Andi Azis dilahirkan di Simpangbinanga, Kabupaten Barru Sulawesi Selatan tanggal 19 September 1924. Ia memiliki pandangan federalis dan bukan unitaris. Menurut pendapatnya ide membubarkan negara-negara federal, termasuk NIT yang dicintai adalah tidak tepat, tetapi kesatuan Indonesia dapat dicapai secara perlahan-lahan. Motif dari adanya peristiwa andi aziz ini sebenarnya berpangkal pada rencana pengiriman tambahan pasukan APRIS dari Jawa ke Makassar. Sebagaimana diketahui, Sulawesi Selatan merupakan daerah pemusatan pasukan KNIL. Oleh pasukan KNIL setempat, terutama Andi Azis dengan kedatangan tambahan pasukan ditolak dengan alasan toh mereka atau KNIL ini juga sudah TNI, lalu untuk apa didatangkan TNI dari Jawa atau APRIS.
Kemudian pada tanggal 5 April 1950, Andi Azis mengadakan gerakan untuk melumpuhkan kekuatan bersenjata APRIS. Andi Azis disertai kompinya dan dibantu kurang lebih 1300 orang KNIL praktis telah menguasai Kota Makassar. Sasaran gerakan Andi Azis adalah; 1) menduduki semua stasion radio dan telekomunikasi; 2) menduduki lapangan terbang Mandai; 3) memblokade pelabuhan Makassar dan memasang meriam-meriam di pantai, kemudian mengancam kapal yang ditumpangi Batalyon Worang akan ditembak jika berani merapat di pelabuhan; 4) Menyerang staf` Kwartier KMTIT dan Mess perwira Tinggi yang merupakan tempat tinggal Letkol A.J. Mokoginta dan menawannya beserta beberapa stafnya.
Dengan aksi andi Azis, maka batalyon Worang mendapat perintah dari markas besar APRIS agar jangan mendarat, sehingga dengan demikian Andi Azis berhasil menghalang-halangi pendaratan APRIS di Makassar. Selanjutnya Andi Azis dengan perantara pers menyatakan keinginannya sebagai berikut: 1. NIT harus dipertahankan, 2. Pasukan KNIL yang sudah masuk APRIS saja yang bertanggungjawab atas keamanan NIT, apabila kurang akan ditambah dengan pasukan APRIS dari TNI, 3. Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Hatta supaya tidak akan bertindak NIT dibubarkan dengan kekerasan. Pemerintah RIS melalui telegram lewat presiden NIT, Sukowati, yang isinya menyebutkan kalau Andi Azis cepat menghadap ke Jakarta ia tidak akan ditahan tapi akan diselesaikan sebaik-baiknya. Andi Azis membalas surat kepada presiden Sukowati untuk meminta waktu mengenai pemanggilan itu. Akhirnya Andi Azis diberi ultimatum menyerahkan diri selama 4x24 jam kepada Andi Azis, sejak tanggal 9 April 1950.
Kemudian tepat pada tanggal 13 April 1950 Andi Azis menyerahkan diri demikian juga pistolnya, kemudian meminta jaminan kebebasan sesuai dengan telegram tersebut. Namun kenyataannya tidak demikian membuat Andi Azis kecewa dan sakit hati, karena kemudian ia ditangkap dan di penjara. Dari pihak Kementrian menganggap ia telah melewati batas waktu yang ditentukan, karena menyerahkan diri sesudah pidato Bung Karno, jadi telah melewati batas waktu yang ditentukan.
Dengan demikian poin-poin yang menggambarkan jalannya pemberontakan andi aziz hanya poin nomor 1 dan 4 saja yaa teman-teman.