Pada awalnya, para pedagang Belanda mendapatkan rempah-rempah dari pedagang Portugis yang lebih dahulu melakukan penjelajahan ke Nusantara. Namun, Portugis yang berperang dengan Spanyol dapat dikalahkan sehingga pelabuhan Lisboa dilarang menjual rempah-rempah ke pedagang Belanda.
Saat itu terdapat seorang pelaut kapal Portugis berkebangsaan Belanda bernama Jan Huygen van Linschoten yang telah mencatat rute perjalanan kapal Portugis ke Nusantara. Dari peta tersebut, seorang pedagang belanda bernama Cornelis de Houtman melakukan penjelajahan ke Nusantara dengan kongsi dagang Amsterdam. Armada Cornelis de Houtman ini berlabuh di Banten pada 27 Juni 1596.
Setelah sampai armadanya di Banten, mereka disambut dengan baik pada awalnya. Namun, sikap penduduk setempat berubah karena sikap sombongnya armada Cornelis de Houtman. Dari kasus tersebut Belanda menyadari bahwa persatuan bisa mengalahkan segala hal, baik militer maupun ekonomi maka didirikanlah VOC atau Kongsi Dagang Belanda pada tanggal 20 Mei 1602. Latar belakang dari pendirian VOC ini dikarenakan untuk menghindari persaingan tidak sehat diantara pedagang-pedagang Belanda dan meraup keuntungan sebesar-besarnya.
VOC mulai memasuki Nusantara ketika berada di bawah Gubernur Jenderal Pieter Both. Pada tahun 1610, Pieter Both membangun pos perdagangan VOC pertama di Banten. Setelah itu, ia pergi ke Jayakarta dan menjalin hubungan kerja sama dengan Pangeran Wijayakrama. Kerja sama tersebut nantinya akan melahirkan pusat dari segala aktivitas VOC di Nusantara, yaitu Batavia.
Jadi, sejarah masuknya VOC di Indonesia dilatar belakangi oleh ditemukannya rute ke Indonesia sebagai wilayah penghasil rempah-rempah. Untuk itu, maka dibentuklah Kongsi Dagang agar dapat meraup keuntungan sebesar-besarnya. Setelah dibentuk pada tahun 1602, Gubernur Jenderal Pieter Both membangun pos perdagangan VOC pertama di Banten pada tahun 1610 dan selanjutnya mendirikan pusat aktivitas VOC, yaitu Batavia.