Iklan

Iklan

Pertanyaan

Perhatikan teks berikut!


Pengarang dan Bayang-Bayang Kenangan dalam Kumcer Karya Sungging Raga dan Gunawan Tri Atmodjo

    Karya dan penulisannya (sastrawan) seringkali tidak bisa dipisahkan. Sastrawan sering menarasikan bagian dari pengalaman, kenangan, dan kecenderungan pemikirannya di dalam karyanya. Ia ingin mengabadikan sesuatu yang tidak hanya ia baca dan lihat, tetapi juga diri dan jalan hidup yang dilintasinya. Sastrawan menciptakan kenangan dalam cerita yang dituturkannya sebagai bagian dari teknik untuk memasukkan tokoh-tokohnya ke dalam masa lalunya.

    Dalam beberapa cerpen Sungging Raga dan Gunawan Tri Atmojo menggambarkan tokoh yang sedang mengenang masa lalunya. Kemudian, mereka membawa kenangan itu sebagai bahan menciptakan tikungan, perbandingan dengan masa kini, dan ketegangan-ketegangan titik cerita yang ditulis oleh sungging raga dan Gunawan Tri Atmojo memiliki aspek menarik yaitu kemunculan tokoh pengarang didalamnya. Tokoh pengarang dihadapkan dengan proses mengenang masa lalunya. Namun, sebagaimana lazimnya representasi kehidupan dalam karya sastra yang tidak bisa disamakan dengan kehidupan nyata membaca tidak seharusnya sepenuhnya percaya bahwa narasi tokoh sastrawan dalam karya sastra dan identitasnya adalah benar-benar sastrawan yang menulis karya tersebut.

    Sungging Raga dan Gunawan Tri Atmodjo seperti tidak bisa melepaskan diri dari bayang-bayang kenangan. Mereka menggunakan kenangan-kenangan tidak hanya sebagai media menyusun struktur alur mundur. Sungging Raga menggunakan ingatan masa lampau sebagai pemicu tekanan batin dan patah hati tokoh-tokoh dalam cerita yang ditulis dengan narasi dan dialog puitis. Begitu memuja kenangan dan cinta sebagai kekuatan penggerak cerita. Sementara itu, Gunawan Triatmodjo menelusuri kenangan-kenangan dengan bumbu kejenakaan dalam karyanya. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan Gunawan lugas tidak seperti gaya bahasa Sungging Raga yang berkesan puitis.

    Sebagai pengarang, Sungging Raga dan Gunawan Tri Atmodjo telah menghadirkan narasi pengarang dan berbagai kenangan dengan pilihan tekniknya masing-masing. Relasi masa lampau dan masa kini Membuat tokoh ciptaan kedua pengarang ini beraktualisasi, menciptakan identitas, dan memunculkan berbagai ketegangan dan persoalan. Tampaknya pengarang dan kenangan telah bersekutu untuk membuat pembaca terhanyut selalu memikirkan masa lalu yang menjadi bayang-bayang masa depan tanpa ketidakpastian. Kemudian, Apakah buku-buku karya Sungging Raga dan Gunawan Tri atmodjo ini telah membawa anda seakan berhadapan dengan mereka berdua sebagai pengarang yang benar-benar memikirkan status kepengarangan atau berbagai kenangan.space  


(Disadur dari: Yusri Fajar, Sastra yang Melintasi Batas dan Identitas Sehimpunan Esai Sastra, Yogyakarta, Basabasi, 2017)

Tentukan struktur teks esai berikut!

Tentukan struktur teks esai berikut! 

  1. ...undefined 

  2. ...undefined 

Iklan

A. Rizky

Master Teacher

Jawaban terverifikasi

Iklan

Pembahasan

Pendahuluan Karya dan penulisannya (sastrawan) seringkali tidak bisa dipisahkan. Sastrawan sering menarasikan bagian dari pengalaman, kenangan, dan kecenderungan pemikirannya di dalam karyanya. Ia ingin mengabadikan sesuatu yang tidak hanya ia baca dan lihat, tetapi juga diri dan jalan hidup yang dilintasinya. Sastrawan menciptakan kenangan dalam cerita yang dituturkannya sebagai bagian dari teknik untuk memasukkan tokoh-tokohnya ke dalam masa lalunya. Isi Dalam beberapa cerpen Sungging Raga dan Gunawan Tri Atmojo menggambarkan tokoh yang sedang mengenang masa lalunya. Kemudian, mereka membawa kenangan itu sebagai bahan menciptakan tikungan, perbandingan dengan masa kini, dan ketegangan-ketegangan titik cerita yang ditulis oleh sungging raga dan Gunawan Tri Atmojo memiliki aspek menarik yaitu kemunculan tokoh pengarang didalamnya. Tokoh pengarang dihadapkan dengan proses mengenang masa lalunya. Namun, sebagaimana lazimnya representasi kehidupan dalam karya sastra yang tidak bisa disamakan dengan kehidupan nyata membaca tidak seharusnya sepenuhnya percaya bahwa narasi tokoh sastrawan dalam karya sastra dan identitasnya adalah benar-benar sastrawan yang menulis karya tersebut. Sungging Raga dan Gunawan Tri Atmodjo seperti tidak bisa melepaskan diri dari bayang-bayang kenangan.Mereka menggunakan kenangan-kenangan tidak hanya sebagai media menyusun struktur alur mundur.Sungging Raga menggunakan ingatan masa lampau sebagai pemicu tekanan batin dan patah hati tokoh-tokoh dalam cerita yang ditulis dengan narasi dan dialog puitis. Begitu memuja kenangan dan cinta sebagai kekuatan penggerak cerita. Sementara itu, Gunawan Triatmodjo menelusuri kenangan-kenangan dengan bumbu kejenakaan dalam karyanya. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan Gunawan lugas tidak seperti gaya bahasa Sungging Raga yang berkesan puitis. Penutup Sebagai pengarang, Sungging Raga dan Gunawan Tri Atmodjo telah menghadirkan narasi pengarang dan berbagai kenangan dengan pilihan tekniknya masing-masing. Relasi masa lampau dan masa kini Membuat tokoh ciptaan kedua pengarang ini beraktualisasi, menciptakan identitas, dan memunculkan berbagai ketegangan dan persoalan. Tampaknya pengarang dan kenangan telah bersekutu untuk membuat pembaca terhanyut selalu memikirkan masa lalu yang menjadi bayang-bayang masa depan tanpa ketidakpastian. Kemudian, Apakah buku-buku karya Sungging Raga dan Gunawan Tri atmodjo ini telah membawa anda seakan berhadapan dengan mereka berdua sebagai pengarang yang benar-benar memikirkan status kepengarangan atau berbagai kenangan. Dengan demikian, struktur teks esai tersebut. Pendahuluan Karya dan penulisannya (sastrawan) seringkali tidak bisa dipisahkan. Sastrawan sering menarasikan bagian dari pengalaman, kenangan, dan kecenderungan pemikirannya di dalam karyanya. Ia ingin mengabadikan sesuatu yang tidak hanya ia baca dan lihat, tetapi juga diri dan jalan hidup yang dilintasinya. Sastrawan menciptakan kenangan dalam cerita yang dituturkannya sebagai bagian dari teknik untuk memasukkan tokoh-tokohnya ke dalam masa lalunya. Isi Dalam beberapa cerpen Sungging Raga dan Gunawan Tri Atmojo menggambarkan tokoh yang sedang mengenang masa lalunya. Kemudian, mereka membawa kenangan itu sebagai bahan menciptakan tikungan, perbandingan dengan masa kini, dan ketegangan-ketegangan titik cerita yang ditulis oleh sungging raga dan Gunawan Tri Atmojo memiliki aspek menarik yaitu kemunculan tokoh pengarang didalamnya. Tokoh pengarang dihadapkan dengan proses mengenang masa lalunya. Namun, sebagaimana lazimnya representasi kehidupan dalam karya sastra yang tidak bisa disamakan dengan kehidupan nyata membaca tidak seharusnya sepenuhnya percaya bahwa narasi tokoh sastrawan dalam karya sastra dan identitasnya adalah benar-benar sastrawan yang menulis karya tersebut. Sungging Raga dan Gunawan Tri Atmodjo seperti tidak bisa melepaskan diri dari bayang-bayang kenangan.Mereka menggunakan kenangan-kenangan tidak hanya sebagai media menyusun struktur alur mundur.Sungging Raga menggunakan ingatan masa lampau sebagai pemicu tekanan batin dan patah hati tokoh-tokoh dalam cerita yang ditulis dengan narasi dan dialog puitis. Begitu memuja kenangan dan cinta sebagai kekuatan penggerak cerita. Sementara itu, Gunawan Triatmodjo menelusuri kenangan-kenangan dengan bumbu kejenakaan dalam karyanya. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan Gunawan lugas tidak seperti gaya bahasa Sungging Raga yang berkesan puitis. Penutup Sebagai pengarang, Sungging Raga dan Gunawan Tri Atmodjo telah menghadirkan narasi pengarang dan berbagai kenangan dengan pilihan tekniknya masing-masing. Relasi masa lampau dan masa kini Membuat tokoh ciptaan kedua pengarang ini beraktualisasi, menciptakan identitas, dan memunculkan berbagai ketegangan dan persoalan. Tampaknya pengarang dan kenangan telah bersekutu untuk membuat pembaca terhanyut selalu memikirkan masa lalu yang menjadi bayang-bayang masa depan tanpa ketidakpastian. Kemudian, Apakah buku-buku karya Sungging Raga dan Gunawan Tri atmodjo ini telah membawa anda seakan berhadapan dengan mereka berdua sebagai pengarang yang benar-benar memikirkan status kepengarangan atau berbagai kenangan.

Pendahuluan
Karya dan penulisannya (sastrawan) seringkali tidak bisa dipisahkan. Sastrawan sering menarasikan bagian dari pengalaman, kenangan, dan kecenderungan pemikirannya di dalam karyanya. Ia ingin mengabadikan sesuatu yang tidak hanya ia baca dan lihat, tetapi juga diri dan jalan hidup yang dilintasinya. Sastrawan menciptakan kenangan dalam cerita yang dituturkannya sebagai bagian dari teknik untuk memasukkan tokoh-tokohnya ke dalam masa lalunya.

Isi
Dalam beberapa cerpen Sungging Raga dan Gunawan Tri Atmojo menggambarkan tokoh yang sedang mengenang masa lalunya. Kemudian, mereka membawa kenangan itu sebagai bahan menciptakan tikungan, perbandingan dengan masa kini, dan ketegangan-ketegangan titik cerita yang ditulis oleh sungging raga dan Gunawan Tri Atmojo memiliki aspek menarik yaitu kemunculan tokoh pengarang didalamnya. Tokoh pengarang dihadapkan dengan proses mengenang masa lalunya. Namun, sebagaimana lazimnya representasi kehidupan dalam karya sastra yang tidak bisa disamakan dengan kehidupan nyata membaca tidak seharusnya sepenuhnya percaya bahwa narasi tokoh sastrawan dalam karya sastra dan identitasnya adalah benar-benar sastrawan yang menulis karya tersebut.

Sungging Raga dan Gunawan Tri Atmodjo seperti tidak bisa melepaskan diri dari bayang-bayang kenangan. Mereka menggunakan kenangan-kenangan tidak hanya sebagai media menyusun struktur alur mundur. Sungging Raga menggunakan ingatan masa lampau sebagai pemicu tekanan batin dan patah hati tokoh-tokoh dalam cerita yang ditulis dengan narasi dan dialog puitis. Begitu memuja kenangan dan cinta sebagai kekuatan penggerak cerita. Sementara itu, Gunawan Triatmodjo menelusuri kenangan-kenangan dengan bumbu kejenakaan dalam karyanya. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan Gunawan lugas tidak seperti gaya bahasa Sungging Raga yang berkesan puitis.

Penutup
Sebagai pengarang, Sungging Raga dan Gunawan Tri Atmodjo telah menghadirkan narasi pengarang dan berbagai kenangan dengan pilihan tekniknya masing-masing. Relasi masa lampau dan masa kini Membuat tokoh ciptaan kedua pengarang ini beraktualisasi, menciptakan identitas, dan memunculkan berbagai ketegangan dan persoalan. Tampaknya pengarang dan kenangan telah bersekutu untuk membuat pembaca terhanyut selalu memikirkan masa lalu yang menjadi bayang-bayang masa depan tanpa ketidakpastian. Kemudian, Apakah buku-buku karya Sungging Raga dan Gunawan Tri atmodjo ini telah membawa anda seakan berhadapan dengan mereka berdua sebagai pengarang yang benar-benar memikirkan status kepengarangan atau berbagai kenangan.

Dengan demikian,  struktur teks esai tersebut.

Pendahuluan
Karya dan penulisannya (sastrawan) seringkali tidak bisa dipisahkan. Sastrawan sering menarasikan bagian dari pengalaman, kenangan, dan kecenderungan pemikirannya di dalam karyanya. Ia ingin mengabadikan sesuatu yang tidak hanya ia baca dan lihat, tetapi juga diri dan jalan hidup yang dilintasinya. Sastrawan menciptakan kenangan dalam cerita yang dituturkannya sebagai bagian dari teknik untuk memasukkan tokoh-tokohnya ke dalam masa lalunya.

Isi
Dalam beberapa cerpen Sungging Raga dan Gunawan Tri Atmojo menggambarkan tokoh yang sedang mengenang masa lalunya. Kemudian, mereka membawa kenangan itu sebagai bahan menciptakan tikungan, perbandingan dengan masa kini, dan ketegangan-ketegangan titik cerita yang ditulis oleh sungging raga dan Gunawan Tri Atmojo memiliki aspek menarik yaitu kemunculan tokoh pengarang didalamnya. Tokoh pengarang dihadapkan dengan proses mengenang masa lalunya. Namun, sebagaimana lazimnya representasi kehidupan dalam karya sastra yang tidak bisa disamakan dengan kehidupan nyata membaca tidak seharusnya sepenuhnya percaya bahwa narasi tokoh sastrawan dalam karya sastra dan identitasnya adalah benar-benar sastrawan yang menulis karya tersebut.

Sungging Raga dan Gunawan Tri Atmodjo seperti tidak bisa melepaskan diri dari bayang-bayang kenangan. Mereka menggunakan kenangan-kenangan tidak hanya sebagai media menyusun struktur alur mundur. Sungging Raga menggunakan ingatan masa lampau sebagai pemicu tekanan batin dan patah hati tokoh-tokoh dalam cerita yang ditulis dengan narasi dan dialog puitis. Begitu memuja kenangan dan cinta sebagai kekuatan penggerak cerita. Sementara itu, Gunawan Triatmodjo menelusuri kenangan-kenangan dengan bumbu kejenakaan dalam karyanya. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan Gunawan lugas tidak seperti gaya bahasa Sungging Raga yang berkesan puitis.

Penutup
Sebagai pengarang, Sungging Raga dan Gunawan Tri Atmodjo telah menghadirkan narasi pengarang dan berbagai kenangan dengan pilihan tekniknya masing-masing. Relasi masa lampau dan masa kini Membuat tokoh ciptaan kedua pengarang ini beraktualisasi, menciptakan identitas, dan memunculkan berbagai ketegangan dan persoalan. Tampaknya pengarang dan kenangan telah bersekutu untuk membuat pembaca terhanyut selalu memikirkan masa lalu yang menjadi bayang-bayang masa depan tanpa ketidakpastian. Kemudian, Apakah buku-buku karya Sungging Raga dan Gunawan Tri atmodjo ini telah membawa anda seakan berhadapan dengan mereka berdua sebagai pengarang yang benar-benar memikirkan status kepengarangan atau berbagai kenangan.space
  

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

158

Iman Ahmad Alamsyah

Pembahasan lengkap banget Ini yang aku cari! Mudah dimengerti Bantu banget Makasih ❤️

Iklan

Iklan

Pertanyaan serupa

Yang termasuk bagian penutup dalam esai tersebut adalah paragraf ....

158

0.0

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

info@ruangguru.com

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia