Iklan
Iklan
Pertanyaan
Perhatikan kutipan cerpen berikut!
Aku segera masuk ke gubuk itu. Dinding-dindingnya sudah berlubang di sana-sini. Lantainya terbuat dari tanah yang keras, beratap seng, tanpa plafon. Di ruangan itu aku melihat beberapa barang bekas teronggok di sudut. Ada kursi tamu yang sudah mengelupas lapisan plastiknya. Mungkin bapak ini menemukannya di tempat pembuangan sampah.
Aku segera duduk di kursi itu. "Tidak usah repot-repot, Pak. Saya tidak lama kok. Saya mau pamit dulu."
"Sabar dulu, Nak. Tidak baik menolak rezeki. Ini makanannya sudah siap."
Aku melihat ibu tua itu menyajikan makanan di lantai yang dialasi tikar penuh tambalan. Seketika itu juga ketiga anak kecil itu duduk di tikar. Aku dan lelaki penarik gerubak menyusul.
Hidangan yang tersedia sangat sederhana. Hanya nasi putih dan beberapa kerupuk. Aku miris melihatnya. Tampak ketiga anak tersebut berebutan ingin mengambil nasi terlebih dahulu. Mereka terlihat lapar sekali.
"Anak-anak, sabar dulu. Kita berdoa. Malu sama Om ini kalau kalian berebutan seperti itu," tegurnya.
Peristiwa yang terjadi di rumah itu jalin-menjalin dan terekam di memoriku. Lelaki tua itu memimpin doa, lalu memberikan kado kepada istrinya, dan mereka pun makan bersama.
Dikutip dari: Eko Ari Prabowo, "Kado Terindah" dalam Cerita Para Perambah: Kelas Cerpen KOMPAS 2016, Jakarta, KOMPAS, 2017
Nilai kehidupan dalam kutipan cerpen tersebut adalah ....
moral dan agama
moral dan budaya
agama dan sosial
agama dan budaya
sosial dan budaya
Iklan
R. Trihandayani
Master Teacher
1rb+
4.2 (5 rating)
Iklan
Iklan
RUANGGURU HQ
Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860
Produk Ruangguru
Bantuan & Panduan
Hubungi Kami
©2023 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia