Iklan

Pertanyaan

Perhatikan kutipan novel berikut! Hari itu, Annabele sibuk belajar menjahit bersama pembantunya di paviliun belakang rumah. Sementara, Jantje berlarian ke sana ke mari sambil membidikkan pistol-pistolan kayunya ke segala arah. Beberapa jongos ikut bermain menemaninya, berpura-pura kesakitan karena terkena tembakan pistol Jantje. Beberapa hari ini kondisi rumah keluarga Janshen mulai membaik, meski memang tak seramai biasanya. Jantje juga mulai berhenti menanyakankeberadaan anggota keluarganya yang lain, mulai terbiasa melakukan segalanya hanya bersama Annabele. Anna sibuk menjahit kemeja-kemeja kecil berwarna merah muda untuk Jantje. Dia sengaja membeli mesin jahit, menggunakan sedikit uang titipan papanya. Dia ingin mewujudkan keinginan adik bungsunya untuk memakai kemeja berwarna merah muda. Mungkin orang lain akan menganggap seorang anak laki-laki yang memakai kemeja merah muda aneh, tapi dia tak peduli. Baginya tak masalah, selama Jantje memang benar-benar menyukainya. “Janshen! Bajunya sudah jadi!" teriaknya pada sang adik. Anna sudah mulai terbiasa memanggil Jantje dengan nama Janshen seperti keinginan adiknya. Si kecil melompat-lompat menuju kakaknya, wajahnya berseri-seri saat Annabele memperlihatkan kemeja berwarna merah muda yang dia idam-idamkan. “Wow, Anna! Bagus sekali! Aku ingin memakainya!" teriaknya. Dia merebut baju itu dari tangan Anna dan meminta pengasuh untuk memakaikannya. Jantje terus tersenyum selama memakai kemeja baru buatan kakaknya. Dia merasa bangga dan sangat bahagia. "Terima kasih, Anna. Aku senang sekali!" Bertubi-tubi dia meinciumi pipi sang kakak. Semua pegawai di sekeliling mereka tersenyum melihat pemandangan itu. Lambat laun, mereka juga mulai terbiasa akan ketidakhadiran tuan, nyonya, dan dua nona di rumah Janshen. Kini Annabele disibukkan oleh berbagai rutinitas baru. Seperti yang Garrelt amanatkan padanya, gadis itu memantau toko dan para karyawannya. Dia juga kini bertugas menggaji para pekerja. Syukurlah Annabele sangat cerdas. Tanpa kendala berarti, dia bisa menguasai pekerjaan-pekerjaan barunya dengan cepat. Para pegawai yang bekerja untuk keluarganya pun sangat menghargai si nona muda. Mereka kagum karena kepintaran dan kebaikan Tuan Garrelt benar-benar diwarisi oleh Annabele Janshen. Dalam melakukan tugas-tugasnya, Annabele tak pernah absen mengajak Jantje. Dia kerap menggendong Jantje jika sang adik mulai protes karena keleahan. Tapi, mereka berdua selalu bersemangat dan saling menguatkan. Lucunya, Jantje bersikap seolah dialah bos yang sebenarnya, berlagak seperti sang papa saat berhadapan dengan para pegawai. Orang-orang biasanya tertawa melihat tingkah laku si tuan yang lucu. Terkadang anak itu masih menanyakan perihal anggota keluarganya yang lain. Saat melihat bunga-bunga yang indah, dia selalu bilang teringat Mama, karena Martha memang sangat menyukai bunga dan tanaman-tanaman hijau. Jika melihat anak perempuan berseragam sekolah, dia berkata teringat Reina, yang menurutnya lebih pantas memakai seragam sekolah ketimbang Annabele. Jika melintasi rumah dokter, dia teringat pada Lizbeth yang sering dia temani berobat ke rumah itu. Semua itu selalu dia ungkapkan pada Anna. Dan Anna selalu menjawab atau menanggapi pernyataan-pernyataan Jantje dengan bijaksana, sekaligus membuat anak itu tenang. Sesekali, Robbert Grunigen datang ke rumah keluarga Janshen, bermain mememani si kecil. Kedatangannya tanpa alasan. Dia ingin tahu, apakah ada kabar dari Netherland tentang kondisi kesehatan Reina? Namun, nihil, karena bahkan Anna pun belum mendapat kabar apa-apa dari mereka semua. Tapi, itu tak lantas membuat Robbert malas untuk tetap berkunjung. Lama-lama dia datang untuk menemani Jantje, karena dia paham, berat menjadi seorang Jantje yang masih kecil tapi harus ditinggal jauh oleh orang tuanya, tanpa tahu apa-apa. ''Kasihan anak itu ..." dalam hati ia berucap. Lain halnya dengan Satirah. Dia memang sempat datang suatu malam, mengetuk pintu rumah keluarga Jarnhen dengan tergesa gesa. Kebetulan, saat itu Anna yang membukakan pintu. Satirah datang mengenakan kerudung putih. Dia berkata baru pulang mengaji di surau. Satirah membawakan beberapa buku cerita untuk Janshen, juga beberapa buku pelajaran untuk Annabele. Dia bilang, buku-buku itu merupakan miliknya sendiri. Dia sengaja memberikannya pada Anna dan Jantje agar mereka berdua punya kegiatan untuk menghibur diri. Satirah tak berlama-lama, dia terus-terusan menoleh ke belakang bagaikan ada orang yang sedang membuntutinya. Belum sempat Annabele bertanya, anak itu langsung permisi pulang. Dia berkata, sewaktu-waktu akan kembali, menengok Annabele dan Jantje. Dikutip dari: Risa Saraswati, Janshen , Jakarta, Bukune Kreatif Cipta, 2017 Tentukan penokohan, latar, dan sudut pandang kutipan novel tersebut!

Perhatikan kutipan novel berikut!


    Hari itu, Annabele sibuk belajar menjahit bersama pembantunya di paviliun belakang rumah. Sementara, Jantje berlarian ke sana ke mari sambil membidikkan pistol-pistolan kayunya ke segala arah. Beberapa jongos ikut bermain menemaninya, berpura-pura kesakitan karena terkena tembakan pistol Jantje.
    Beberapa hari ini kondisi rumah keluarga Janshen mulai membaik, meski memang tak seramai biasanya. Jantje juga mulai berhenti menanyakan keberadaan anggota keluarganya yang lain, mulai terbiasa melakukan segalanya hanya bersama Annabele.
    Anna sibuk menjahit kemeja-kemeja kecil berwarna merah muda untuk Jantje. Dia sengaja membeli mesin jahit, menggunakan sedikit uang titipan papanya. Dia ingin mewujudkan keinginan adik bungsunya untuk memakai kemeja berwarna merah muda. Mungkin orang lain akan menganggap seorang anak laki-laki yang memakai kemeja merah muda aneh, tapi dia tak peduli. Baginya tak masalah, selama Jantje memang benar-benar menyukainya.
    “Janshen! Bajunya sudah jadi!" teriaknya pada sang adik. Anna sudah mulai terbiasa memanggil Jantje dengan nama Janshen seperti keinginan adiknya.
    Si kecil melompat-lompat menuju kakaknya, wajahnya berseri-seri saat Annabele memperlihatkan kemeja berwarna merah muda yang dia idam-idamkan. “Wow, Anna! Bagus sekali! Aku ingin memakainya!" teriaknya. Dia merebut baju itu dari tangan Anna dan meminta pengasuh untuk memakaikannya.
    Jantje terus tersenyum selama memakai kemeja baru buatan kakaknya. Dia merasa bangga dan sangat bahagia. "Terima kasih, Anna. Aku senang sekali!" Bertubi-tubi dia meinciumi pipi sang kakak.
    Semua pegawai di sekeliling mereka tersenyum melihat pemandangan itu. Lambat laun, mereka juga mulai terbiasa akan ketidakhadiran tuan, nyonya, dan dua nona di rumah Janshen.
    Kini Annabele disibukkan oleh berbagai rutinitas baru. Seperti yang Garrelt amanatkan padanya, gadis itu memantau toko dan para karyawannya. Dia juga kini bertugas menggaji para pekerja. Syukurlah Annabele sangat cerdas. Tanpa kendala berarti, dia bisa menguasai pekerjaan-pekerjaan barunya dengan cepat. Para pegawai yang bekerja untuk keluarganya pun sangat menghargai si nona muda. Mereka kagum karena kepintaran dan kebaikan Tuan Garrelt benar-benar diwarisi oleh Annabele Janshen.
    Dalam melakukan tugas-tugasnya, Annabele tak pernah absen mengajak Jantje. Dia kerap menggendong Jantje jika sang adik mulai protes karena keleahan. Tapi, mereka berdua selalu bersemangat dan saling menguatkan.
    Lucunya, Jantje bersikap seolah dialah bos yang sebenarnya, berlagak seperti sang papa saat berhadapan dengan para pegawai. Orang-orang biasanya tertawa melihat tingkah laku si tuan yang lucu.
    Terkadang anak itu masih menanyakan perihal anggota keluarganya yang lain. Saat melihat bunga-bunga yang indah, dia selalu bilang teringat Mama, karena Martha memang sangat menyukai bunga dan tanaman-tanaman hijau. Jika melihat anak perempuan berseragam sekolah, dia berkata teringat Reina, yang menurutnya lebih pantas memakai seragam sekolah ketimbang Annabele. Jika melintasi rumah dokter, dia teringat pada Lizbeth yang sering dia temani berobat ke rumah itu. Semua itu selalu dia ungkapkan pada Anna. Dan Anna selalu menjawab atau menanggapi pernyataan-pernyataan Jantje dengan bijaksana, sekaligus membuat anak itu tenang.
    Sesekali, Robbert Grunigen datang ke rumah keluarga Janshen, bermain mememani si kecil. Kedatangannya tanpa alasan. Dia ingin tahu, apakah ada kabar dari Netherland tentang kondisi kesehatan Reina? Namun, nihil, karena bahkan Anna pun belum mendapat kabar apa-apa dari mereka semua. Tapi, itu tak lantas membuat Robbert malas untuk tetap berkunjung. Lama-lama dia datang untuk menemani Jantje, karena dia paham, berat menjadi seorang Jantje yang masih kecil tapi harus ditinggal jauh oleh orang tuanya, tanpa tahu apa-apa. ''Kasihan anak itu ..." dalam hati ia berucap.
    Lain halnya dengan Satirah. Dia memang sempat datang suatu malam, mengetuk pintu rumah keluarga Jarnhen dengan tergesa gesa. Kebetulan, saat itu Anna yang membukakan pintu. Satirah datang mengenakan kerudung putih. Dia berkata baru pulang mengaji di surau. Satirah membawakan beberapa buku cerita untuk Janshen, juga beberapa buku pelajaran untuk Annabele. Dia bilang, buku-buku itu merupakan miliknya sendiri. Dia sengaja memberikannya pada Anna dan Jantje agar mereka berdua punya kegiatan untuk menghibur diri.
    Satirah tak berlama-lama, dia terus-terusan menoleh ke belakang bagaikan ada orang yang sedang membuntutinya. Belum sempat Annabele bertanya, anak itu langsung permisi pulang. Dia berkata, sewaktu-waktu akan kembali, menengok Annabele dan Jantje.

Dikutip dari: Risa Saraswati, Janshen, Jakarta, Bukune Kreatif Cipta, 2017


Tentukan penokohan, latar, dan sudut pandang kutipan novel tersebut! 

Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb

Habis dalam

02

:

18

:

04

:

36

Klaim

Iklan

A. Acfreelance

Master Teacher

Jawaban terverifikasi

Pembahasan

Penokohan: Annabelle: peduli, penyayang, cerdas Jantje: mandiri Latar:di paviliun belakang rumah: "Hari itu, Annabele sibuk belajar menjahit bersama pembantunya di paviliun belakang rumah. Sudut pandang: orang ketiga serba tahu

Penokohan:

  1. Annabelle: peduli, penyayang, cerdas
  2. Jantje: mandiri

Latar: di paviliun belakang rumah: "Hari itu, Annabele sibuk belajar menjahit bersama pembantunya di paviliun belakang rumah.

Sudut pandang: orang ketiga serba tahu undefined

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

24

Arvhico Nasution

Jawaban tidak sesuai Pembahasan tidak lengkap

Iklan

Pertanyaan serupa

Pagi hari buruh Kasan Ngali dikejutkan: papan nama Bank Kredit tergeletak di tanah.. Mereka mengerumuni, membiarkan papan nama itu terbujur. Majikan harus diberi tahu. Mereka mulai menerka-nerka siapa...

26

3.6

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia