Rahma R

14 Juli 2025 09:48

Iklan

Rahma R

14 Juli 2025 09:48

Pertanyaan

🌸 Cara Mengatur Keuangan dengan Bijak (Cocok untuk Remaja/Dewasa Muda): 1. Catat Semua Pemasukan dan Pengeluaran Tulis semua uang yang kamu terima (dari orang tua, beasiswa, kerja, dll). Catat juga semua pengeluaran: jajan, pulsa, skincare, transport, dll. Bisa pakai aplikasi catatan keuangan (seperti Money Lover, DompetKu, atau Notes HP biasa). 2. Bagi Uang Jadi 4 Pos Pos Persentase Contoh Kebutuhan 50% Makan, pulsa, ongkos Tabungan 20% Nabung buat beli HP, kuliah, darurat Keinginan 20% Jajan, skincare, nonton Sedekah 10% Bantu orang, infak > Kalau uangmu belum banyak, cukup 3 pos: kebutuhan, keinginan, dan tabungan. 3. Utamakan Menabung di Awal, Bukan Sisa Dapat uang? Langsung sisihkan untuk tabungan dulu, jangan tunggu sisa akhir bulan. 4. Bedakan Keinginan dan Kebutuhan Jajan boba setiap hari itu keinginan 🍹, tapi makan siang itu kebutuhan 🍚. Belajar berkata “tidak” pada hal-hal yang bisa ditunda. 5. Pasang Target Kecil Contoh: "Aku mau nabung 10 ribu per hari", atau “Aku mau punya 300 ribu dalam sebulan.” Tujuan yang jelas bikin kamu lebih semangat! 6. Jangan Malu Hidup Sederhana Gak usah memaksakan ikut gaya teman. Punya uang bukan buat pamer, tapi buat kendali hidup sendiri.

🌸 Cara Mengatur Keuangan dengan Bijak (Cocok untuk Remaja/Dewasa Muda):

1. Catat Semua Pemasukan dan Pengeluaran

Tulis semua uang yang kamu terima (dari orang tua, beasiswa, kerja, dll).

Catat juga semua pengeluaran: jajan, pulsa, skincare, transport, dll.

Bisa pakai aplikasi catatan keuangan (seperti Money Lover, DompetKu, atau Notes HP biasa).


2. Bagi Uang Jadi 4 Pos

Pos Persentase Contoh

Kebutuhan 50% Makan, pulsa, ongkos
Tabungan 20% Nabung buat beli HP, kuliah, darurat
Keinginan 20% Jajan, skincare, nonton
Sedekah 10% Bantu orang, infak


> Kalau uangmu belum banyak, cukup 3 pos: kebutuhan, keinginan, dan tabungan.

 

3. Utamakan Menabung di Awal, Bukan Sisa

Dapat uang? Langsung sisihkan untuk tabungan dulu, jangan tunggu sisa akhir bulan.


4. Bedakan Keinginan dan Kebutuhan

Jajan boba setiap hari itu keinginan 🍹, tapi makan siang itu kebutuhan 🍚.

Belajar berkata “tidak” pada hal-hal yang bisa ditunda.


5. Pasang Target Kecil

Contoh: "Aku mau nabung 10 ribu per hari", atau “Aku mau punya 300 ribu dalam sebulan.”

Tujuan yang jelas bikin kamu lebih semangat!


6. Jangan Malu Hidup Sederhana

Gak usah memaksakan ikut gaya teman.

Punya uang bukan buat pamer, tapi buat kendali hidup sendiri.
 

alt

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

05

:

53

:

57

Klaim

20

2


Iklan

Cahaya F

14 Juli 2025 23:15

<p>terimakasii atas ilmu nyaa</p>

terimakasii atas ilmu nyaa


Iklan

Fauzan F

17 Juli 2025 04:53

<p>dengan cara mebuat usaha kecil kecilan, lalu di promosikan dengan itu kamu bisa menabung dan mendapat income tambahan</p>

dengan cara mebuat usaha kecil kecilan, lalu di promosikan dengan itu kamu bisa menabung dan mendapat income tambahan


Mau jawaban yang terverifikasi?

Tanya ke AiRIS

Yuk, cobain chat dan belajar bareng AiRIS, teman pintarmu!

Chat AiRIS

LATIHAN SOAL GRATIS!

Drill Soal

Latihan soal sesuai topik yang kamu mau untuk persiapan ujian

Cobain Drill Soal

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

Pertanyaan serupa

Putri : "Ayah . Ayah saya ng Putri, kan?" Ayah : "Tentu, Putri. Kenapa? Ada apa?" Putri : "Putri menemukan penawaran menarik di surat kabar, Ayah . Telepon genggam gratis, dan ... " Ayah : "Gratis? Tidak ada itu barang gratis, sayang." Putri: "Iya Ayah, teleponnya gratis. Kalau kita menjadi pelanggan yang menghabiskan pulsa minimal Rp200.000,00 per bulan selama satu tahun." Ayah : "Ah, itu dia umpannya! Apakah Putri benar-benar butuh telepon genggam?" Putri : "Ayah, semua ternan Putri sudah punya telepon genggam. Lagipula kalau ada apa-apa dengan Putri di luar rumah , Putri bisa langsung menelepon Ayah” Ayah: "Betul, tapi selalu saja ada pengeluaran tak terduga kalau memakai telepon genggam. Apalagi buat anak remaja seperti kamu, Putri." Putri: "Putri bisa ikut paket hemat, Ayah, seperti Rp25.000,00 per bulan untuk menelepon selama 200 menit dan 500 MB selama sebulan.” Ayah: "Cuma 200 menit dan 500 sms? Itu pun pasti untuk sesama pengguna operator yang sama, Putri." Putri: "Benar, Ayah." Ayah: "Ayah khawatir Rp50.000,00 itu tidak akan cukup buat Putri. Ayah khawatir Putri memakai uang jajan Putri untuk beli pulsa. Banyak kan anak remaja seperti itu." Putri : “Tidak, Ayah, Putri tidak seperti mereka.” Ayah: "Putri sudah mulai seperti mereka. Buktinya, Putri sudah mulai ingin punya telepon genggam." Putri: "Urn ... baiklah, Ayah . Coba dulu sebulan dua bulan Putri memegang telepon genggam. Kalau sampai Putri habiskan uang jajan Putri buat pulsa atau buang-buang uang untuk beli pulsa, Ayah boleh menyita telepon genggam Putri." Ayah: "Hmmm ... Oke. Ayah sepakat! " Putri: "Asyiiikkk. Terima kasih , Ayah!" 2d. Mengapa ayah Putri akhirnya setuju membelikannya telepon genggam? Bagaimana Putri bisa meyakinkannya?

2

5.0

Jawaban terverifikasi

Teks 1 Salah Kelas Pagi itu, Joni nampak bahagia sekali. Di meja makan, ibunya bertanya kepada Joni. "Jon, Ibu perhatikan dari tadi kamu senyum-senyum sendiri?" "Anu, Bu, semalam ibu wali kelas membagikan jadwal tatap muka terbatas. Senang rasanya karena besok aku bisa bertemu teman-teman. Belajar daring di rumah membosankan, Bu. Apalagi kalau zoom meeting Matematika." "Memangnya kenapa kalau Matematika, Jon?" Ibu bertanya kembali. "Gurunya galak, Bu, materinya juga susah, wong diajarkan di kelas saja masih susah pahamnya, apalagi daring," jawab Joni. "Oh, begitu," Ibu menimpali. "Ya sudah, Bu. Joni pamit, ya." Joni langsung pergi sambil mencium tangan ibunya. Sekolah sudah nampak ramai. Joni berjalan sambil sesekali melihat jadwal mapel yang dibagikan wali kelasnya. Lalu, dia segera masuk kelas dan ternyata sudah ada guru di dalam kelas. "Selamat pagi, Pak. Maaf, saya terlambat." "Selamat pagi juga, Nak, silakan duduk," sahut Pak Guru. Joni langsung mencari kursi dan duduk tanpa melihat kanan kiri. Saat mengeluarkan buku catatan, Joni mengedarkan pandangannya dan langsung kaget. Semua seperti asing. Dia seperti tidak mengenali teman sekelasnya, apalagi semuanya memakai masker. Dia berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa mereka adalah teman kelasnya. Tidak berapa lama, Joni kaget ketika melihat ke papan tulis Pak Guru sedang menjelaskan soal Matematika, padahal seingatnya jadwal pagi itu adalah Bahasa Indonesia. "Astaga, ini kan kelasku satu tahun yang lalu, ini kan kelas satu. Sekarang kan aku sudah naik kelas dua." Keringat dingin keluar di wajah Joni, lalu dia memberanikan diri menemui Pak Guru. "Maaf, Pak, karena sudah satu tahun daring, saya lupa kalau sekarang saya sudah kelas dua. Saya salah masuk kelas, Pak." Semua peserta didik pun tertawa. Dengan wajah malu, Joni keluar kelas. Teks 2 PKH Pada suatu hari, dua orang ibu rumah tangga sedang berbincang-bincang di depan rumah. Mereka sedang asyik membahas tentang bantuan pemerintah yang dinamakan PKH. Bu Tuti : Mar, aku semakin heran dengan pemerintah sekarang. Bu Marni Loh, kenapa, Bu? Ada masalah? (penasaran) Bu Tuti : Ya jelas ada. Kalau enggak ada, buat apa saya repot-repot membahas masalah ini? Bu Marni: Oalah, Bu, sempat-sempatnya memikirkan pemerintah, memangnya pemerintah memikirkan nasib kita? Bu Tuti : Jangan salah. Tuh, lihat tetangga sebelah kita. Dia dapat bantuan dari pemerintah. Setiap bulan, dia rutin mengambil sembako di warung dekat balai desa sana. Bu Marni Masa? Enggak salah, sampeyan, Bu? Dia, kan, lumayan mampu. Lihat saja, kulkas ada, mesin cuci punya, motor dua, kalau pergi perhiasannya selalu menempel di tangannya. Benar enggak salah, Bu? (sedikit tidak percaya) Bu Tuti : Nah, itu yang membuat saya bingung. Kenapa dia dapat bantuan? Padahal, kalau dipikir, dia tergolong keluarga mampu. Coba kita bandingkan dengan tetangga kita yang lain. Ada yang jauh lebih berhak mendapatkan bantuan itu sebenarnya. Bu Marni : Iya betul Bu. Ngomong-ngomong, bantuan apa yang bisa dia dapat, Bu? Bu Tuti Bu Marni: Masa kamu enggak tahu? Itu, loh, bantuan PKH. Oh, yang rumahnya ditempeli stiker "Keluarga Miskin" itu, to? Bu Tuti Nah, itu kamu tahu, Mar. (mengacungkan jempol kepada Bu Marni) Bu Marni Bu Tuti Ya tahu lah, Bu. Apa, sih, yang tidak saya ketahui? Mar, PKH itu apa, to? (penasaran) Bu Marni Program Keluarga Harapan. Bu Tuti : Harapan apa? Bu Marni Harapan biar dikasih sembako tiap bulan, ha...ha...ha... Bu Tuti : Ngawur kamu, Mar. Tulislah persamaan dan perbedaan kedua teks tersebut

21

3.7

Jawaban terverifikasi

Iklan

*Tentukan struktur teks negosiasi membeli laptop baru* Rudu: "Yah, Rudi dengar Ayah baru membelikan ponsel baru ya untuk Wati," tanya Rudi. Ayah: Iya Rud, kenapa? Jangan bilang kamu juga mau, ponsel kamu kan masih bagus," jawab Ayah sembari menaikkan alisnya. Rudi masih bagus kok, tapi..." Rudi: "Nggak kok, Yah. lya, ponsel Ayah: "Wah, gawat nih kalau ada tapinya," potong Ayah. Rudi:"Lebih gawat Rudi, Yah. Belakangan, tugas kuliah semakin banyak dan membutuhkan banyak aplikasi untuk menyelesaikannya, sementara laptop Rudi lambat, Yah." Rudi meneruskan pembicaraannya. Ayah: "Jangan bilang kamu mau minta dibelikan laptop baru." Rudi: "lya, Yah. Karena tugas Rudi selalu terhambat. Lagi pula, laptop ini memang sudah cukup berumur, dari Rudi kelas 10 SMA. Padahal, program studi Rudi juga memang membutuhkan laptop yang lebih cepat, Yah. Rudi kan belajar desain. Aplikasi 3D itu membutuhkan daya komputasi tinggi, Yah" Ayah: "Wah, kamu ini memang bisa saja, tapi kan ayah baru mem- belikan ponsel untuk adikmu. Uang ayah nanti habis, Rud." Rudi: "Pembelian laptop baru tidak harus hari ini kok. Tetapi, Ayah bisa mulai buat rencana anggarannya dari sekarang. Ayah bisa mulai sisihkan dari pengeluaran per bulan." Ayah: "Wah, kamu pintar juga ya." Rudi: "Iya dong. Oh, ya, untuk membantu, Ayah juga bisa memakai tabungan Rudi kok." Ayah: "Oh ya? Ayah coba pikir-pikir dulu ya." Rudi: "Coba Ayah pertimbangkan, suatu nanti mungkin Wati juga akan meminta laptop baru pelajaran TIK. Kebutuhan laptop untuk pelajaran TIK tidak seberat belajar desain. Jadi, kalau Ayah membelikan laptop baru untuk Rudi, laptop yang ini bisa diberikan ke Wati kan, Yah. Jadi, Ayah tidak usah membelikan Wati laptop lagi untuk pelajaran TIK." Ayah: "Ya, sudah kalau begitu. Ayah akan belikan, tapi..." Rudi: "Janji, Yah. Rudi akan belajar dengan sungguh-sungguh," jawab Rudi memotong perkataan Ayah. Ayah: "Kamu itu... bukan itu maksud Ayah. Kamu kan sudah duduk di perguruan tinggi. Itu sih sudah menjadi kewajiban kamu sendiri untuk sadar akan pentingnya untuk belajar dengan sungguh-sungguh." Rudi: "Oh, iya, Yah. Hehe.. kalau begitu apa, Yah?" Ayah: "Tapi nanti ya, Ayah anggarkan untuk me- nabung dulu mulai gajian bulan depan dan kamu harus tepati janji mau mengajari Wati untuk menggunakan laptop." Rudi: "Siap Pak!" jawab Rudi sambil sedikit bercanda.

26

3.4

Jawaban terverifikasi

Putri : "Ayah . Ayah saya ng Putri, kan?" Ayah : "Tentu, Putri. Kenapa? Ada apa?" Putri : "Putri menemukan penawaran menarik di surat kabar, Ayah . Telepon genggam gratis, dan ... " Ayah : "Gratis? Tidak ada itu barang gratis, sayang." Putri: "Iya Ayah, teleponnya gratis. Kalau kita menjadi pelanggan yang menghabiskan pulsa minimal Rp200.000,00 per bulan selama satu tahun." Ayah : "Ah, itu dia umpannya! Apakah Putri benar-benar butuh telepon genggam?" Putri : "Ayah, semua ternan Putri sudah punya telepon genggam. Lagipula kalau ada apa-apa dengan Putri di luar rumah , Putri bisa langsung menelepon Ayah” Ayah: "Betul, tapi selalu saja ada pengeluaran tak terduga kalau memakai telepon genggam. Apalagi buat anak remaja seperti kamu, Putri." Putri: "Putri bisa ikut paket hemat, Ayah, seperti Rp25.000,00 per bulan untuk menelepon selama 200 menit dan 500 MB selama sebulan.” Ayah: "Cuma 200 menit dan 500 sms? Itu pun pasti untuk sesama pengguna operator yang sama, Putri." Putri: "Benar, Ayah." Ayah: "Ayah khawatir Rp50.000,00 itu tidak akan cukup buat Putri. Ayah khawatir Putri memakai uang jajan Putri untuk beli pulsa. Banyak kan anak remaja seperti itu." Putri : “Tidak, Ayah, Putri tidak seperti mereka.” Ayah: "Putri sudah mulai seperti mereka. Buktinya, Putri sudah mulai ingin punya telepon genggam." Putri: "Urn ... baiklah, Ayah . Coba dulu sebulan dua bulan Putri memegang telepon genggam. Kalau sampai Putri habiskan uang jajan Putri buat pulsa atau buang-buang uang untuk beli pulsa, Ayah boleh menyita telepon genggam Putri." Ayah: "Hmmm ... Oke. Ayah sepakat! " Putri: "Asyiiikkk. Terima kasih , Ayah!" 2b. Paket hemat bagaimanakah yang diinginkan Putri?

2

3.3

Jawaban terverifikasi

. Kursi DPR Di suatu siang yang cerah, ada dua orang anak yang tengah bercanda di bawah pohon rindang. Insan: "Bobby, kita main tebak-tebakan, yuk. Kursi apa yang buat orang lupa ingatan?" Bobby: "Kursi goyang. Orang yang duduk di situ akan mengantuk dan tertidur. Saat tertidur, orang pasti lupa." Insan: "Meski lucu, jawabanmu salah." Bobby: "Hmm. Kursi apa, ya?" Insan: "Jawabannya adalah kursi DPR." Bobby: "Kok bisa begitu?" Insan: "Jelaslah. Sebelum duduk di kursi DPR, banyak caleg yang berjanji banyak hal agar terpilih. Namun, setelah merasakan kursinya, sekejap saja, mereka akan lupa dengan janji-janji mereka." Bobby: "Betul juga." Terkadang-kadang itu kita suka yoweslah (yasudahlah) dia saja asal ganteng, dia saja yang dipilih asal bukan perempuan, dia saja walau tidak bisa apa-apa yang penting kalau di sosmed dan tv nyenengin. Tetapi tidak bisa kerja dan nyenengin rakyat. Mau enggak kayak itu,” kata Puan di depan ribuan kader PDI-P Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Selasa (26/4/2022). Puan mengatakan, sosok presiden haruslah memperjuangkan rakyatnya. Oleh karenanya, Ketua DPR RI itu mewanti-wanti kader PDI-P supaya tidak asal pilih calon presiden. “Jangan kita asal pilih karena cuma kelihatan di panggung media, tv, dan medsos. Pilih orang pernah memperjuangkan kita dan bersama kita dan bergotong-royong kita,” ujar Puan. Pernyataan serupa pernah Puan sampaikan pada Mei 2021 lalu. Kala itu, dia mengatakan, sosok pemimpin yang layak menjadi capres ialah orang yang bekerja di lapangan, bukan di media sosial. “Pemimpin menurut saya, itu adalah pemimpin yang memang ada di lapangan dan bukan di sosmed,” kata Puan di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (22/5/2021). Meski demikian, Puan juga mengakui bahwa media sosial tetap diperlukan untuk mendukung perjuangan seorang pemimpin di zaman sekarang. “Sosmed diperlukan, media perlu. Tapi bukan itu saja. Harus nyata kerja di lapangan,” ujarnya. Jangan terpengaruh survei Puan juga angkat bicara soal banyaknya survei elektabilitas calon presiden. Ia meminta kader PDI-P tak terpengaruh survei berbagai lembaga. Belakangan, semakin banyak survei yang menyebut sejumlah sosok punya elektabilitas tinggi dan potensial menjadi calon presiden. Survei juga memetakan nama-nama tokoh yang elektabilitasnya masih rendah sehingga diprediksi sulit memenangkan pilpres. Tentukan tema, kritik, humor, tokoh, struktur, dan alur anekdot

7

5.0

Jawaban terverifikasi