Pantun merupakan salah satu bentuk puisi rakyat yang masih terikat dengan beberapa peraturan. Pantun memiliki ciri khas atau struktur, antara lain:
- Pantun terdiri atas empat baris atau larik
- Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi
- Satu larik pantun biasanya terdiri atas 8-12 suku kata
- Bersajak a-b-a-b atau a-a-a-a
- Pantun sering menggunakan konjungsi, misalnya konjungsi kalau dan jika untuk menunjukkan hubungan syarat; konjungsi karena untuk menunjukkan hubungan sebab akibat.
Pantun di atas hanya tersedia dua baris, yaitu baris pertama bagian sampiran dan baris keempat bagian isi dengan sajak atau bunyi akhir baris pertama -an dan bunyi akhir baris keempat -ah.
Berdasarkan ilustrasi pada soal, pantun di atas mengandung pesan untuk untuk tidak berputus asa dalam berusaha. Oleh karena itu, pada bagian isi harus memuat pesan tersebut. Pada soal sudah tersedia satu baris isi: Kepalkan tangan pantang menyerah
Untuk melengkapi bagian isi tersebut, dapat dibuat dengan memperhatikan bunyi akhir pada baris pertama. Bagian sampiran yang sesuai: Meskipun dihadang berbagai rintangan. Bagian tersebut memiliki bunyi akhir yang sama dengan baris pertama pada sampiran, yaitu -an.
Selanjutnya, untuk melengkapi sampiran pada baris kedua, dapat mengikuti bunyi akhir pada baris keempat, yaitu menggunakan bunyi akhir -ah. Bagian sampiran yang sesuai: Dahan basah membuat kelesah.
Berdasarkan penjelasan tersebut, pantun di atas dapat ditulis secara lengkap sebagai berikut:
Hujan turun membasahi dahan (a)
Dahan basah membuat kelesah (b)
Meskipun dihadang berbagai rintangan (a)
Kepalkan tangan pantang menyerah (b)
Dengan demikian, pantun di atas bisa dilengkapi dengan sampiran Dahan basah membuat kelesah. Meskipun dihadang berbagai rintangan.