Iklan
Pertanyaan
Memilih yang Lebih Baik
oleh M. Arman AZ
Andi merasa senang sekali. Kemarin, Paman Gunawan membelikannya dua ekor burung pipit. Paman Gunawan membelikan burung itu karena Andi selalu ramah dan bertingkah laku sopan kepada siapa saja. Kebetulan beberapa hari lalu, paman Gunawan datang dari luar kota dan menginap di rumah orangtua Andi. Paman Gunawan berjanji setelah urusan dinasnya selesai, dia akan mengajak Andi dan Lala membeli apa saja yang diinginkan mereka.
Andi dan Lala adalah kakak beradik. Keduanya senang sekali kalau paman Gunawan datang ke rumah mereka. Paman Gunawan pasti akan membawakan oleh atau mengajak Andi dan Lala bertamasya. Kemarin, ketika Paman Gunawan menawarkan hadiah kepada Andi dan Lala, Andi langsung saja memilih untuk dibelikan burung pipit. Sudah sejak lama Andi ingin memelihara binatang, maka burung pipitlah yang dipilih Andi untuk dipeliharanya.
Lala sendiri memutuskan untuk tidak membeli apa-apa. Uang yang diberikan Paman Gunawan malah disimpan di celengan ayamnya. "Kan, uang itu bisa Lala pakai kalau ada keperluan mendadak." Alasan Lala ketika Papa dan Mama menanyakan kepada Lala, mengapa tidak membeli boneka untuk menambah koleksi di kamamya. Papa dan Mama hanya tersenyum saja mendengar alasan Lala.
Selama seminggu pertama, Andi begitu gembira memelihara dua ekor pipitnya. Kandang burung itu diletakkan di samping kamarnya, dekat kolam ikan. Burung pipit itu selalu diberi makan dan minum. Andi pun selalu rajin membersihkan kotorannya. Semua itu dikerjakan Andi setiap pagi sebelum berahgkat ke sekolah dan sore sebelum dia pergi mandi.
Akan tetapi, dua minggu kemudian Andi mulai malas-malasan mengurus burung pipitnya. Kedua burung-ltu hanya diberi makan dan minum saja. ltu pun jika Andi ingat. Tak heran kalau kotoran burung pipit itu akhirnya menumpuk. Papa dan mamanya sudah sering menyuruh Andi untuk mengurus burung itu, tetapi Andi tetap saja malas mengurusnya.
Hingga pada suatu hari, seekor burung pipit Andi tergeletak mati di dalam sangkarnya. "Kasihan burung pipit itu, Andi," kata Mama.
Andi hanya terdiam. Ada rasa menyesal di hatinya karena tidak mengurus burung pipitnya. Sementara itu, Papa dan Lala sibuk mengubur burung itu di pojok taman.
"Kak Andi berdosa membiarkan DGrung itu hingga mati," kata Lala selesai mengubur burung pipit itu. Papa tersenyum, lalu mengajak Andi duduk di dekat gundukan tanah tempat burung pipit yang baru saja dikubur itu. Andi masih diam saja.
"Lihat, Andi ... " kata Papa, "Burung pipit itu mati karena kamu tidak memeliharanya dengan baik, tidak kamu beri makan dan minum dengan baik. Bayangkan saja jika kamu tidak diberi makan dan minum dengan baik."
Andi menunduk malu sambil memegang kandang burung. Papa menunjuk burung pipit yang masih hidup.
"Lihat burung itu. Dia melompat ke sana kemari karena kebebasannya terganggu. Dia tidak bisa menikmati alamnya dengan bebas. Bukankah di sekolah kamu sudah diajarkan untuk mencintai sesama mahluk ciptaan Tuhan?"
"Tapi, Andi ingin memelihara burung pipit ini," jelas Andi.
"ltu bagus, tetapi lihat akibatnya. Seekor burung sudah mati. Seharusnya sekarang dia terbang di angkasa- menikmati kebebasan. Kita malah memenjarakannya di kandang ini. Padahal, dia juga berhak menikmati hidupnya seperti kita."
Sambil menuntun Lala, Mama mendekati Andi, lalu berkata, "Paman Gun bermaksud baik menawarkan Andi dan Lala hadiah. Mestinya, kita bisa memilih mana yang lebih baik. Contohnya Lala, uang pemberian Paman Gun disimpannya dalam celengan. Lala tidak merugikan siapa-siapa. Uang itu bisa digunakan Lala jika dia ingin membeli sesuatu.
Mata Andi menatapi seekor burung pipit di dalam sangkarnya.
"Nah, Andi," kata Papa lagi, "kematian burung itu harus Andi jadikan pelajaran. Andi tidak boleh menyiksa sesama makhluk ciptaan Tuhan. Andi juga harus bisa memilih mana yang lebih baik jika Andi diberikan pilihan."
Andi memandang kedua orangtuanya bergantian. "Kalau begitu, burung pipit dalam sangkar ini akan Andi lepas saja, ya? Dia harus menikmati hidupnya di alam bebas. Bukan di dalam sangkar ini."
"Andi rugi dong ... " ledek Mama.
"Tidak," jawab Andi cepat. "Andi tidak rugi. Burung ini juga berhak menikmati hidupnya. Lain kali Andi akan berpikir dulu sebelum membuat keputusan."
Papa dan Mama tersenyum. Kemudian, Andi meraih burung pipit yang masih hidup itu. la menggenggam dan memandanginya untuk beberapa saat, lalu Andi melepaskan burung pipit itu ke angkasa. Burung itu terbang meliuk-liuk di langit yang cerah.
Andi, Papa, dan Mama gembira melihat burung pipit itu terbang bebas diangkasa. Burung pipit itu tengah menikmati kebebasannya.
Di manakah latar cerita itu berlangsung?
Ikuti Tryout SNBT & Menangkan E-Wallet 100rb
Habis dalam
00
:
11
:
22
:
19
Iklan
N. Puspita
Master Teacher
5
4.6 (3 rating)
Iklan
RUANGGURU HQ
Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860
Produk Ruangguru
Bantuan & Panduan
Hubungi Kami
©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia