Jepang memulai keterlibatannya di Perang Dunia II dengan serangan ke Pearl Harbor di Hawaii pada tanggal 27 November 1941. Pada saat bersamaan, Jepang menyerang wilayah Asia Teggara yang merupakan wilayah jajahan negara-negara Barat yang menjadi musuh Jepang dalam Perang Dunia II. Jepang bertujuan menguasai wilayah ini ini untuk menguasai sumber daya alam yang penting bagi upaya perang Jepang.
Awalnya, Jepang berhasil merebut wilayah ini dengan cepat, dengan menguasai Hong Kong (25 Desember 1941), Singapura dan Malaya (15 Februari 1942), Filipina (22 Desember 1941), Hindia Belanda atau Indonesia (8 Maret 1942), dan Burma (20 Mei 1942). Namun, perlahan Amerika Serikat dan Sekutu berhasil membalikkan keadaan. Kemenangan Amerika Serikat dalam pertempuran laut di Pulau Midway pada 4-6 Juni 1942 menyebabkan hancurnya sejumlah besar kapal induk dan pesawat Jepang. Kemudian dalam pertempuran Guadalcanal pada 7 Agustus 1942 - 9 Februari 1943, Jepang kehilangan kekuasaannya atas pulau-pulau di Samudera Pasifik.
Melihat kondisi terdesak ini, pemerintah Jepang mulai menjanjikan kemerdekaan pada wilayah jajahannya. Pada 5-6 November 1943, Jepang mengadakan konferensi Asia Timur Raya untuk menunjukkan bahwa Jepang akan memberi kemerdekaan pada negara-negara Burma (Myanmar), Manchukuo, Filipina, dan lainya. DI Indonesia sendiri, janji kemerdekaan diberikan pada tanggal 9 September 1944, Perdana Menteri Kuniaki Koiso. Kemudian Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Maret 1945.
Dengan demikian alasan Perdana Menteri Jepang Kuniaki Koiso, memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia adalah untuk mendapat dukungan dari negara Indonesia yang dijajah Jepang tersebut, karena saat itu Jepang sudah mulai kalah dalam Perang Dunia II dari Sekutu.