Salah satu wadah perjuangan pertama yang berwujud partai politik dan berlandaskan pada ideoloogi nasionalisme adalah Indische Partij yang berdiri pada tahun 1912. Kata "indische" digunakan karena pada saat itu kata Indonesia belum lazim digunakan dalam dunia pergerakan. Meskipun menggunakan kata "indische", namun nasionalisme yang diusung oleh Indische Partij adalah sama dengan gagasan tentang naisonalisme Indonesia.
Tiga tokoh utama dari Indische Partij adalah Douwes Dekker atau yang kemudian terkenal sebagai Danudirjo Setiabudi, Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat. Ideologi dari Indische Partij adalah jelas, yaitu nasionalisme dengan tujuan mencapai kemerdekaan tanah air Hindia dari pemerintah kolonial.
Peristiwa menentukan dalam perjalanan Indische Partij adalah pembentukan “Komite Bumiputera” untuk menanggapi perayaan kemerdekaan Belanda dari penjajahan Perancis yang ke-100 pada tahun 1913. Komite ini dipimpin oleh Suwardi Suryaningrat. Ia pada saat itu juga mengkritik perayaan kemerdekaan belanda tersebut dalam sebuah artikel yang berjudul “Als Ik een Nederlander was”. Tujuan dari pembentukan “Komite Bumipuetra” adalah memperjuangkan kebebasan berpendapat dan adanya majelis permusyawaratan yang menyuarakan kepentingan rakyat Hindia. Pemerintah kolonial menganggap kegiatan Komite Hindia sebagai berbahaya. Akibatnya tidak hanya Suwardi Suryaningrat yang ditangkap, tetapi juga Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo. Ketiganya kemudian dijatuhi hukuman buangan dan mereka memilih untuk dibuang ke negeri Belanda.
Dengan demikian, pemerintah Hindia Belanda tidak mau mengakui lndische Partij sebagai partai politik dan mengasingkan ketiga pemimpinnya ke Negeri Belanda karena lndicshe Partij memperkenalkan nasionalisme dan menuntut kemerdekaan Indonesia.
Sehingga, jawaban yang tepat adalah A.