Diketahui bahwa Kerajaan Kediri berdiri pada tahun 1042-1222 M. Dalam perkembangannya, kerajaan Kediri berhasil mencapai puncak Kejayaannya pada masa pemerintahan Jayabaya (1130-1160). pada masa pemerintahannya, raja Jayabaya berhasil mengembangkan kerajaan sebagai negara agraris serta mengembangkan kerajaan dalam bidang maritim. Setelah Raja Jayabaya turun takhta, Kerajaan Kediri mulai mengalami kemunduran tepatnya pada masa Kertajaya (Prabu Dandan Gendis) (1200-1222). Pada masa pemerintahnnya, situasi Kediri penuh ketidakstabilan. Pokok permasalahannya adalah perselisihan dengan para Brahmana.
Pada akhir pemerintahannya tersebut, Kertajaya menyatakan ingin disembah oleh para pendeta Hindu dan Buddha. Keinginan itu ditolak, meskipun Kertajaya pamer kesaktian dengan duduk di atas sebatang tombak yang berdiri tetapi permintaan itu tetap di tolak hingga membuat Kertajaya murka. Merasa terancam, para pendeta itu mencari perlindungan kepada Ken Arok, akuwu (setara Bupati) Tumapel sekaligus bawahan Kediri. Dengan dukungan para brahmana, Ken Arok menyatakan Tumapel yang merupakan bagian dari Kediri sebagai kerajaan yang merdeka dengan dirinya sebagai raja. Kertajaya pun memaklumatkan perang. Dalam perang antara Tumapel dan Kediri di dekat Desa Ganter tahun 1222 itu Kediri mengalami kekalahan dan Kertajaya dinyatakan tewas. Sejak tahun 1222, Kediri menjadi bawahan Tumapel. Menurut Negarakertagama, putra Kertajaya bernama Jayasbha diangkat Ken Arok sebagai bupati Kediri. Tahun 1258, Jayasabha digantikan oleh putranya, Sastarajaya. Lalu tahhun 1271, Sastrajaya digantikan putranya bernama Jayakatwang. Pada tahun 1292, Jayakatwang memberontak dan mengakhiri riwayat Tumapel.
Dengan demikian, pangkal keruntuhan kerajaan Kediri adalah adanya konflik dengan para Brahmana pada masa pemerintahan Kertajaya.