Iklan

Iklan

Pertanyaan

Jelaskan bentuk perjuang melawan penjajah oleh Tuanku Imam Bonjol!

Jelaskan bentuk perjuang melawan penjajah oleh Tuanku Imam Bonjol!

  1. perjuangan pahlawan nasional Tuangku Imam Bonjol dimulai ketika terjadi ketika Tuangku Imam Bonjol mewakili Kaum Padri dalam Perang Padri yakni perang antara Kaum Padri dan Kaum Adat yang dikarenakan Kaum Adat masih melanggar perbuatan yang dilarang syariat Islam. Perang ini berlangsung tahun 1803-1833. Kaum Adat yang terdesak meminta bantuan Belanda pada 1821. yang justru memperumit keadaan, sehingga sejak tahun 1833 Kaum Adat berbalik melawan Belanda dan bergabung bersama Kaum Padri. Peperangan ini sendiri pada akhirnya dapat dimenangkan Belanda dengan susah payah dan dalam waktu yang sangat lama. Pada bulan Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol diundang Belanda ke Palupuh untuk berunding. Tiba di tempat itu Tuanku Imam Bonjol langsung ditangkap dan dibuang hingga akhirnya meninggal pada pengasingan.

  2. ....

Iklan

I. Uga

Master Teacher

Jawaban terverifikasi

Jawaban

perjuangan pahlawan nasional Tuangku Imam Bonjol dimulai ketika terjadi ketika Tuangku Imam Bonjol mewakili Kaum Padri dalam Perang Padri yakni perang antara Kaum Padri dan Kaum Adat yang dikarenakan Kaum Adat masih melanggar perbuatan yang dilarang syariat Islam. Perang ini berlangsung tahun 1803-1833. Kaum Adat yang terdesak meminta bantuan Belanda pada 1821. yang justru memperumit keadaan, sehingga sejak tahun 1833 Kaum Adat berbalik melawan Belanda dan bergabung bersama Kaum Padri. Peperangan ini sendiri pada akhirnya dapat dimenangkan Belanda dengan susah payah dan dalam waktu yang sangat lama. Pada bulan Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol diundang Belanda ke Palupuh untuk berunding. Tiba di tempat itu Tuanku Imam Bonjol langsung ditangkap dan dibuang hingga akhirnya meninggal pada pengasingan.

perjuangan pahlawan nasional Tuangku Imam Bonjol dimulai ketika terjadi ketika Tuangku Imam Bonjol mewakili Kaum Padri dalam Perang Padri yakni perang antara Kaum Padri dan Kaum Adat yang dikarenakan Kaum Adat masih melanggar perbuatan yang dilarang syariat Islam. Perang ini berlangsung tahun 1803-1833. Kaum Adat yang terdesak meminta bantuan Belanda pada 1821. yang justru memperumit keadaan, sehingga sejak tahun 1833 Kaum Adat berbalik melawan Belanda dan bergabung bersama Kaum Padri. Peperangan ini sendiri pada akhirnya dapat dimenangkan Belanda dengan susah payah dan dalam waktu yang sangat lama. Pada bulan Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol diundang Belanda ke Palupuh untuk berunding. Tiba di tempat itu Tuanku Imam Bonjol langsung ditangkap dan dibuang hingga akhirnya meninggal pada pengasingan.

Iklan

Pembahasan

Tuanku Imam Bondjol lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat. Beliau adalah salah seorang tokoh ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang melawan Belanda dalam sebuah peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri pada tahun 1803-1837. Tuanku Imam Bonjol lahir dengan nama asli Muhammad Shahab di Bonjol pada tahun 1772. Dia merupakan putra dari pasangan Khatib Bayanuddin yang merupakan seorang alim ulama dari Sungai Rimbang, Suliki, Lima Puluh Kota dengan istrinya Hamatun. Sosok Tuanku Imam Bonjol hingga kini tidak bisa dilepaskan dari Kaum Paderi. Kaum Paderi merupakan sebutan yang diberikan kepada sekelompok masyarakat pendukung utama penegakan syiar agama dalam tatanan masyarakat yang zaman dulu populer di tanah Minangkabau terutama pada masa Perang Padri. Kelompok ini merupakan penganut agama Islam yang menginginkan pelaksanaan hukum Islam secara menyeluruh di Kerajaan Pagaruyung. Keterlibatan Tuanku Imam Bonjol sendiri dalam Perang Padri bermula saat dirinya diminta menjadi pemimpin Kaum Paderi dalam Perang Padri yang muncul sebagai sarana Kaum Padri (Kaum Ulama) dalam menentang perbuatan-perbuatan yang marak waktu itu di kalangan masyarakat yang dilindungi oleh para penguasa setempat dalam kawasan Kerajaan Pagaruyung, seperti kesyirikan (mendatangi kuburan-kuburan keramat), perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat (opium), minuman keras, tembakau dan umumnya pelonggaran pelaksanaan kewajiban ibadah agama Islam. Tidak adanya kesepakatan dari Kaum Adat yang telah memeluk Islam untuk meninggalkan kebiasaan tersebut memicu kemarahan Kaum Padri, sehingga pecahlah peperangan pada tahun 1803-1833, perang ini dapat dikatakan sebagai perang saudara yang melibatkan sesama Minang dan Mandailing. Ketika mulai terdesak, Kaum Adat meminta bantuan kepada Belanda pada tahun 1821 yang justru memperumit keadaan, sehingga sejak tahun 1833 Kaum Adat berbalik melawan Belanda dan bergabung bersama Kaum Padri. Peperangan ini sendiri pada akhirnya peperangan ini dapat dimenangkan Belanda dengan susah payah dan dalam waktu yang sangat lama. Pada bulan Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol diundang Belanda ke Palupuh untuk berunding. Tiba di tempat itu Tuanku Imam Bonjol langsung ditangkap dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat kemudian dipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke Lotak, Minahasa, dekat Manado. Di tempat terakhir itulah Tuanku Imam Bonjol meninggal dunia pada tanggal 8 November 1864. Tuanku Imam Bonjol dimakamkan di tempat pengasingannya tersebut. Pada masa kepemimpinannya, Tuanku Imam Bonjol mulai menyesali beberapa tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Kaum Padri terhadap saudara-saudaranya, sebagaimana yang terdapat dalam memorinya. Walau di sisi lain, fanatisme tersebut juga melahirkan sikap kepahlawanan dan cinta tanah air. Perjuangan yang telah dilakukan oleh Tuanku Imam Bonjol dapat menjadi apresiasi akan kepahlawanannya dalam menentang penjajahan. Sebagai penghargaan dari pemerintah Indonesia yang mewakili rakyat Indonesia pada umumnya, Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia sejak tanggal 6 November 1973. Dengan demikian, perjuangan pahlawan nasional Tuangku Imam Bonjol dimulai ketika terjadi ketika Tuangku Imam Bonjol mewakili Kaum Padri dalam Perang Padri yakni perang antara Kaum Padri dan Kaum Adat yang dikarenakan Kaum Adat masih melanggar perbuatan yang dilarang syariat Islam. Perang ini berlangsung tahun 1803-1833. Kaum Adat yang terdesak meminta bantuan Belanda pada 1821. yang justru memperumit keadaan, sehingga sejak tahun 1833 Kaum Adat berbalik melawan Belanda dan bergabung bersama Kaum Padri. Peperangan ini sendiri pada akhirnya dapat dimenangkan Belanda dengan susah payah dan dalam waktu yang sangat lama. Pada bulan Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol diundang Belanda ke Palupuh untuk berunding. Tiba di tempat itu Tuanku Imam Bonjol langsung ditangkap dan dibuang hingga akhirnya meninggal pada pengasingan.

Tuanku Imam Bondjol lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat. Beliau adalah salah seorang tokoh ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang melawan Belanda dalam sebuah peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri pada tahun 1803-1837. Tuanku Imam Bonjol lahir dengan nama asli Muhammad Shahab di Bonjol pada tahun 1772. Dia merupakan putra dari pasangan Khatib Bayanuddin yang merupakan seorang alim ulama dari Sungai Rimbang, Suliki, Lima Puluh Kota dengan istrinya Hamatun. Sosok Tuanku Imam Bonjol hingga kini tidak bisa dilepaskan dari Kaum Paderi. Kaum Paderi merupakan sebutan yang diberikan kepada sekelompok masyarakat pendukung utama penegakan syiar agama dalam tatanan masyarakat yang zaman dulu populer di tanah Minangkabau terutama pada masa Perang Padri. Kelompok ini merupakan penganut agama Islam yang menginginkan pelaksanaan hukum Islam secara menyeluruh di Kerajaan Pagaruyung. Keterlibatan Tuanku Imam Bonjol sendiri dalam Perang Padri bermula saat dirinya diminta menjadi pemimpin Kaum Paderi dalam Perang Padri yang muncul sebagai sarana Kaum Padri (Kaum Ulama) dalam menentang perbuatan-perbuatan yang marak waktu itu di kalangan masyarakat yang dilindungi oleh para penguasa setempat dalam kawasan Kerajaan Pagaruyung, seperti kesyirikan (mendatangi kuburan-kuburan keramat), perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat (opium), minuman keras, tembakau dan umumnya pelonggaran pelaksanaan kewajiban ibadah agama Islam. Tidak adanya kesepakatan dari Kaum Adat yang telah memeluk Islam untuk meninggalkan kebiasaan tersebut memicu kemarahan Kaum Padri, sehingga pecahlah peperangan pada tahun 1803-1833, perang ini dapat dikatakan sebagai perang saudara yang melibatkan sesama Minang dan Mandailing. Ketika mulai terdesak, Kaum Adat meminta bantuan kepada Belanda pada tahun 1821 yang justru memperumit keadaan, sehingga sejak tahun 1833 Kaum Adat berbalik melawan Belanda dan bergabung bersama Kaum Padri. Peperangan ini sendiri pada akhirnya peperangan ini dapat dimenangkan Belanda dengan susah payah dan dalam waktu yang sangat lama. Pada bulan Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol diundang Belanda ke Palupuh untuk berunding. Tiba di tempat itu Tuanku Imam Bonjol langsung ditangkap dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat kemudian dipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke Lotak, Minahasa, dekat Manado. Di tempat terakhir itulah Tuanku Imam Bonjol meninggal dunia pada tanggal 8 November 1864. Tuanku Imam Bonjol dimakamkan di tempat pengasingannya tersebut. Pada masa kepemimpinannya, Tuanku Imam Bonjol mulai menyesali beberapa tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Kaum Padri terhadap saudara-saudaranya, sebagaimana yang terdapat dalam memorinya. Walau di sisi lain, fanatisme tersebut juga melahirkan sikap kepahlawanan dan cinta tanah air. Perjuangan yang telah dilakukan oleh Tuanku Imam Bonjol dapat menjadi apresiasi akan kepahlawanannya dalam menentang penjajahan. Sebagai penghargaan dari pemerintah Indonesia yang mewakili rakyat Indonesia pada umumnya, Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia sejak tanggal 6 November 1973.

Dengan demikian, perjuangan pahlawan nasional Tuangku Imam Bonjol dimulai ketika terjadi ketika Tuangku Imam Bonjol mewakili Kaum Padri dalam Perang Padri yakni perang antara Kaum Padri dan Kaum Adat yang dikarenakan Kaum Adat masih melanggar perbuatan yang dilarang syariat Islam. Perang ini berlangsung tahun 1803-1833. Kaum Adat yang terdesak meminta bantuan Belanda pada 1821. yang justru memperumit keadaan, sehingga sejak tahun 1833 Kaum Adat berbalik melawan Belanda dan bergabung bersama Kaum Padri. Peperangan ini sendiri pada akhirnya dapat dimenangkan Belanda dengan susah payah dan dalam waktu yang sangat lama. Pada bulan Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol diundang Belanda ke Palupuh untuk berunding. Tiba di tempat itu Tuanku Imam Bonjol langsung ditangkap dan dibuang hingga akhirnya meninggal pada pengasingan.

Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher
di sesi Live Teaching, GRATIS!

26

Ardo Ganz友

Pembahasan tidak lengkap Pembahasan tidak menjawab soal Makasih ❤️

Eva Sulistiyaningsih

Pembahasan lengkap banget

Iklan

Iklan

Pertanyaan serupa

Pada tahun 1873 Belanda mulai memasuki wilayah Tapanuli dengan dalih....

2

5.0

Jawaban terverifikasi

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

Coba GRATIS Aplikasi Roboguru

Coba GRATIS Aplikasi Ruangguru

Download di Google PlayDownload di AppstoreDownload di App Gallery

Produk Ruangguru

Hubungi Kami

Ruangguru WhatsApp

+62 815-7441-0000

Email info@ruangguru.com

[email protected]

Contact 02140008000

02140008000

Ikuti Kami

©2024 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia