Sistem ekonomi gerakan benteng bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional. Program ini dicetuskan oleh Dr. Sumitro Djojohadikusumo, seorang ahli ekonomi Indonesia, yang dituangkan dalam program kerja Kabinet Natsir. Pada dasarnya sistem ekonomi ini bertujuan untuk melindungi para pengusaha dalam negeri dengan cara memberikan bantuan berupa kredit dan bimbingan konkret. Sekitar 700 pengusaha dalam negeri telah mendapat bantuan kredit dari pemerintah. Namun, program ini tidak berjalan dengan baik karena kebiasaan konsumtif yang dimiliki oleh pengusaha dalam negeri. Banyak yang menggunakan dana kredit tersebut untuk memenuhi kepentingan pribadinya.
Sistem ekonomi Ali Baba diprakarsai oleh Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo menteri ekonomi pada masa Kabinet Ali I. Kabinet ini fokus pada kebijakan Indonesia dan mengutamakan kaum pribumi. Kata “Ali” mewakili pengusaha pribumi dan “Baba” mewakili pengusaha Tionghoa. Program ini berisi pemberian kredit dan lisensi pemerintah untuk pengusaha swasta nasional pribumi agar dapat bersaing dengan pengusaha nonpribumi. Namun, program ini gagal karena pengusaha pribumi masih miskin dibandingkan pengusaha nonpribumi.
Gerakan Assaat terjadi pada tahun 1956 didasari oleh kekhawatiran masyarakat Indonesia terhadap dominasi orang-orang keturunan Cina pada bidang perekonomian Indonesia. Hal tersebut membuat para pengusaha berinisiatif untuk membentuk suatu organisasi yang dijadikan sebagai wadah perjuangan yang dinamakan Badan Perjuangan KENSI yang kemudian lebih dikenal dengan Gerakan Assaat. Nama gerakan ini diambil dari nama Mr. Assaat, yakni orang yang dinilai sebagai orang yang memiliki simpati dan kepedulian tinggi terhadap keresahan bangsanya.
Pemerintah mendukung gerakaan Assaat ini dibuktikan dengan pernyataan secara resmi yang dikeluarkan pemerintah tentang pemberian lisensi khusus dari pemerintah untuk para pengusaha pribumi atau warga Indonesia asli.
Namun berakhir gagal karna memicu kebencian dan permusuhan masyarakat pribumi terhadap masyarakat keturunan china
Dengan demikian, selama demokrasi parlementer berbagai program untuk penguatan ekonomi nasional digelar mulai dari program Benteng, sistem Ali-Baba, dan Gerakan Assat. Namun, semua gagal membangkitkan ekonomi nasional karena pengusaha pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar bebas.