Pada Mei 1998 di Indonesia banyak sekali terjadi kerusuhan,baik di tingkat lokal maupun nasional. Peiristiwa ini sering juga disebut sebagai kerusuhan Mei 1998. Kerusuhan ini diatarbelakangi adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998, Krisis ekonommi ini diawali dari adanya krisis moneter yang melanda Thailand pada awal Juli 1997, yang mengakibatkan nilai tukar mata uang negara-negara di Asia seperti Malaysia, Filipina, dan juga Indonesia menjadi melelmah. Melemahnya nilai tukar rupiah mengakibatkan naiknya harga bahan-bahan kebutuhan pokok, menaikan harga bbm naik dua kali lipat, dan ribuan usaha bangkrut. Bangkrutnya usaha ini berimbas pada meluasnya pengangguran dan meningkatkan angka kemiskinan akibbat dari terjadinya PHK secara besar-besaran.
Melihat keadaan negara yang semakin tidak menentu. Para Mahasiswa di sejumlah kampus dan daerah melakukan aksi demo. Misalnya, aksi demonstrasi yang dilakukan oleh Mahasiswa Trisakti. Aksi ini merupakan aksi damai yang dilakuakan Mahasiswa Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998, yang nyatanya justru berujung dengan kematian 4 orang Mahasiswa yang biasa kita kenal sebagai Tragedi Trisakti. Selain demonstrasi dari Mahasiswa pada tanggal 13-15 Mei terjadi banyak sekali kerusuhan baik di pusat maupun di daerah. Kerusuhan ini berupa penjarahan besar-besaran baik di toko maupun pusat-pusat perbelanjaan, sweeping rasis terhadap etnis tionghoa, serta pembakaran Mall dan kendaran-kendaran bermotor turut membuat keadaan kemanan di Indonesia pada masa itu semakain tidak terkendali.
Melihat keadaan yang semakin tidak terkendali dan tersebarnya berita kematian yang menimpa 4 mahasiswa Trisakti membuat para mahasiswa semakin geram dan tak dapat dibendung lagi aksinya. Puncaknya Pada 18 Mei 1998 terjadi aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa dari berbagai kampus secara besar-besaran. Mahasiswa terlihat memenuhi dan menduduki gedung DPR/MPR.
Salah satu yang menjadi tuntutan dari mahasiswa adalah adanya Suksesi kepemimpinan nasional, diamana dalam agenda ini Mahasiswa Menuntut Soeharto turun dari jabatanya. Melihat banyaknya kekacauan dan tekanan dari bebrbagai pihak yang memintanya untuk mundur, demi keamanan dan keberlangsungan negara Republik Indonesia. Maka pada tanggal 21 Mei 1998 tepatnya pada pukul 09.00 presiden Soeharto membacakan surat pengunduran dirinya yang berisi:
“saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai presiden RI terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari Kamis, 21 Mei 1998”.
Dengan demikian jawaban yang paling tepat adalah pilihan A berdasarkan dari isi surat pengunduran Soeharto yang dibacakan pada 21 Mei 1998.