Pertanyaan

OKI (Organisasi Konferensi Islam) dianggap belum mampu menjadi kekuatan yang diperhitungkan dalam politik internasional karena....

OKI terpisah perannya dari PBB
dominasi kekuatan negara-negara Barat
negara-negara Islam masih belum solid bersatu
sikap pasif OKI terhadap persoalan negara-negara Islam
OKI bergantung pada dukungan finansial negara-negara Arab

A. NIZAR

Master Teacher

Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Surabaya

Jawaban terverifikasi

Pembahasan

OKI merupakan singkatan dari Organisasi Konferensi Islam yang berdiri pada tanggal 25 September 1969 di Rabat, Maroko. OKI didirikan setelah para pemimpin sejumlah negara Islam mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Islam seperti Raja Faisal dari Arab Saudi dan Raja Hasan II dari Maroko. Organisasi Konferensi Islam ini kemudian berubah nama menjadi Organisasi Kerja Sama Islam pada 28 Juni 2011. OKI dalam perkembangannya seringkali dianggap hanya mewakili kepentingan negara-negara Arab yang kaya (yang notabene condong pro-Barat). Hal itu karena dari sisi finansial OKI memang sangat bergantung pada negara-negara Arab. Kondisi tersebut membuat OKI lebih sering terlihat bersikap pasif terhadap persoalan-persolan yang dihadapi negara-negara Islam, seperti kasus Bosnia, Kashmir, Palestina, dan Chechnya. Hal itu menyebabkan OKI belum mampu menjadi salah satu kekuatan yang diperhitungkan dalam politik internasional.

OKI merupakan singkatan dari Organisasi Konferensi Islam yang berdiri pada tanggal 25 September 1969 di Rabat, Maroko. OKI didirikan setelah para pemimpin sejumlah negara Islam mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Islam seperti Raja Faisal dari Arab Saudi dan Raja Hasan II dari Maroko. Organisasi Konferensi Islam ini kemudian berubah nama menjadi Organisasi Kerja Sama Islam pada 28 Juni 2011. OKI dalam perkembangannya seringkali dianggap hanya mewakili kepentingan negara-negara Arab yang kaya (yang notabene condong pro-Barat). Hal itu karena dari sisi finansial OKI memang sangat bergantung pada negara-negara Arab. Kondisi tersebut membuat OKI lebih sering terlihat bersikap pasif terhadap persoalan-persolan yang dihadapi negara-negara Islam, seperti kasus Bosnia, Kashmir, Palestina, dan Chechnya. Hal itu menyebabkan OKI belum mampu menjadi salah satu kekuatan yang diperhitungkan dalam politik internasional.