Bacalah kritik berikut!

    Kritik dalam Sajak Taufiq Ismail Sajak "Lonceng Tinju" menggambarkan tokoh aku merasa sendiri dan terasing di pojok setiap mendengar lonceng tanda dimulai pertandingan tinju dikleneng. Si "aku" kemudian teringat masa kecilnya ketika neneknya melarangnya mengadu ayam. Dia juga teringat masa kuliahnya di Institut Pertanian Bogor ketika dosennya melarang mengadu hewan. Larangan-larangan itu begitu membekas di hatinya sehingga diterima sebagai ajaran luhur yang harus diamaIkan. Namun, ajaran luhur itu ternyata tidak dimiliki semua orang. Si "aku" merasa sendirian. Perasaan itu datang ketika "aku" menyaksikan orang-orang sedang menikmati hiburan dua anak manusia yang saling mendaratkan pukulan di kepala lawan.

LONCENG TINJU

Setiap kali lonceng berkleneng 
Tanda putaran dimulai 
Setiap kali mereka bangkit 
Dan mengepalkan tinju 
Setiap teriakan histeria 
Bergemuruh suaranya 
Aku kelu 
Dan merasa di pojok 
Sendirian
 
Setiap lonceng berklenengan 
Dan tinju mulai berlayangan 
Meremuk kepala lawan 
Terkilas dalam ingatan 
Nenekku dulu berkata 
"Jangan kamu mengadu ayam"
Dan bila aku menuntut ilmu 
Di Kedokteran Hewan 
Guruku menasihatkan 
"Jangan kamu mengadu hewan" 

Kini lagi, bel itu berklenengan 
Aku tersudut, bisu 
Dan makin merasa 
Sendirian 

    Kritik yang disampaikan sajak itu berkaitan dengan histeria yang timbul oleh kesukaan orang pada saat dimulainya saling pukul petinju di atas ring. Jika mendengar lonceng saja sudah kegirangan, apalagi bunyi gedebuk dan darah yang muncrat dari orang-orang yang diadu itu. Artinya, berapa orang suka mendapatkan kesenangan dan kesakitan orang lain. 

Disadur dari: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/ lamanbahasa/artike1/2483/kritik-dalam-sajak-sajak-tinju-taufiq-ismail, diunduh 11 Maret 2019

Tentukan aspek kebahasaan dalam teks kritik tersebut dan isikan dalam tabel berikut!