Kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia menjadi ancaman bagi kerajaan-kerajaan di Indonesia sehingga memicu perlawanan dari kerajaan-kerajaan di Indonesia terhadap Portugis. Salah satu contoh dari perlawanan rakyat kepada Portugis adalah perlawanan Sultan Baabullah dari Kerajaan Ternate kepada Portugis.
Pada tahun 1512, bangsa Portugis berhasil menemukan kepulauan rempah-rempah, yaitu Maluku. Saat itu, bangsa Portugis yang dipimpin oleh Antonio de Abreau berhasil mendarat di Ternate. Kedatangan Portugis sernula diterima dengan balk oleh rakyat Ternate, bahkan, Sultan Bayanullah (1500-1521) mengizinkan Portugis mendirikan pos dagang di Ternate. Sultan dan rakyat Ternate berharap Portugis dapat menjadi pembeli tetap rempah-rempah dengan harga tinggi. Portugis juga diharapkan dapat membantu Ternate untuk mengalahkan Tidore yang menjadi saingan dalam perdagangan rempah-rempah di Maluku.
Setelah mengetahui Ternate menjadi pusat utama perdagangan rempah-rempah di Maluku, Portugis berniat memonopoli perdagangan rempah-rempah di Ternate. Hal ini membuat Portugis ikut campur dalam urusan pemerintahan di Ternate. Tindakan Portugis tersebut akhirnya memancing kemarahan rakyat Ternate. Pada masa pemerintahan Sultan Hairun (1534-1570), rakyat Ternate bangkit melakukan perlawanan terhadap Portugis. Sultan Hairun mengobarkan perang mengusir Portugis dari Ternate. Perlawanan itu telah mengancam kedudukan Portugis di Maluku. Keberadaan Aceh dan Demak yang terus mengancam kedudukan Portugis di Malaka telah menyebabkan Portugis di Maluku kesulitan mendapat bantuan. Oleh karena itu, Gubernur Portugis di Maluku, Lopez de Mesquita mengajukan perundingan damai kepada Sultan Hairun. Selanjutnya, Lopez de Mesquita mengundang Sultan Hairun ke benteng Sao Paulo. Dengan cara tersebut, Sultan Hairun berhasil ditangkap dan dibunuh oleh Lopez de Mesquita. Peristiwa itu semakin memicu kemarahan rakyat. Bahkan, rakyat seluruh Maluku dapat bersatu melawan Portugis.
Di bawah kepemimpinan Sultan Baabullah (1570-1583) yang merupakan anak dari Sultan Hairun, rakyat menyerang pos-pos perdagangan dan pertahanan Portugis di Maluku. Benteng Sao Paolo dikepung selama lima tahun. Strategi tersebut berhasil mengalahkan Portugis. Pada tahun 1575 Portugis meninggalkan Maluku. Setelah kepergian Portugis, Ternate berkembang menjadi kerajaan Islam terkuat di Maluku. Sultan Baabullah berhasil membawa Ternate mencapai puncak kejayaan. Wilayah kekuasaan Ternate membentang dari Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Timur di bagian barat hingga Kepulauan Marshall di bagian timur, dari Filipina Selatan di bagian utara hingga Kepulauan Kai dan Nusa Tenggara di bagian selatan. Setiap wilayah atau daerah ditempatkan wakil sultan yang disebut sangaji. Sultan Baabullah selanjutnya dijuluki "penguasa 72 pulau". Pulau-pulau tersebut semuanya berpenghuni dan memiliki raja yang tunduk kepada Sultan Baabullah.
Jadi, jawaban yang tepat adalah C.