Iklan

Iklan

Pertanyaan

Teks berikut digunakan untuk menjawab soal di bawah ini. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), melalui Pusat Penelitian Oseanografi, mengajak berbagai pihak untuk bergerak bersama mengoptimalkan potensi laut Indonesia. “Riset, termasuk aktivitas dan infrastrukturnya, berperan penting dalam memberikan landasan pengelolaan laut Indonesia secara berkelanjutan,” jelas Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko, dalam kegiatan Media Briefing Hari Bumi di Kapal Riset Baruna Jaya VIII di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta Utara, pada bulan April 2019. Pada tahun2019, LIPI menjadikan kesehatan ekosistem laut sebagai fokus program riset. “LIPI melakukan riset terhadap terumbu karang dan ekosistem terkait. Riset dilakukan pada setidaknya 40 lokasi di perairan Indonesia. Selain itu, ada 17 lokasi yang akan dipantau setelah dilakukannya riset,” ujar Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Dirhamsyah. Dirhamsyah mengatakan bahwa dari hasil pemantauan berkala,telah berhasil dikembangkan indeks kesehatan karang. Selain itu, indeks kesehatan untuk mangrove dan lamun juga akan dikembangkan dalam waktu dekat. Dari penelitian yang sudah dilakukan pada tahun 2018, indeks kesehatan terumbu karang berada pada skala 5. Hal itu berarti bahwa terumbu karang berada dalam kondisipotensi pemulihan tinggi, tetapi biomassa ikan karang rendah. Pada tahun 2018 pula, LIPI melakukan pemantauan terumbu karang di 13 lokasi dengan luas 7,2 hektare atau setara dengan 2% dari total luas perairan Indonesia. “Keadaan terumbu karang yang tidak baik kurang dari 25%, keadaan cukup baik kurang dari 50%, kondisi baik kurang dari 75%, dan kondisi sangat baik lebih dari 75%,” jelasnya. Sementara itu, persentase mangrove yang masih dalam kondisi baik lebih dari 75%, dalam keadaan cukup baik kurang dari 75%, dan dalam keadaan buruk kurang dari 50%. Untuk lamun, persentase dalam keadaan baik lebih dari 60%, dalam keadaan cukup baik kurang 59,9%, dan dalam keadaan buruk kurang dari 29,9%. Selain itu, LIPI melakukan penelitian pada beberapa spesies laut yang dikategorikan terancam punah, seperti hiu, manta, ikan capungan Banggai ( Pterapogon kauderni ), ikan napoleon ( Cheilinus undulatus ), dan teripang. LIPI juga membuat surat rekomendasi untuk penangkapan kuotajenis-jenis biota laut tersebut. “Beberapa waktu lalu, kami sudah membuat surat rekomendasi kuota tangkap hiu lanjaman yang menyatakan bahwa minimal penangkapan hiu lanjaman berukuran dua meter dan berat 50 kilogram. Hal yang sama juga kami lakukan untuk biota laut lainnya,” ujar Dirhamsyah. Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Puji Rahmadi, menyebutkan bahwa berdasarkan riset, perkiraan kasar nilai potensi laut Indonesia sampai Maret 2019 adalah senilai 1.772 triliun rupiah. Angka tersebut sama dengan 93% total pendapatan APBN Indonesia di tahun 2018. Kekayaan kasar yang dimaksud oleh Puji adalah angka yang diambil dari nilai mentah potensi kekayaan Indonesia. Artinya, perhitungan-perhitungan subjektif yang membuat nilai kekayaan tersebut menjadi berbeda-beda di tiap daerah belum turut dihitung. Dari angka 1.772 triliun, 312 triliunnya berasal dari perikanan, 45 triliun dari terumbu karang, 21 triliun dari mangrove , 4 triliun dari lamun, 560 triliun berasal potensi kekayaan pesisir, 400 triliun bioteknologi, 20 triliun wisata bahari, 210 triliun minyak bumi, dan 200 triliun dari transportasi laut. Puji juga mengatakan bahwa penilaian riset potensi kekayaan laut ini belum mutlak karena masih ada beberapa keragaman hayati lain yang perlu diverifikasi nilainya. “Kekayaan laut Indonesia bisa lebih teratur secara administratif dan penegakan hukumnya bisa lebih mudah ditegakkan karena nilai riilnya ada,” tutup Puji. Pusat Penelitian Oseanografi. "Riset dan Konservasi Jadi Kunci Pemanfaatan Potensi Laut Indonesia ". Oseanografi LIPI . Diakses dan diadaptasi pada April 2020.http://www.oseanografi.lipi.go.id/shownews/187 Penulisan yang salah pada paragraf keenam adalah ....

Teks berikut digunakan untuk menjawab soal di bawah ini.


   Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), melalui Pusat Penelitian Oseanografi, mengajak berbagai pihak untuk bergerak bersama mengoptimalkan potensi laut Indonesia. “Riset, termasuk aktivitas dan infrastrukturnya, berperan penting dalam memberikan landasan pengelolaan laut Indonesia secara berkelanjutan,” jelas Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko, dalam kegiatan Media Briefing Hari Bumi di Kapal Riset Baruna Jaya VIII di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta Utara, pada bulan April 2019.

   Pada tahun 2019, LIPI menjadikan kesehatan ekosistem laut sebagai fokus program riset. “LIPI melakukan riset terhadap terumbu karang dan ekosistem terkait. Riset dilakukan pada setidaknya 40 lokasi di perairan Indonesia. Selain itu, ada 17 lokasi yang akan dipantau setelah dilakukannya riset,” ujar Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Dirhamsyah.

   Dirhamsyah mengatakan bahwa dari hasil pemantauan berkala, telah berhasil dikembangkan indeks kesehatan karang. Selain itu, indeks kesehatan untuk mangrove dan lamun juga akan dikembangkan dalam waktu dekat. Dari penelitian yang sudah dilakukan pada tahun 2018, indeks kesehatan terumbu karang berada pada skala 5. Hal itu berarti bahwa terumbu karang berada dalam kondisi potensi pemulihan tinggi, tetapi biomassa ikan karang rendah.

   Pada tahun 2018 pula, LIPI melakukan pemantauan terumbu karang di 13 lokasi dengan luas 7,2 hektare atau setara dengan 2% dari total luas perairan Indonesia. “Keadaan terumbu karang yang tidak baik kurang dari 25%, keadaan cukup baik kurang dari 50%, kondisi baik kurang dari 75%, dan kondisi sangat baik lebih dari 75%,” jelasnya.

   Sementara itu, persentase mangrove yang masih dalam kondisi baik lebih dari 75%, dalam keadaan cukup baik kurang dari 75%, dan dalam keadaan buruk kurang dari 50%. Untuk lamun, persentase dalam keadaan baik lebih dari 60%, dalam keadaan cukup baik kurang 59,9%, dan dalam keadaan buruk kurang dari 29,9%.

   Selain itu, LIPI melakukan penelitian pada beberapa spesies laut yang dikategorikan terancam punah, seperti hiu, manta, ikan capungan Banggai (Pterapogon kauderni), ikan napoleon (Cheilinus undulatus), dan teripang. LIPI juga membuat surat rekomendasi untuk penangkapan kuota jenis-jenis biota laut tersebut. “Beberapa waktu lalu, kami sudah membuat surat rekomendasi kuota tangkap hiu lanjaman yang menyatakan bahwa minimal penangkapan hiu lanjaman berukuran dua meter dan berat 50 kilogram. Hal yang sama juga kami lakukan untuk biota laut lainnya,” ujar Dirhamsyah.

   Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Puji Rahmadi, menyebutkan bahwa berdasarkan riset, perkiraan kasar nilai potensi laut Indonesia sampai Maret 2019 adalah senilai 1.772 triliun rupiah. Angka tersebut sama dengan 93% total pendapatan APBN Indonesia di tahun 2018.

   Kekayaan kasar yang dimaksud oleh Puji adalah angka yang diambil dari nilai mentah potensi kekayaan Indonesia. Artinya, perhitungan-perhitungan subjektif yang membuat nilai kekayaan tersebut menjadi berbeda-beda di tiap daerah belum turut dihitung. Dari angka 1.772 triliun, 312 triliunnya berasal dari perikanan, 45 triliun dari terumbu karang, 21 triliun dari mangrove, 4 triliun dari lamun, 560 triliun berasal potensi kekayaan pesisir, 400 triliun bioteknologi, 20 triliun wisata bahari, 210 triliun minyak bumi, dan 200 triliun dari transportasi laut.

   Puji juga mengatakan bahwa penilaian riset potensi kekayaan laut ini belum mutlak karena masih ada beberapa keragaman hayati lain yang perlu diverifikasi nilainya. “Kekayaan laut Indonesia bisa lebih teratur secara administratif dan penegakan hukumnya bisa lebih mudah ditegakkan karena nilai riilnya ada,” tutup Puji.

Pusat Penelitian Oseanografi. "Riset dan Konservasi Jadi Kunci Pemanfaatan Potensi Laut Indonesia". Oseanografi LIPI. Diakses dan diadaptasi pada April 2020. http://www.oseanografi.lipi.go.id/shownews/187


Penulisan yang salah pada paragraf keenam adalah ....undefined  space 

  1. kilogram space 

  2. hiu lanjaman space 

  3. ikan napoleon space 

  4. Cheilinus undulatus space 

  5. ikan capungan Banggai space 

Iklan

R. Trihandayani

Master Teacher

Jawaban terverifikasi

Jawaban

jawaban yang tepat adalah E.

jawaban yang tepat adalah E.space 

Iklan

Pembahasan

Dalam PUEBI terdapat tiga aturan penulisan, yaitu penulisan huruf, kata, dan tanda baca. Pada paragraf keenam kalimat pertama terdapat kesalahan penulisan huruf, yakni penulisan ikan capungan Banggai . Penulisan ikan capungan Banggai tidak tepat. Kata Banggai dalam frasa ikan capungan Banggai merupakan nama geografi yang telah dijadikan sebagai nama jenis ikan. Dalam PUEBI, huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital. Jadi, penulisan kata Banggai tidak perlu diawali huruf kapital.Dengan demikian, penulisan ikan capungan Banggai yang tepat adalah ikan capungan banggai. Sementara itu, penulisan kata-kata pada pilihan jawaban A, B, C, dan D sudah sesuai dengan kaidah penulisan dalam bahasa Indonesia. Jadi, jawaban yang tepat adalah E.

Dalam PUEBI terdapat tiga aturan penulisan, yaitu penulisan huruf, kata, dan tanda baca. Pada paragraf keenam kalimat pertama terdapat kesalahan penulisan huruf, yakni penulisan ikan capungan Banggai

Penulisan ikan capungan Banggai tidak tepat. Kata Banggai dalam frasa ikan capungan Banggai merupakan nama geografi yang telah dijadikan sebagai nama jenis ikan. Dalam PUEBI, huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital. Jadi, penulisan kata Banggai tidak perlu diawali huruf kapital. Dengan demikian, penulisan ikan capungan Banggai yang tepat adalah ikan capungan banggai.

Sementara itu, penulisan kata-kata pada pilihan jawaban A, B, C, dan D sudah sesuai dengan kaidah penulisan dalam bahasa Indonesia.

Jadi, jawaban yang tepat adalah E.space 

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

19

Iklan

Iklan

Pertanyaan serupa

Teks berikut untuk menjawab soal di bawah ini. Pertimbangkan apakah kata atau kalimat pada setiap nomor bercetak tebal TIDAK PERLU DIPERBAIKI (A) atau diganti dengan pilihan lain yang tersedia (B, C, ...

18

0.0

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia