Iklan

Iklan

Pertanyaan

Kutipan novel berikut untuk soal nomor 1-3 Meskipun budi nyonya itu tidak kasar, tetapi di dalam sesuatu hal terasa oleh Hanafi, bahwa ia di dalam rumah itu diterima orang dengan setengah hati saja, seolah-olah mengawani orang yang tidak takut. Meskipun sudah tiga bulan ia diam di sana, tapi yang boleh dikatakan tempat kediamannya hanyalah kamar di muka tempat ketidurannya saja. Jika ia hendak ke belakang atau ke kamar mandi, terpaksalah ia turun ke tanah berjalan keliling rumah, karena dari budi nyonya rumah. nyata kepadanya, bahwa ia masuk ke dalam rumah hanya diizinkan pada waktu makan saja. Belum pernah ia diperkenankan dengan seseorang tamu yang datang mengunjungi tuan dan nyonya rumah itu. la sendiri tidak pernah didatangi orang, jadi sepanjang waktu, sepulang dari kantor duduklah ia termenung-menung di dalam kamarnya atau berbaringlah ia di atas tempat tidurnya, mencoba membaca sesuatu buku cerita yang belum pernah tamat dibacanya. Jika tuan dan nyonya rumah duduk- duduk santai menghadapi meja teh di bawah pohon kayu di halaman belakang, ingin benarkah Hanafi akan duduk beserta dan turut bersenda gurau. Meskipun sudah dua tiga kali ia meminta kepada jongos supaya cangkir teh bagiannya disediakan saja di belakang, jongos itu seolah-olah tidak mengindahkan kehendaknya. Karena setiap ia keluar kamarnya, setelah bersalin sehabis mandi petang hari, maka kelihatanlah teko dan cangkir teh terletak di atas meja muka. Lalu insaflah Hanafi, bahwa jongos itu tidak lain hanya semata-mata menurut perintah dari nyonya tuannya saja. Dikutip dari: Abdoel Moeis, Salah Asuhan, Jakarta, Balai Pustaka, 2010 Amanat yang tertuang dalam kutipan novel tersebut adalah ...

Kutipan novel berikut untuk soal nomor 1-3

Meskipun budi nyonya itu tidak kasar, tetapi di dalam sesuatu hal terasa oleh Hanafi, bahwa ia di dalam rumah itu diterima orang dengan setengah hati saja, seolah-olah mengawani orang yang tidak takut. Meskipun sudah tiga bulan ia diam di sana, tapi yang boleh dikatakan tempat kediamannya hanyalah kamar di muka tempat ketidurannya saja. Jika ia hendak ke belakang atau ke kamar mandi, terpaksalah ia turun ke tanah berjalan keliling rumah, karena dari budi nyonya rumah. nyata kepadanya, bahwa ia masuk ke dalam rumah hanya diizinkan pada waktu makan saja. Belum pernah ia diperkenankan dengan seseorang tamu yang datang mengunjungi tuan dan nyonya rumah itu. la sendiri tidak pernah didatangi orang, jadi sepanjang waktu, sepulang dari kantor duduklah ia termenung-menung di dalam kamarnya atau berbaringlah ia di atas tempat tidurnya, mencoba membaca sesuatu buku cerita yang belum pernah tamat dibacanya. Jika tuan dan nyonya rumah duduk- duduk santai menghadapi meja teh di bawah pohon kayu di halaman belakang, ingin benarkah Hanafi akan duduk beserta dan turut bersenda gurau. Meskipun sudah dua tiga kali ia meminta kepada jongos supaya cangkir teh bagiannya disediakan saja di belakang, jongos itu seolah-olah tidak mengindahkan kehendaknya. Karena setiap ia keluar kamarnya, setelah bersalin sehabis mandi petang hari, maka kelihatanlah teko dan cangkir teh terletak di atas meja muka. Lalu insaflah Hanafi, bahwa jongos itu tidak lain hanya semata-mata menurut perintah dari nyonya tuannya saja.

Dikutip dari: Abdoel Moeis, Salah Asuhan, Jakarta, Balai Pustaka, 2010

Amanat yang tertuang dalam kutipan novel tersebut adalah ...

  1. Berbicaralah sopan kepada orang lain

  2. Bersikaplah sopan di rumah orang lain

  3. Berkatalah-jujur kepada orang tua

  4. Jangan mengganggu ketenteraman orang lain

  5. Jangan melakukan sesuatu seorang diri.

Iklan

I. Amalia

Master Teacher

Mahasiswa/Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Jawaban terverifikasi

Iklan

Pembahasan

Walaupun dalam cerita tersebut terdapat seorang tokoh yang tidak diperlakukan baik di rumah orang lain tanpa ada alasannya. Akan tetapi, kesabaran yang dimiliki tokoh Hanafi dapat dijadikan amanat bahwa tetaplah bersikap sopan di rumah orang lain.

Walaupun dalam cerita tersebut terdapat seorang tokoh yang tidak diperlakukan baik di rumah orang lain tanpa ada alasannya. Akan tetapi, kesabaran yang dimiliki tokoh Hanafi dapat dijadikan amanat bahwa tetaplah bersikap sopan di rumah orang lain.

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

34

Iklan

Iklan

Pertanyaan serupa

Cermatilah penggalan novel berikut ini! Kemudian Pak Balam menutup matanya kembali, dan memandang mencari muka Wak Katok, dan ketika padangan mereka bertaut, Pak Balam berkata kepada Wak Katok, "A...

159

4.5

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia