><strong>Dampak Agama</strong>: Peristiwa DI/TII juga mempengaruhi pandangan terhadap Islam di Indonesia, dengan munculnya ketegangan antara kelompok Islam radikal dan pemerintah yang lebih sekuler pada masa itu.</li></ul><p>&nbsp;</p>

1. Awal dan Akhir Peristiwa DI/TII di Kalimantan Selatan

Peristiwa Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Kalimantan Selatan terjadi antara 1950 hingga 1960.

Awal Peristiwa: DI/TII di Kalimantan Selatan bermula pada 1950, ketika para pejuang yang sebelumnya terlibat dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia merasa kecewa dengan pemerintahan Republik Indonesia. Mereka menuntut penerapan syariat Islam secara keseluruhan di Indonesia dan mendirikan negara Islam Indonesia. Para pemimpin DI/TII di Kalimantan Selatan seperti Ibnu Hajar dan Kahar Muzakkar menjadi tokoh penting dalam pemberontakan ini.

Akhir Peristiwa: Perjuangan DI/TII di Kalimantan Selatan berakhir pada 1960, ketika pasukan pemerintah Indonesia berhasil mengalahkan kelompok DI/TII di wilayah tersebut, dan banyak anggota DI/TII yang menyerah. Kahar Muzakkar, pemimpin utama DI/TII di Kalimantan Selatan, akhirnya tewas dalam pertempuran pada 22 Februari 1965.

2. Proses Awal dan Akhir Peristiwa, serta Dampaknya

Proses Awal Peristiwa:

  • Setelah kemerdekaan Indonesia, banyak pejuang kemerdekaan merasa kecewa dengan pemerintahan yang dianggap tidak memenuhi janji-janji kemerdekaan, termasuk ketidakmampuan untuk menegakkan syariat Islam di negara ini.
  • Gerakan ini dimulai dengan beberapa serangan bersenjata terhadap pemerintah, serta pembentukan basis pertahanan di wilayah pedalaman Kalimantan Selatan.
  • DI/TII di Kalimantan Selatan mengklaim bahwa mereka berjuang untuk mendirikan negara Islam Indonesia dan menentang pemerintahan yang dianggap tidak Islamik.

Proses Akhir Peristiwa:

  • Pemerintah Indonesia melalui militer mulai mengerahkan kekuatan lebih besar untuk menanggulangi pemberontakan ini.
  • Pada 1960-an, sebagian besar pasukan DI/TII di Kalimantan Selatan mulai menyerah atau ditangkap, namun beberapa tokoh utama seperti Kahar Muzakkar terus melakukan perlawanan hingga akhirnya terbunuh pada 1965.
  • Setelah Kahar Muzakkar tewas, perlawanan DI/TII di Kalimantan Selatan secara efektif berakhir.

Dampak Peristiwa:

  • Dampak Sosial: Pemberontakan ini menimbulkan ketegangan dan kerusuhan sosial di Kalimantan Selatan. Banyak masyarakat yang terjebak dalam konflik ini, baik sebagai pendukung maupun korban kekerasan.
  • Dampak Politik: DI/TII di Kalimantan Selatan menjadi salah satu episode penting dalam sejarah politik Indonesia pasca kemerdekaan. Peristiwa ini menggambarkan tantangan yang dihadapi negara baru Indonesia dalam menjaga kesatuan dan keberagaman, serta tantangan dalam membangun negara yang inklusif bagi berbagai kelompok.
  • Dampak Militer: Pemerintah Indonesia memperkuat kehadiran militer di wilayah-wilayah yang terlibat konflik, dan mengembangkan strategi untuk menanggulangi pemberontakan bersenjata di masa depan.
  • Dampak Agama: Peristiwa DI/TII juga mempengaruhi pandangan terhadap Islam di Indonesia, dengan munculnya ketegangan antara kelompok Islam radikal dan pemerintah yang lebih sekuler pada masa itu.

 


Iklan

Rendi R

Community

Dijawab 2 hari yang lalu

Jawaban terverifikasi

<p><strong>1. Awal dan Akhir Peristiwa DI/TII di Kalimantan Selatan</strong></p><p><strong>Awal Peristiwa:</strong><br>Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan dimulai pada <strong>1950</strong>, dipimpin oleh <strong>Ibnu Hajar</strong>. Ia adalah seorang mantan anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang kecewa terhadap pemerintah pusat karena merasa perjuangannya kurang dihargai dan tidak puas dengan kondisi setelah kemerdekaan. Ibnu Hajar kemudian membentuk kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan gerakan <strong>Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)</strong> di bawah pimpinan Kartosuwiryo.</p><p><strong>Akhir Peristiwa:</strong><br>Pemberontakan ini berakhir pada <strong>1963</strong>, setelah Ibnu Hajar tertangkap oleh pemerintah. Ia kemudian dihukum mati pada <strong>20 Maret 1965</strong>. Operasi militer yang dilancarkan oleh pemerintah berhasil memadamkan perlawanan kelompok ini, meskipun membutuhkan waktu bertahun-tahun karena medan Kalimantan yang sulit dan dukungan lokal terhadap pemberontak.</p><p><strong>2. Proses Awal dan Akhir Peristiwa DI/TII di Kalimantan Selatan</strong></p><p><strong>Proses Awal</strong></p><p><strong>Latar Belakang:</strong></p><ul><li>Kekecewaan Ibnu Hajar terhadap pemerintah pusat atas kebijakan integrasi tentara lokal (eks-laskar) ke dalam TNI.</li><li>Keinginan untuk mendirikan negara Islam sesuai ideologi <strong>Darul Islam</strong>.</li></ul><p><strong>Pendirian Gerakan:</strong></p><ul><li>Ibnu Hajar mendirikan kelompok bersenjata yang berbasis di daerah pedalaman Kalimantan Selatan.</li><li>Kelompok ini menggunakan strategi gerilya dengan memanfaatkan medan hutan yang sulit dijangkau untuk melancarkan serangan terhadap pemerintah.</li></ul><p><strong>Proses Akhir</strong></p><p><strong>Operasi Militer:</strong></p><ul><li>Pemerintah pusat mengerahkan operasi militer besar-besaran untuk memadamkan pemberontakan.</li><li>Pasukan TNI menggunakan strategi pengepungan dan serangan langsung ke basis kelompok DI/TII.</li></ul><p><strong>Penangkapan Pemimpin:</strong></p><ul><li>Ibnu Hajar berhasil ditangkap pada <strong>1963</strong>, yang mengakibatkan melemahnya kekuatan pemberontak.</li><li>Setelah itu, kelompok pemberontak kehilangan koordinasi dan dukungan sehingga pemberontakan di Kalimantan Selatan berakhir.</li></ul><p><strong>3. Dampak Peristiwa DI/TII di Kalimantan Selatan</strong></p><p><strong>Dampak Politik:</strong></p><ul><li>Mengganggu stabilitas politik dan keamanan di Kalimantan Selatan, terutama pada masa awal kemerdekaan.</li><li>Membuat pemerintah pusat meningkatkan kewaspadaan terhadap gerakan separatis lain di Indonesia.</li></ul><p><strong>Dampak Sosial:</strong></p><ul><li>Terjadi ketidakstabilan sosial akibat konflik bersenjata, yang menyebabkan ketakutan dan kerugian bagi masyarakat lokal.</li><li>Sebagian masyarakat terjebak dalam posisi sulit antara mendukung pemerintah atau kelompok pemberontak.</li></ul><p><strong>Dampak Ekonomi:</strong></p><ul><li>Perang gerilya yang dilakukan kelompok DI/TII mengganggu aktivitas ekonomi di daerah pedalaman Kalimantan Selatan.</li><li>Perdagangan lokal dan aktivitas pertanian terganggu akibat serangan pemberontak dan operasi militer.</li></ul><p><strong>Dampak Militer:</strong></p><ul><li>Memberikan pelajaran penting bagi pemerintah Indonesia untuk memperbaiki strategi integrasi pasca-revolusi kemerdekaan, terutama bagi eks-laskar yang tidak puas.</li><li>Operasi militer di Kalimantan Selatan menjadi bagian dari pengalaman TNI dalam menangani konflik di medan yang sulit seperti hutan dan pedalaman.</li></ul><p><strong>Kesimpulan:</strong></p><p>Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan berlangsung dari <strong>1950 hingga 1963</strong>, dipimpin oleh Ibnu Hajar, yang kecewa dengan kebijakan pemerintah. Pemberontakan ini dihentikan melalui operasi militer intensif, diakhiri dengan penangkapan Ibnu Hajar. Dampaknya meliputi gangguan stabilitas politik, kerugian sosial, dan ekonomi, tetapi juga memberikan pelajaran penting bagi pemerintah dan TNI dalam menangani pemberontakan di masa depan.</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p>

1. Awal dan Akhir Peristiwa DI/TII di Kalimantan Selatan

Awal Peristiwa:
Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan dimulai pada 1950, dipimpin oleh Ibnu Hajar. Ia adalah seorang mantan anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang kecewa terhadap pemerintah pusat karena merasa perjuangannya kurang dihargai dan tidak puas dengan kondisi setelah kemerdekaan. Ibnu Hajar kemudian membentuk kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di bawah pimpinan Kartosuwiryo.

Akhir Peristiwa:
Pemberontakan ini berakhir pada 1963, setelah Ibnu Hajar tertangkap oleh pemerintah. Ia kemudian dihukum mati pada 20 Maret 1965. Operasi militer yang dilancarkan oleh pemerintah berhasil memadamkan perlawanan kelompok ini, meskipun membutuhkan waktu bertahun-tahun karena medan Kalimantan yang sulit dan dukungan lokal terhadap pemberontak.

2. Proses Awal dan Akhir Peristiwa DI/TII di Kalimantan Selatan

Proses Awal

Latar Belakang:

  • Kekecewaan Ibnu Hajar terhadap pemerintah pusat atas kebijakan integrasi tentara lokal (eks-laskar) ke dalam TNI.
  • Keinginan untuk mendirikan negara Islam sesuai ideologi Darul Islam.

Pendirian Gerakan:

  • Ibnu Hajar mendirikan kelompok bersenjata yang berbasis di daerah pedalaman Kalimantan Selatan.
  • Kelompok ini menggunakan strategi gerilya dengan memanfaatkan medan hutan yang sulit dijangkau untuk melancarkan serangan terhadap pemerintah.

Proses Akhir

Operasi Militer:

  • Pemerintah pusat mengerahkan operasi militer besar-besaran untuk memadamkan pemberontakan.
  • Pasukan TNI menggunakan strategi pengepungan dan serangan langsung ke basis kelompok DI/TII.

Penangkapan Pemimpin:

  • Ibnu Hajar berhasil ditangkap pada 1963, yang mengakibatkan melemahnya kekuatan pemberontak.
  • Setelah itu, kelompok pemberontak kehilangan koordinasi dan dukungan sehingga pemberontakan di Kalimantan Selatan berakhir.

3. Dampak Peristiwa DI/TII di Kalimantan Selatan

Dampak Politik:

  • Mengganggu stabilitas politik dan keamanan di Kalimantan Selatan, terutama pada masa awal kemerdekaan.
  • Membuat pemerintah pusat meningkatkan kewaspadaan terhadap gerakan separatis lain di Indonesia.

Dampak Sosial:

  • Terjadi ketidakstabilan sosial akibat konflik bersenjata, yang menyebabkan ketakutan dan kerugian bagi masyarakat lokal.
  • Sebagian masyarakat terjebak dalam posisi sulit antara mendukung pemerintah atau kelompok pemberontak.

Dampak Ekonomi:

  • Perang gerilya yang dilakukan kelompok DI/TII mengganggu aktivitas ekonomi di daerah pedalaman Kalimantan Selatan.
  • Perdagangan lokal dan aktivitas pertanian terganggu akibat serangan pemberontak dan operasi militer.

Dampak Militer:

  • Memberikan pelajaran penting bagi pemerintah Indonesia untuk memperbaiki strategi integrasi pasca-revolusi kemerdekaan, terutama bagi eks-laskar yang tidak puas.
  • Operasi militer di Kalimantan Selatan menjadi bagian dari pengalaman TNI dalam menangani konflik di medan yang sulit seperti hutan dan pedalaman.

Kesimpulan:

Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan berlangsung dari 1950 hingga 1963, dipimpin oleh Ibnu Hajar, yang kecewa dengan kebijakan pemerintah. Pemberontakan ini dihentikan melalui operasi militer intensif, diakhiri dengan penangkapan Ibnu Hajar. Dampaknya meliputi gangguan stabilitas politik, kerugian sosial, dan ekonomi, tetapi juga memberikan pelajaran penting bagi pemerintah dan TNI dalam menangani pemberontakan di masa depan.

 

 


Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?

Tanya ke Forum

Biar Robosquad lain yang jawab soal kamu

Tanya ke Forum

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Bagaimana peran Indonesia dalam kerjasama negara-negara Utara-Selatan

4

0.0

Jawaban terverifikasi

Sumber lisan merupakan keterangan langsung dari orang-orang yang mengalami p sejarah. Selain diperoleh dari orang-orang yang mengalami persitiwa secara la sumber lisan juga dapat diperoleh dari orang-orang yang mengetahui suatu peristiw secara rinci. Dengan kata lain sumber sejarah lisan dapat digunakan untuk sumba dan sekunder. Bagaimana cara mendapatkan sumber sejarah secara lisan denga tepat? Sumber sejarah merupakan segala sesuatu yang mengandung informasi tenta peristiwa sejarah. Informasi yang dijadikan sumber sejarah harus berasal dari aktivi pada masa lampau. Sumber sejarah berfungsi sebagai sarana penyampaian inform ristiwa sejarah di masa lampau. Bagaimana cara membuktikan keaslian suatu sumber sejarah? Sumber sejarah berdasarkan bentuknya dibagi menjadi tiga, yaitu sumber tertulis, sumber lisan, dan sumber benda. Sumber tertulis merupakan sumber sejarah yang memberikan informasi melalui tulisan. Sumber lisan merupakan sumber sejarah yang disampaikan secara lisan oleh orang yang menyaksikan, mendengar, atau mengalami langsung suatu peristiwa sejarah. Sumber benda merupakan sumber sejarah yang diperoleh dari benda-benda peninggalan sejarah. Mengapa sumber sejarah sangat penting dalam sejarah? Sumber sejarah lisan sangat bermanfaat agar sejarah dapat terus diingat oleh masyarakat sebagai bagian dari identitas dari sebuah negara. Sumber sejarah lisan dapat berupa keterangan langsung dari pelaku, tradisi lisan yang berkembang di masyarakat, dan topomini. Mengapa sumber lisan memiliki keterbatasan dibandingkan sumber tertulis? Kritik sumber sering juga disebut proses verifikasi. Sering dilakukan peneliti untuk menguji keabsahan serta keaslian suatu dokumen atau sumber sejarah. Kritik sumber merupakan salah satu tahapan dalam penelitian sejarah. Apa yang dimaksud kritik sumber?

8

0.0

Jawaban terverifikasi

Iklan